Chapter 68. Nyaris Ketahuan

124 7 1
                                    

Jarum jam menunjuk ke angka sepuluh. Laras menoleh ke arah lelaki yang terbaring di sampingnya. Mas Bagas sudah terlelap. Ini saat yang tepat untuk menemui Mas Fandi.

Dengan pelan dan tanpa menimbulkan suara, Laras beringsut dari ranjang. Dia menoleh ke arah Bagas sesaat sebelum menghambur dari kamar.

Purwanti yang berada di kamar sebelah juga sudah tertidur pulas. Melihat situasi yang aman, Laras segera menyambar tas dinasnya dari balik lemari dapur.

Langkah sepasang tungkai jenjang itu terayun dengan cepat. Sambil mendekap tasnya di dada, Laras meninggalkan pelataran rumah.

Tanpa dia sadari, Bagas sudah terjaga. Kini lelaki itu sedang memperhatikan gerak-gerik Laras dari tepi jendela kamar.

'Laras, Ibu melihatnya sendiri! Lelaki itu mau paksa dia masuk mobil! Sebelumnya Ibu juga pernah melihat lelaki itu sewaktu kamu sama Laras ke Solo. Dia keluar dari fitting room sewaktu Laras sedang ganti baju di mall.'

Bagas mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ucapan sang ibu membuatnya gelisah dan marah. Apa yang sebenarnya sedang Laras sembunyikan darinya?

"Jalan, Mas!"

Jarwo cuma mengangguk mendengar perintah Laras. Setelah perempuan itu menutup pintu mobil, dia segera tancap gas.

Laras, mau kemana dia?

Bagas buru-buru menyambar jeket hitam yang tersampir di kepala ranjang. Bergegas dia meninggalkan kamar.

"Mas Bagas mau kemana malam-malam begini?"

"Ada urusan urgent, Mas."

Jono dibuat keheranan saat Bagas meminta kunci mobil. Sambil berdiri di pelataran rumah, dipandangi mobil hitam itu melaju dengan cepat.

Bagas berusaha mengikuti mini bus putih yang melarikan istrinya. Sambil mengemudikan mobil, dia tidak berhenti memikirkan Laras.

"Mbak Laras, kayaknya ada yang mengikuti kita," ujar Jarwo. Matanya melirik ke arah kaca spion mobil.

Laras terkejut. Dia segera menoleh ke belakang. Matanya melebar melihat mobil hitam yang mengikuti. Dia hafal jika itu mobilnya Purwanti.

Gawat!

Sepertinya Bagas yang mengikutinya. Bagaimana ini? Dia harus bilang apa kepada Bagas?

"Mas, kita belok ke Yayasan Kasih Bunda saja!" perintah Laras dengan tergesa-gesa.

Jarwo cuma mengangguk. Dia lantas memutar kemudi mobil menuju tempat yang dituju oleh Laras.

Dalam keadaan panik, Laras segera menghubungi pemilik yayasan tempat biasa ia menyumbangkan sebagian penghasilannya.

"Terima kasih, Bu. Maaf sudah menggangu malam-malam," ucapnya lalu menutup panggilan.

Bagas yang sedang mengikuti mini bus putih yang membawa Laras dibuat keheranan saat mobil itu memasuki gerbang sebuah panti asuhan.

Yayasan Kasih Bunda?

Mau apa Laras datang ke tempat itu?

Beragam pertanyaan menyerbu benak Bagas. Sambil duduk di dalam mobil, matanya mengincar.

Laras keluar dari mobil. Ekor matanya melirik ke arah mobil hitam yang menepi di seberang jalan. Bagas masih memperhatikan.

"Mbak Laras!"

Dua orang perempuan menyambut kedatangan Laras dengan tersenyum lebar. Mereka lantas memasuki area panti. Dari dalam mobil Bagas menatap heran.

Entah ada hubungan apa Laras dan orang-orang yayasan itu. Untuk membuktikannya dia pun segera keluar dari mobil.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang