Pagi menjelang siang cuaca mulai panas. Bagas bersama buruh lainnya tampak sedang melakukan pekerjaan mereka di area kontruksi.
"Jadi, si Bagas sudah kembali ke Jakarta?" Sambil berdiri di tepi pagar balkon ruangan Opice, Fandi memperhatikan Bagas.
Laki-laki kurus yang berdiri di belakangnya segera mengangguk. "Benar, Pak. Bagas sudah kembali ke Jakarta dan seperti yang Pak Fandi lihat, dia sudah kembali bekerja."
Fandi menghantam tepi pagar dengan kepalan tangannya. Darahnya berdesir panas tiba-tiba.
Sialan betul si Bagas!
Kenapa lelaki itu harus kembali ke Jakarta hidup-hidup? Padahal dia sudah membayar orang untuk mencelakainya sewaktu Bagas bertugas di Kalimantan.
Ini tidak bisa dibiarkan! Rencananya untuk menikahi Laras bisa gagal. Sambil memejamkan mata menahan emosi, Fandi mulai berpikir.
"Bapak memanggil saya?"
Lelaki yang sedang berdiri di tengah ruangan sempit itu mengangguk. Bagas tersenyum lalu menghampirinya.
"Bagas, mulai besok kamu tidak usah lagi datang ke proyek."
Bagas terkejut mendengar ucapan lelaki yang bertugas sebagai mandor di lokasi kontruksi itu. Dia segera bertanya untuk memastikan tidak salah dengar.
"Bagaimana, Pak?"
Lelaki itu mengangguk lalu menepuk satu bahu Bagas. "Kamu dipecat."
Bagas sangat terkejut. "Salah saya apa, Pak? Apa ini karena kecelakaan kerja sewaktu saya bertugas di Kalimantan?"
Lelaki itu menggeleng. "Ini keputusan Pak Fandi. Saya cuma menyampaikan perintahnya saja."
Bagas terdiam.
Ada apa ini?
Kenapa tiba-tiba Fandi memecatnya?"Bagas, saya tahu kamu pasti kaget dan kecewa karena keputusan ini. Namun, saya juga tidak bisa mempertahankan kamu," ujar lelaki itu. Sorot matanya meredup disertai senyuman pahit.
Bagas mengangguk. "Tidak apa-apa, Pak. Saya permisi," ujarnya lantas mundur dan segera melenggang pergi.
Fandi, kenapa lelaki itu memecatnya? Bukankah mereka berteman selama ini? Apa ini ada hubungannya dengan Elsa?
Mungkin saja Fandi berburuk sangka padanya dikarenakan Elsa.Sambil berjalan menuju motornya, Bagas terus berpikir. Matanya melirik ke arah balkon ruangan Opice. Dilihatnya Fandi yang sedang berdiri di sana.
Wajah laki-laki itu terlihat tidak senang padanya. Fandi masih memandangi dan tidak merespon senyuman pahit Bagas.
"Saya sudah memecatnya," ujar lelaki yang datang menemui Fandi. Dia berdiri agak jauh dari punggung lelaki jangkung dengan kemeja hitam berlengan panjang itu.
Sambil berdiri di teras balkon, Fandi tersenyum puas. Matanya memandangi Bagas yang sedang mengendarai motornya meninggalkan area kontruksi.
"Bagas buruh yang paling rajin dan suka membantu buruh lain. Kenapa tiba-tiba Pak Fandi ingin memecat dia? Saya kira, kalian berteman baik selama ini," ujar Dani. Dia mandor yang bertugas mengawasi kinerja para buruh proyek.
Mendengar ucapan Dani, Fandi tersenyum miring. "Saya cuma menjalankan perintah dari orang tuanya Bagas. Pak Handoko tidak mau anaknya dapat kerjaan di Jakarta. Dia menghubungi saya dan meminta memecat Bagas."
Dani terkejut. "Alasannya apa, Pak? Kok Pak Handoko sampai sebegitunya sama anaknya sendiri?"
"Itu bukan urusan kita. Sebaiknya kamu kembali bekerja," pungkas Fandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPEN BO
Random| khusus dewasa | Laras dijebak oleh lelaki biadab bernama Frans sehingga dia berakhir menjadi seorang wanita panggilan. Dia merahasiakan semua itu dari suaminya, Bagas. Sementara Bagas, laki-laki itu rela meninggalkan rumah orang tuanya demi menika...