Tepatnya 2 hari yang lalu.
Malam itu, hujan turun dengan deras. Suasana di luar begitu dingin dan basah. Berbeda dengan suasana di dalam restoran pinggiran sungai yang hangat dan terang.
Banyak pengunjung di dalam restoran yang menghabiskan malam minggu mereka untuk makan bersama orang terkasih. Beberapa yang lain memilih untuk bertahan di dalam restoran sambil menunggu hujan berhenti.
Fabian dan Devan tidak termasuk dalam keduanya. Berdasarkan pemikiran Devan, namun Fabian tentu berpikir sebaliknya.
"Aku tahu kamu pasti akan datang."
Fabian menatap Devan penuh minat. Bibir dan kedua matanya tersenyum dengan lebar. Menatap pria yang sedari tadi memperhatikan sungai di samping mereka.
"Kamu mau pesan apa?"
Ketika tidak menerima respon apapun, Fabian kembali berbicara. Dia membuka daftar menu yang tadi diserahkan oleh pelayan.
"Mari kita lihat. Ada menu apa saja hari ini," gumamnya.
Menu di restoran mewah itu terdiri dari menu special, menu rekomendasi, dan menu harian. Mulai dari berbagai olahan ikan, ayam dan yang lainnya.
"Aku akan pilih menu rekomendasi. Bagaimana denganmu, Evan?"
Devan sama sekali tidak membuka buku menu yang ada di depannya. Dia masih asyik menatap keluar jendela yang besar.
"Apa tujuan kamu memintaku datang kesini?"
Devan menoleh sambil bertanya kepada Fabian. Sekarang ini Devan terlihat tidak terlalu senang. Suaranyanya yang berat pun sekarang terdengar berbeda dari biasanya.
"Aku akan mengatakan itu nanti. Mari kita makan dulu!"
Seru Fabian sambil menopang wajah manisnya itu dengan satu tangan. Masih tidak melepaskan tatapan minat kepada Devan. Sekalipun Devan membalasnya dengan acuh tak acuh.
"Langsung saja ke intinya."
Fabian menarik wajahnya, kemudian dia menoleh ke sana kemari. Saat bertemu dengan tatapan pelayan, dia memanggil seorang pelayan laki-laki untuk mendekat.
"Ada yang bisa saya bantu?"
Suara pelayan itu terdengar ringan dan ramah.
"Kami berdua memilih menu rekomendasi chef."
"Baik, akan saya catat."
Pelayan itu mengeluarkan buku kecil kemudian menulis sesuatu di sana.
"Apakah ada tambahan lagi?"
"Untuk saat ini, belum ada."
"Baik, mohon ditunggu."
Setelahnya pelayan pamit, Fabian kembali bertemu dengan tatapan Devan yang tengah menunggu jawabannya sedari tadi.
"Untuk apa terburu-buru?"
"Katakan sekarang juga."
Fabian menghela nafas kecewa, dia menatap Devan dengan sedih. "Padahal sudah lama sekali kita tidak makan malam bersama. Kamu terlihat tidak senang."
"Apanya yang sudah lama? Kemarin malam kamu datang ke rumah orangtuaku seenaknya. Atau beberapa hari yang lalu datang ke apartemenku membawa makanan."
Fabian tersenyum penuh arti, "Makan di rumah dan di restoran adalah dua hal yang berbeda."
"Katakan saja ke intinya."
Devan terdengar tidak tahan dengan celotehan atau basa-basi dari Fabian.
"Aku menyukaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...