Chapter 10. Elsa Menemui Bagas

327 6 0
                                    

Pagi itu sangat cerah. Laras terlihat sedang menyapu halaman. Sementara Bagas sudah berangkat bekerja sejak pukul enam pagi.

Maklum lah! Tempat bekerja Bagas sekarang cukup jauh. Jadi, dia harus berangkat pagi-pagi.

Ponsel jadul yang layarnya sudah buram tak henti berdering. Namun, suara sapu lidi membuat Laras tidak mendengarnya. Perempuan itu sibuk menyapu halaman.

"Gimana Mas?"

Seorang laki-laki sedang duduk di ruangan Frans. Matanya mengincar wajah orang di depannya.

Frans kesal karena Laras tidak juga menerima telepon. Entah apa yang sedang perempuan itu lakukan. Apa mungkin Laras sedang enak-enak dengan Bagas?

Frans menggeleng, lantas menatap laki-laki di depannya. "Nggak ada jawaban. Sepertinya Laras sedang sibuk."

Laki-laki di depan Frans memasang wajah kecewa. "Kalo gitu, boleh saya minta nomor Mbak Laras? Biar nanti saya yang menghubunginya."

Frans menggeleng. "Sorry, Mas. Kalo itu nggak bisa, karena privasi kami. Mas bisa mengajukan pesanan lewat situs kami. Silahkan."

Melihat Frans membuka satu lengannya sambil menoleh ke arah pintu, laki-laki itu jadi kecewa.

"Permisi, Mas."

Frans cuma mengangguk. Dan laki-laki itu segera meninggalkan ruangan.

Anya yang dari tadi sudah menyimak segera menghampiri Frans.

"Gila! Tuh cowok sampai nekat datang ke sini cuma karena si Laras! Gacor bener dah tuh cewek!" Anya geleng-geleng sambil menjepit batang rokoknya.

Frans cuma menatap bosan. "Kamu sendiri ngapain masih di sini? Sana ikut si Jarwo!" gertaknya kesal.

Anya mencibir. "Galak banget jadi cowok! Gue juga lagi tunggu si Jarwo, tahu!"

Frans geleng-geleng tak peduli. Kemudian dia mengibaskan tangannya menyuruh Anya meninggalkan ruangan..

"Huh! Nyebelin!"

Anya bergegas pergi usai mencerca begitu.

~•~

Desi yang sedang menjemur pakaian melihat punggung Laras yang sedang membakar sampah. Sepertinya ini saat yang tepat untuk menemui perempuan itu, pikirnya.

Aryo yang sedang menikmati secangkir kopi sambil duduk di teras rumah cuma melirik saat melihat Desi menuju rumah Bagas.

"Mbak Laras!"

Laras yang sedang menjinjing tempat sampah dan hendak kembali ke dapur dibuat terkejut saat seseorang memanggilnya.

"Mbak Desi," sapa perempuan itu disertai senyuman hangat.

Desi tersenyum tipis, lantas dengan ragu-ragu ia mengutarakan maksudnya.

"Gini, Mbak Laras. Saya sering lihat Mbak dijemput sama mobil bagus. Mbak Laras kerja di mana? Kalo bisa sih, saya juga pingin ikut."

Laras terkejut untuk sesaat mendengar ucapan tetangganya itu. Namun, dia buru-buru bersikap tenang lagi.

"Mbak Desi, saya kerja jadi buruh cuci gosok di perumahan. Mobil itu milik Agen yang pekerjakan saya," kata Laras dengan tenang. Dalam hati dia takut sekali jika Desi akan curiga padanya.

Desi manggut-manggut. "Oh, begitu? Saya kira Mbak Laras bekerja di kantor!"

Laras terkekeh. "Saya cuma lulusan SMA, Mbak! Mana ada kantor yang mau pekerjakan saya?"

Desi turut tersenyum. "Yah, kalo kerja jadi buruh cuci gosok sih, saya nggak sempet buka warung ayam bakar saya dong! Terus juga nggak ada yang antar Putra ke sekolah!"

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang