Chapter 32. Kecurigaan Bagas

169 6 0
                                    

Kumandang adzan Magrib terdengar sangat merdu dari arah mesjid. Laras sedang duduk menghadap meja makan di dapur.

Matanya sibuk memperhatikan Bagas yang sedang berdiri di depan kompor yang baru saja dimatikan.

"Mas hari ini gajian. Jadi tadi Mas iseng-iseng masak."

Bagas tersenyum sambil berjalan menuju meja makan. Tangannya memegang dua mangkuk sayur sup ayam yang masih mengepulkan asap.

Dia sangat menyesal karena tadi pagi sudah membentak Laras. Bagas bahkan tidak mengizinkan istrinya untuk mengerjakan pekerjaan rumah sore ini.

Bagas berharap bisa menebus kesalahannya dengan memanjakan Laras melalui masakan yang ia buatkan untuk istrinya.

Laras tersenyum  menanggapi. "Mas udah capek-capek kerja. Mestinya sudah tugas Laras untuk masak buat Mas Bagas," ucapnya seraya membantu Bagas menyajikan dua mangkuk sup ayam yang dibawanya ke tengah meja.

Bagas memandang wajah sang istri seraya tersenyum pahit. "Mas minta maaf karena sudah membuat kamu ketakutan. Mas cuma kuatir saja sama kamu, Laras."

Laras mengangguk. "Aku ngerti Mas. Jangan dibahas lagi, ya?"

Bagas tersenyum lega. Kemudian ia segera menarik kursi kosong di depan Laras. Mereka segera makan. Laras dibuat tersenyum sipu saat Bagas menyuapinya makan.

"Supnya enak, Mas. Kamu memang punya bakat memasak," goda Laras.

Bagas tersenyum manis. "Mas cuma mau masak buat kamu saja, Laras."

Laras menanggapi dengan pipi yang merona merah.

Bagas memandangi sang istri seraya tersenyum kagum. Ingin rasanya ia menghukum dirinya sendiri yang sudah membentak Laras tadi pagi.

Setelah selesai makan, Bagas mengajak Laras untuk menunaikan shalat Magrib berjamaah.

Itu momen yang selalu mereka lakukan setiap hari. Namun kali ini Laras dibuat sangat sedih saat mendengar Bagas berdoa.

"Ya Allah, lindungilah pernikahan kami. Meski masih kekurangan, tolong jangan pernah pisahkan kami."

Laras mencengkeram tepi mukenanya. Hatinya terasa tercabik-cabik mendengar ucapan tulus suaminya itu.

Bagas sangat mencintainya. Laki-laki itu berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakan dia. Namun apa yang sudah ia lakukan pada Bagas dan pernikahan ini?

Tubuhnya sudah dijamah oleh banyak laki-laki. Apa dia masih pantas untuk Bagas?

"Laras, sebaiknya kamu istirahat duluan. Mas lihat kayaknya kamu sedang kurang sehat." Bagas mengusap pipi sang istri saat mereka duduk berduaan di tengah ranjang.

Laras mengangkat sepasang matanya ke wajah Bagas. "Mas juga jangan tidur larut malam," ucapnya.

Bagas mengangguk. Dia lantas membantu Laras untuk berbaring. Kemudian menarik selimut guna menutupi sebagian tubuh sang istri.  Dan setelah Laras terlelap, Bagas segera beringsut dari ranjang.

Ada banyak pertanyaan di hatinya tentang pekerjaan Laras. Apakah dia harus menanyakan hal itu pada Anya.

Bukankah perempuan itu mengaku jika dia bekerja dengan Laras? Artinya Anya tahu pekerjaan apa yang sedang istrinya itu geluti. Namun, bagaimana caranya dia bisa bertemu dengan Anya?

Sambil duduk di teras belakang rumah, Bagas termenung seorang diri.

Paginya saat Laras terjaga dari tidurnya, dia dikejutkan dengan suara orang yang sedang berbincang di teras depan rumah.

Mas Bagas?

Laras keheranan melihat kasur di sampingnya yang sudah kosong. Tidak salah lagi. Mas Bagas yang sedang mengobrol di luar.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang