Bagian#44

18.1K 1.5K 95
                                    

Warning : Conten Slight NSFW⚠️
________________________________

Fabian menikmati Devan yang membersihkan tubuhnya.

Mulai dari menggosong tubuhnya dengan sabun, mencuci kepalanya dengan shampo, sampai mengeringkan tubuhnya. Devan melakukan itu semua begitu telaten.

Fabian yang duduk di tepi ranjang menikmati Devan yang tengah mengeringkan rambutnya. Dia menutup matanya dengan perasaan nyaman ini. Sedangkan Devan masih sibuk dengan pekerjaanya.

Walaupun tubuh Fabian memakai handuk, tetap saja, udara dingin dari atas sana membuat tubuhnya sedikit menggigil. Devan yang menyadari itu segera bertanya, "Apa kamu kedinginan?"

"Ya."

Fabian mengangguk pelan. Devan pun segera turun dari atas ranjang dan mengambil piyama dari dalam lemari yang sebelumnya sudah dia simpan disana.

"Pakailah."

Devan menyerahkan piyama bersih itu kepada Fabian. Itu dibalas oleh gelongan pelan dari Fabian, "Tidak. Kamu yang memakainya untukku."

Senyuman perlahan tercetak di wajah tampannya itu, dia kemudian segera memakaikan piyama bagian atas kepada Fabian. Saat tangannya tengah mengancingkan pakaian satu persatu, dia bertemu dengan tatapan Fabian.

Tatapan itu begitu lembut namun seksual secara bersamaan. Seolah tengah menggoda bagian dalam dari tubuh Devan yang tidak pernah dia sadari sendiri.

Hasrat aneh namun menyenangkan tiba-tiba muncul dari suatu tempat, membuatnya ingin terus berlama-lama dalam situasi sekarang ini. Namun, hal lain seolah datang mendorongnya untuk segera bertindak sebelum itu segera sirna.

Perlahan kepala Devan datang mendekat, Fabian yang mendekati itu mulai menutup kedua matanya. Tidak lama, daging kenyal dan hangat menyentuh bibirnya. Awalnya itu hanya bersentuhan, namun lidah basah datang dan mulai menyerbu ke dalam.

Mulutnya secara sukarela terbuka lebar, menyambut kedatangan tamu. Lidah yang datang merasa gembira atas sambutan itu. Dengan begitu, dia mulai menggosok kedua lidah dengan gerakan menggoda.

Sesekali dia menyedot lidah Fabian, dan lenguhan kecil keluar bersamaan.

"Agh..."

"Devan..."

Layaknya kabel yang putus, jaringan otak Devan terputus. Membuat saraf rasionalitasnya bengkok. Kedua matanya perlahan memancarkan aura gelap. Menatap Fabian yang diam dengan mulut terbuka.

Selanjutnya, tidak mau membuang waktu. Devan bermain dengan mulut Fabian secara kasar dan menuntut. Dia mengecap itu secara tidak sabar. Seolah telah rindu dengan perasaan ini.

"Ahh.."

"Pelanlah..."

Namun, permintaan itu malah semakin membangkitkan untuk bertindak sebaliknya. Devan mendorong tubuh Fabian ke bawah. Dan menekan tubuhnya dari atas. Semakin memperdalam ciumannya.

"...arghh, D-devan."

Fabian kesulitan untuk bernafas, setiap kali dia berusaha untuk mencari udara, Devan segera membolikrnya.

"Bernafaslah lewat hidungmu."

Setelah mengatakan itu, Fabian melupakannya. Awalnya dia sedikit kesulitan, tapi berkat tuntunan dari Devan, dia melakukannya dengan baik.

"Bagus."

Gumaman Devan samar terdengar, karena sekarang dia sudah jatuh dalam ciuman dalam itu. Keduanya saling bermain satu sama lain. Saling bertukar kehangatan.

Lidah itu menggoda seluruh area di dalam tubuh Fabian. Mulai dari ruang atas hingga menyentuh setiap giginya. Fabian tidak bisa menghentikan kegembiraan aneh ini.

[BL] Second Time |Fabian&Devan|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang