Chapter 26. Obsesi Gairah Fandi

351 4 0
                                    

Bagas sedang panas-panasan di bawah terik Matahari saat Fandi tiba-tiba menghampirinya.

Lelaki itu bercerita tentang hubungannya dengan Elsa dan keluarganya yang sudah kembali membaik. Bagas turut senang mendengarnya.

Fandi pun bertanya kepada Bagas, "Menurut kamu, apa aku cocok bersanding sama Elsa?"

Bagas tersenyum. "Kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti itu sama saya? Hubungan itu kan kamu dan Mbak Elsa yang menjalaninya," katanya dengan santai.

Fandi menyipit. "Bukankah dahulu kamu juga pernah dijodohkan dengan Elsa?"

Bagas jelas sangat terkejut mendengar ucapan Fandi. Dia lantas menatap wajah laki-laki di depannya itu.

Fandi cuma tersenyum tipis. Lantas ia menepuk bahu Bagas. "Terima kasih karena kamu menolak Elsa saat itu. Akhirnya aku bisa bersama dia."

Bagas tersenyum lega mendengarnya. Kemudian Fandi pun pamit. Ia mengatakan sedang ada janji dengan seorang klien. Padahal dia mau pergi makan siang dengan Laras.

Selepas Fandi pergi, Bagas kembali melanjutkan pekerjaannya. Hubungan Fandi dan Elsa sudah membaik. Ia sangat bersyukur.

Langkah Fandi tiba di samping mobilnya. Ia lantas menoleh ke arah Bagas.

'Aku tahu kalau sebenarnya Elsa mencintai kamu, Bagas. Tapi aku juga tidak mau melepaskan Elsa demi martabat orang tuaku.'

Fandi segera masuk mobil. Dicengkeram kemudi di hadapannya kuat-kuat. Hatinya berkecamuk dengan hebatnya.

Entah apa kekurangannya. Kenapa Elsa tidak bisa mencintai dia? Perempuan itu malah jatuh cinta pada Bagas yang sudah jelas memiliki seorang istri.

Ini memang gila!

Fandi memukul kemudi mobilnya. Kemudian ia menggeleng. Tidak ada gunanya dipikirkan. Jika Elsa mau menikahinya karena menutupi aib keluarga, maka dia pun sama.

Setelah menoleh ke arah Bagas untuk terakhir kalinya, Fandi bergegas melajukan mobil.

Bagas duduk di warung usai memesan secangkir kopi. Dia lantas mengeluarkan ponsel jadulnya dari saku kemeja.

"Laras, Mas kangen ..."

Bibirnya tersenyum usai mengetik dan mengirim pesan cinta untuk istrinya.

"Mas Bagas mau makan?"

Suara si pemilik warung membuyarkan lamunannya. Bagas segera mengangguk.

Sementara itu, Fandi mengemudikan mobilnya menuju wilayah Kuningan. Laras berjanji akan menunggu di sebuah restoran. Dengan semangat penuh, ia melajukan mobil menuju tempat tersebut.

Mobil Fandi menepi di pelataran sebuah restoran. Matanya memindai ke sekitar sebelum ia keluar dari mobil.

Usai memantapkan penampilannya, laki-laki itu segera berjalan gagah menuju pintu restoran. Matanya mencari-cari ke sekitar.

Laras ...

Bibirnya tersenyum senang melihat sosok perempuan cantik yang sudah duduk manis menunggunya.

"Maaf kalo aku udah bikin kamu nunggu lama," ucap Fandi setelah mendaratkan bokongnya pada bangku kosong di depan Laras.

Perempuan itu tersenyum manis. "Ndak pa-pa, Mas. Aku juga baru sampai kok!"

Fandi manggut-manggut sambil tersenyum. Dipandanginya perempuan yang berada di hadapannya kini.

Laras terlihat sangat cantik dengan penampilannya yang terkesan sederhana tapi elegan itu. Seketika jantungnya terasa berdebar-debar saat manik-manik hitamnya mengincar.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang