"Mas pamit, ya? Assalamualaikum."
"Walaikum salam. Hati-hati Mas Bagas."
Bagas melempar senyum manis pada perempuan muda dengan daster bunga-bunga yang sedang berdiri di teras rumah. Kemudian ia segera menunggangi motornya.
Sambil berdiri di teras rumah, Laras memandangi Bagas pergi.
Selesai sudah dia menjadi istri dari laki-laki baik itu, karena selepas Bagas pergi dia harus kembali ke dunia barunya.
Dunia yang bahkan tidak pernah Laras bayangkan. Kini dia harus bersiap-siap untuk segera berangkat memenuhi pesanan para klien.
"Bagas!"
"Hei, Bagas! Keluar kamu!"
Laras yang sedang bersiap-siap di dalam kamar dibuat terkejut saat mendengar teriakan seseorang dari luar rumah.
Bu Rina. Jelas dia hafal suara perempuan itu.
Namun sebelum ia menemui tamu tidak diundang yang sedang marah-marah di depan pintu rumah, Laras mengintai lebih dulu dari tepi garis jendela.
Bu Rina datang dengan membawa dua orang tukang pukul. Sudah bisa Laras bayangkan apa yang akan mereka lakukan jika dia tidak membayar uang kontrakan.
Sementara itu di teras rumah, Bu Rina mulai bosan menunggu.
Seharusnya dari kemarin dia mengusir Bagas dan istrinya. Laki-laki tidak tahu diuntung! Padahal dia sudah kasih kesempatan untuk Bagas. Eh, laki-laki itu malah menolak.
Sekarang mau tidak mau, Bu Rina akan mengusir Bagas dari rumah kontrakan. Bila perlu, dia akan menyuruh dua orang antek-anteknya untuk menyeret Bagas dan istrinya.
Pokoknya tidak ada toleransi lagi. Bu Rina sangat murka.
"Bagaimana, Bu? Apa perlu kita dobrak pintunya?" tanya seorang lelaki bertubuh gempal. Dia salah satu tukang pukul yang Bu Rina bawa.
Bu Rina berdecak jengah. "Udah, dobrak saja!"
Dua orang tukang pukul bersiap mau mendobrak pintu. Namun, tiba-tiba saja pintu tersebut terdorong ke dalam. Kemunculan Laras membuat Bu Rina muak.
"Apa kamu lihat-lihat? Cepat keluar dari rumah saya!" teriak Bu Rina sekencangnya.
Sementara dua orang laki-laki bertubuh gempal yang berdiri di masing-masing sisi Bu Rina, segera memasang wajah sangar saat Laras menatapnya.
Laras tenang-tenang saja. Melihat reaksi perempuan itu, Bu Rina jadi naik pitam.
"Keluar kamu dari rumah saya atau ..."
Brak!
Belum juga Bu Rina selesai bicara. Perempuan itu dibuat terkejut saat Laras tiba-tiba saja melempar banyak gepokan uang ke mukanya.
"Saya rasa uang itu lebih daripada cukup untuk membayar rumah kontrakan ini sampai satu tahun ke depan," ucap Laras dengan tatapan dingin.
Bu Rina belum menjawab. Dia masih kaget. Matanya turun pada tumpukan uang gepokan yang kini berserakan di bawah kakinya.
Laras masih memasang wajah sinis saat Bu Rina menatapnya.
"Wah, apa ini? Tiba-tiba saja kamu jadi banyak duit! Hasil ngelonte, ya?"
Ocehan Bu Rina jelas saja langsung menyulut emosi Laras. Maka dengan cepat, tangan Laras mencengkeram rahang perempuan bertubuh gendut di depannya itu.
"Jangan banyak omong kamu, cepat bawa uang itu dan jangan pernah datang lagi kesini. Kalo perlu, saya bisa beli rumah busuk ini sekarang juga," desis Laras. Matanya menatap dengan tajam dan mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...