"Tidak ada siapapun di dalam sana. Kamu mungkin melihat hantu."
Fabian mengerutkan dahinya tidak percaya. Jelas-jelas tadi dengan kedua matanya dia melihat seorang pria aneh menerobos masuk ke dalam apartemen Philip.
"Tidak mungkin aku melihat hantu."
"Tapi, aku tidak menemukan siapapun di dalam sana."
"Apa kau sudah mengecek seluruh ruangan?"
"Ya. Aku sudah mengecek secara menyeluruh."
"Tapi, bagaimana bisa?"
Walaupun Fabian percaya hantu itu ada, dia tidak yakin kalau yang dilihatnya adalah hantu. Kedua kakinya bahkan menyentuh tanah, walaupun memang pakaiannya hitamnya sedikit menakutkan.
"Sudahlah. Lagi pula aku tidak memiliki barang berharga disana. Kalaupun dia memang pencuri, mungkin dia pergi begitu saja setelah tidak menemukan apa-apa."
"Mungkin saja."
Fabian mengangguk setuju. Bisa jadi pencuri itu langsung pergi lewat jendela. Walau kedengarannya sangat mustahil. Loncat dari lantai 5 di cuaca yang sedingin ini.
"Lupakan saja. Toh, aku baik-baik saja kan?"
Philip memang terlihat baik-baik saja. Masih sama seperti penampilan pagi tadi. Fabian pun menghela nafas.
"Kenapa kamu tidak pulang? Sedari tadi pagi ada di apartemenku."
"Aku bosan disana. Tidak ada televisi."
"Tetap saja."
"Oh ayolah. Lagipula kita sama-sama tinggal sendirian. Daripada kesepian, lebih baik tinggal bersama seseorang, kan?"
"Tidak. Aku suka hidup sendirian."
Setelah itu, Fabian masuk ke dalam dapurnya. Membereskan semua barang belanjaan miliknya. Saat selesai, dia membersihkan tubuhnya dan mengganti dengan pakaian baru.
Hingga malam tiba, Philip akhirnya pulang ke rumahnya hanya setelah dia mendapatkan jatah makan malam miliknya.
"Terima kasih untuk makanan gratisnya! Aku janji akan menggantinya!"
"Kamu sudah mengatakan itu beberapa puluhkali."
Philip hanya membalas dengan senyuman lebarnya. Kemudian dia pamit dan pergi ke depan. Fabian di sisi lain mulai duduk di sofa panjang. Melihat tayangan televisi yang masih menayangkan kartun.
Walaupun itu tayangan yang anak-anak, entah kenapa Fabian cukup terhibur.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Suasana di apartemenya pun mulai sunyi. Jalanan di luar juga sudah gelap karena lampu jalan yang tidak menyala. Membuatnya tampak lebih menyeramkan daripada biasanya.
Apalagi saat Fabian melihat sekelebat hitam yang bergerak di bawah sana keluar dari gedung apartemennya. Fabian bergidik ngeri dan memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
"Jangan-jangan apa yang Philip katakan itu benar. Tadi aku melihat hantu!"
Setelah mengatakan itu, listrik tiba-tiba padam. Membuat lampu dikamarnya juga ikut padam dan suasana menjadi lebih mencekam. Tidak punya pilihan lain, Fabian akhirnya bersembunyi di bawah selimut tebal.
Tapi, untungnya listrik kembali hidup. Fabian menghela nafas lega.
"Astaga ini membuatku merinding!"
Fabian pun memilih untuk tertidur, mengabaikan salju diluar yang turun semakin lebat dan angin berhembus dengan kencang. Serta notifikasi email baru masuk ke dalam ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...