Dia mengenal pria yang mengikutinya ini.
Fabian tahu karena dia adalah yang menyuruh orang ini. Pria yang telah sadar itu melihat Fabian dengan tatapan bersalah. Fabian menghela nafas pelan.
Heri adalah suruhan Fabian untuk mengikuti dirinya dan Devan.
Jika dia tidak bisa mengikuti Devan, maka Heri orang suruhan inilah yang akan menjalankan tugasnya. Memantau keberadaan Devan, memfotonya tengah bersama siapa atau sedang apa lalu menginformasikan itu kepada Fabian.
Fabian lupa soal ini.
Itu karena ponsel lamanya sudah tidak dia gunakan lagi. Jadi, dia tidak ingat dengan suruhan ini yang masih terus melakukan pekerjaanya.
Mungkin, karena ini lah, Devan tidak percaya Fabian menyerah. Ketika orang suruhannya masih berkeliaran di sekitar Devan. Walaupun begitu, entah kenapa hari ini dia malah mengikuti Fabian?
"Mas Heri, mulai sekarang tidak perlu lagi melakukan tugas yang aku perintahkan."
Jelas Fabian, kemudian dia menunduk untuk melepaskan kabel ties yang mengait kedua tangan dan kakinya itu.
"Kenapa tuan muda?"
"Tidak usah. Lagipula aku sudah menyerah terhadap Devan. Tidak ada gunanya lagi kamu mengikuti baik Devan atau aku. Aku memberhentikan Mas Heri."
"Begitukah?"
Fabian yang selesai melepas kabel ties tersebut bangun dan berdiri di depan Heri. Heri mendongak terhadap tuannya yang sudah dia dedikasikan hidupnya selama beberapa tahun terakhir ini.
"Ya. Sebagai gantinya. Aku akan memberikan kompensasi dan kamu bisa bekerja di tempat lain."
"Tapi, tuan muda?"
"Aku sungguh-sungguh."
Heri terlihat ragu-ragu selama beberapa saat. Kemudian dia bangun dan mengangguk mengerti. Setelahnya dia pergi setelah pamit dari Fabian. Dengan kepergian Heri, Fabian yakin semuanya akan berjalan dengan baik.
Dia sudah memberhentikan suruhannya yang telah dilupakannya itu.
"Bian?"
Mendengar orang memanggil namanya, Fabian sedikit tersentak dan kembali ke dunia nyata. Dia mendapati Axel disampingnya.
"Sedari tadi kamu melamun. Kamu baik-baik saja, kan?"
"Ya, aku baik-baik saja."
Sepanjang perjalanan Fabian melamun dan mengingat kejadian kemarin. Entah kenapa dia walaupun sudah memecat suruhan itu, Fabian masih merasa diawasi. Tapi, Fabian tidak menemukan sosok mencurigakan.
"Kita sudah sampai."
"Ya."
Fabian turun dari mobil Axel. Mereka berdua kemudian berjalan bersama-sama menuju area kampus. Di tengah perjalanan mereka berpisah, Fabian menuju gedung fakultasnya, dan Axel pergi ke gedung lain.
"Sampai jumpa nanti!"
Fabian mengangguk mengerti karena nanti adalah jadwal kelas Axel. Setelah melihat Axel pergi, Fabian mendapati para mahasiswa di kampusnya menatap ke arahnya dengan tidak suka.
Itu karena rumor baru yang beredar diantara mereka. Entah darimana rumor itu berasal, karena dalam sekejap itu menjadi rumor besar.
"Aku baca di forum sekolah kalau dia tengah menggoda dosen baru di fakultas kita!"
"Apa? Kau bercanda?"
"Tidak! Aku serius. Kamu lihat saja, barusan mereka datang ke kampus bersama-sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...