Chapter 28. Transaksi Dengan Fandi

248 6 0
                                    

Pagi itu di lapas tahanan pusat Kelas Satu Cipinang.

"Saudara Aryo, ada yang membesuk Anda!"

Laki-laki yang sedang duduk sambil memeluk kedua lututnya dibuat terkejut saat sipir tiba-tiba memanggilnya.

Aryo mengangkat wajahnya. Ia lantas bangkit dan segera keluar saat pintu sel tahanan dibuka. Dua orang petugas polisi menggiringnya menuju ruang besuk.

Desi hanya diam sambil memasang wajah dingin saat petugas datang sambil membawa suaminya.

Aryo Wisesa, laki-laki itu tampak lebih kurus setelah dua pekan berada di dalam penjara.

Pengadilan menjatuhi hukuman selama tiga tahun penjara atas tindakan pelecehan yang Aryo perbuat terhadap Laras.

Dengan wajah kuyu tidak terawat, Aryo segera duduk pada bangku kosong di hadapan Desi. Sementara dua orang petugas mengawasi mereka.

"Apa kabar kamu sama Putra, Des?"

Mendengar lelaki itu bicara, Desi segera menanggapi dengan sengit.

"Aku kesini cuma mau kasih ini ke kamu!" berangnya seraya melempar secarik kertas ke muka Aryo.

Lelaki itu keheranan dan kaget. Segera ia membaca berkas yang Desi lempar ke wajahnya itu. Aryo dibuat tercengang. Ia lantas menatap tak percaya pada Desi.

"Cerai?"

Desi mengangguk cepat. "Ya. Aku sudah berusaha sabar sama kamu selama ini. Tapi kali ini kamu benar-benar bikin aku dan Putra kecewa! Aku mau bawa Putra kembali ke Kalimantan. Kita cerai!"

Aryo menggeleng dengan wajah sedih. Ia lantas meraih jemari Desi lalu menatapnya dalam-dalam.

"Aku nggak mau cerai sana kamu, Des. Aku juga nggak mau jauh dari Putra!"

Desi segera menarik paksa tangannya dari genggaman Aryo. Dia lantas bangkit dan langsung menunjuk wajah lelaki itu.

"Aku dan Putra nggak sudi punya hubungan sama seorang narapidana kasus pelecehan!" ucapnya lantas pergi.

Aryo meraung-raung. "Desi! Aku nggak mau cerai sama kamu! Desi!"

Perempuan itu tidak peduli meski Aryo terus memanggilnya. Desi tetap melanjutkan langkahnya untuk segera meninggalkan lapas.

"Desi!"

Aryo menjatuhkan kedua lututnya ke lantai. Sambil menjambak rambutnya sendiri dia histeris menangisi keputusan istrinya. Melihat hal itu, dua orang petugas segera menyeret lelaki itu untuk kembali ke sel tahanan.

"Desi!"

"Aku nggak mau cerai!"

"Desi!"

Aryo masih meraung-raung saat dua orang petugas memasukkan dia ke dalam penjara. Para Napi lainnya tidak peduli. Aryo terus berteriak seperti orang tidak waras.

Desi sudah meninggalkan dia dengan membawa putranya juga. Aryo mengalami depresi berat karena tekanan mental itu.

"Ini semua karena kamu, Laras! Gara-gara kamu, aku kehilangan istri dan anakku! Brengsek! Dasar Lonte sialan!"

Aryo mengamuk sendiri di dalam sel tahanan. Akibatnya Napi lain jadi merasa terganggu. Mereka yang kesal segera memukuli Aryo bersama-sama.

"Mampus lu!"

"Makanya jangan berisik!"

Setelah Aryo terkapar tidak berdaya lagi, para Napi segera pergi tidur.

Aryo mengepalkan tangannya sambil mengerang kesakitan. Ini semua karena Laras. Dia bersumpah akan membalas dendam setelah keluar dari penjara ini.

OPEN BO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang