"Dimana aku?"
Fabian bangun dan menemukan dirinya di sebuah ruangan yang sangat asing. Sebuah ruangan aneh, dengan dinding yang berwarna gelap dan tidak ada satu jendela pun. Untuk melihat saat ini tengah siang atau malam hari.
Penerangan hanya berasal dari satu lampu di atas kepalany. Menyinari seluruh ruangan yang tidak banyak memiliki barang perabotan. Di ruangan yang suram ini, hanya ada pintu kecil di depan sana. Lemari kecil di sampingnya, pendingin ruangan dan ranjang putih yang tengah ditidurinya.
"Ada apa dengan rantai ini?"
Fabian melotot terkejut saat mendapati sebuah rantai besi yang berat dan panjang terlilit di bagian kaki kanannya mengarah kebagian belakang ranjang. Bagian pengaitnya begitu mencakup dengan erat di pergelangan kakinya.
"Siapa yang telah melakukan perbuatan ini?!"
Fabian berulang kali berusha untuk melepaskan pengait rantai itu. Namun, karena pengait itu berasal dari besi, tidak mudah dibuka dengan tangan kosong.
"Kenapa tidak bisa lepas!"
Kesulitan untuk membukanya, Fabian mencoba hal lain. Yaitu dengan memukul besi tersebut ke bagian ujung ranjang yang terbuat dari kayu. Namun, bukannya besi itu yang rusak, melainkan ujung ranjangnya yang lecet.
"Ah, sial!"
Fabian merasa frustasi, dia mencoba turun dari atas ranjang, dan dia baru menemukan kalau yang menutupi tubuhnya hanyalah kain putih di bagian atasnya.
"Kemana perginya pakaianku? Kenapa aku hanya memakai kemeja putih saja?"
"Ini membuatku frustasi!"
"SIAL!"
Tubuh bagian bawahnya yang tidak memakai kain apapun terasa dingin akibat udara dingin yang berasal dari pendingin ruangan di atas ranjangnya.
"Ini memalukan!"
Tidak mau menyerah, Fabian mencoba keluar dari ruangan yang membuatnya tidak nyaman itu. Namun, langkah kakinya tertahan beberapa meter dari pintu itu. Itu akibat rantai yang mengait di kakinya.
"Siapa yang melakukan kegilaan macam ini!"
Dia berusaha untuk meraih gagang pintu di depannya, namuan seberapa besar pun usaha yang dilakukannya, ujung jari tangannya pun tidak bisa menyentuh itu sedikitpun. Malah, pergelangan kakinya di bawah sana sudah berubah menjadi merah dan terasa sakit.
"SAIPAPUN YANG BERADA DI LUAR SANA!"
"TOLONG BUKA PINTUNYA!"
"BUKA PINTUNYA!"
Teriakan keras yang keluar pun tidak membuat pintu di depannya bergerak sedikit pun. Fabian sangat kacau dan bingung saat ini. Dia begitu lelah. Padahal baru beberapa saat lalu dia bangun.
Namun, ruangan gelap dan kosong nampun terasa sempit ini serta rantai di bawah sana membuat Fabian terasa dikurung secara terpaksa. Mau tidak mau, suka tidak suka dia terperangkap disini.
Tas miliknya—
Fabian bangun dan mencari tas miliknya, dia berusaha untuk mencari bala bantuan lewat siapapun menggunakan ponselnya. Dia yakin itu ada di dalam tasnya.
Fabian mencari tas miliknya di ruangan itu. Dia mencari di atas kasur dan tidak menemukan apapun. Bahkan saat dia menarik selimut dan mendorong ranjang putih yang berat, serta di bawah ranjang, tidak ada apapun disana.
Mencari di lemari pun tidak ada bedanya. Lemari itu kosong, tidak memiliki barang apapun.
"Siapa yang sebenarnya mengurungku disini?"
Fabian ingat, terakhir kali dia sadar itu saat memasuki taksi. Saat dia berkata kepada supir, tidak sengaja matanya melihat ke arah kaca dashboard dan bertemu dengan sepasang mata yang entah kenapa asing tapi juga familiar.
Kegelisahan mulai merayap, Fabian bingung harus melakukan apa di situasi mendesak seperti kni. Dia seperti tidak memiliki cara untuk keluar dari tempat ini. Semaunya seperti memaksa dirinya untuk tetap tinggal.
"Melakukan apapun semuanya hanya akan sia-sia saja."
Lenguhan panjang keluar dari mulutnya, dia tidak menemukan barang miliknya. Tidak bisa menghubungi siapapun agar mereka menolongnya. Dia juga tidak bisa menghubungi kluarganya.
"Ibu, Ayah, Kak Rian. Bagaimana keadaan kalian?"
Fabian ingin segera pulang ke rumah orang tuanya, tapi dengan keadaanya seperti ini. Apa dia bisa? Padahal alasan dia pulang hanya untuk mengetahui keadaan keluarganya.
Dan itu direngut begitu saja oleh orang yang tidak bertanggung jawab!
Orang yang telah membuatnya berada di situasi sekarang ini!
Tapi, siapa orang itu?
Suara dari gagang pintu yang berusaha dibuka terdengar oleh Fabian. Fabian langsung bangun dari atas lantai dan mendekati pintu. Dia semakin gugup siapa orang dibalik semua ini.
Setelah beberapa saat tidak ada pergerakan apapun dari luar sana. Fabian mengira orang tersebut kembali pergi. Namun, ternyata pintu perlahan terbuka dan menampilkan sosok tinggi besar dan tatapan tajamnya yang menghunus daripada terakhir kali dia melihatnya.
Itu adalah sepasang mata yang sama yang dilihatnya di dalam mobil.
"DEVAN BAJINGAN!"
Fabian berseru dengan keras saat Devan di usianya yang sekarang 25 tahun itu berjalan masuk dengan pakaian jas mahal yang melekat begitu pas di tubuhnya. Walaupun begitu, itu tidak bisa menyembunyikan tubuhnya yang semakin bugar.
Bahunya juga entah kenapa lebih lebar dari sebelumnya. Kaki panjangnya maju dengan perlahan. Dia tampak seperti seorang pemimpin muda dari perusahaan besar tapi aura gelapnya tampak seperti dia berasal dari geng bawah tanah.
"KAU PRIA GILA!"
"LEPASKAN AKU!"
"SEKARANG!"
Senyuman hangat tapi menyeramkan muncul di wajahnya, dia datang mendekati Fabian. Saat Fabian berusha meraihnya untuk menjambak rambutnya, Devan melangkah mundur.
Rambuatnya sedikit gergoyang dengan indah, tidak sesuai dengan wajah dewasanya. Itu bahkan lebih matang dari kehidupan pertama. Dan lebih menyeramkan dari apapun. Membawa intimidasi yang tidak bisa dijelaskan dalam kata-kata.
Namun, Fabian tidak mau takut dengan orang gila di depannya ini!
Orang yang ternyata adalah penculik dan mengurungnya di tempat seperti ini. Orang gila yang kehilangan akal sehatnya. Dan sudah dibutakan oleh sesatu entitas jahat.
"DEVAN!"
"KAU BAJINGAN!"
"LAPASKAN AKU!"
Devan malah semakin tersenyum dengan lebar, kedua tangan di saku celananya bergerak keluar. Kemudian salah satu tangannya naik ke atas dan bergoyang pelan.
"Hai, Fabian. Kita bertemu lagi. Bagaimana kabarmu?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be ContinedAuthor Note: Siapa yang kangen Devan?😔
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasíaFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...