Bagian#29

21.4K 1.9K 67
                                    

Sepanjang malam Fabian menunggu e-mail baru masuk ke akunnya. Karena selama dua hari terakhir ini, Fabian tidak menerima kiriman file presentasi dari Laura.

"Kemana dia? Apa dia lupa akun email ku?"

Fabian menghela nafas, pada akhirnya Fabian lelah menunggu. Walaupun besok adalah hari dimana presentasi akan dilaksanakan, dia tidak terlalu ambil pusing. Toh, dia sudah hafal semua materi yang akan dibahas olehnya. Dia hanya perlu menyesuaikan dengan isi dari file presentasi.

Tapi, paginya, ketika Fabian menunggu di pintu kelas. Laura tidak kunjung datang. Padahal kelas beberapa saat lagi akan dimulai. Dan regu Fabian akan menjadi regu pertama yang akan presentasi.

"Kenapa belum datang juga?"

"Ini akibatnya karena aku tidak meminta alamat email atau nomor ponselnya."

Saat Fabian melihat seorang wanita datang, dia kira itu Laura. Namun ternyata itu adalah Meli yang datang dengan potongan rambut barunya. Sedikit mirip Laura.

"Kau sudah dapat file presentasinya dari Laura?"

Fabian bertanya setelah Meli berada di depannya.

"Belum. Memangnya dia belum mengirimnya kepadamu?"

Fabian menggelengkan kepalanya, "Belum. Justru karena itu aku bertanya."

"Ah, sial! Kemana perginya anak itu?"

Fabian memijat kepalanya yang tiba-tiba terasa berat ini, jujur saat ini dia begitu marah dan ingin meluapkan kemarahannya, tapi, melihat Axel datang dari balik gedung segera membuat Fabian menelan itu.

"Lupakan dia. Kita kerjakan itu sekarang juga."

"Apa!"

Fabian segera masuk ke dalam kelas dan duduk di barisan paling depan. Kalau dia tahu ini akan terjadi, seharusnya dia sendiri saja yang membuat file presentasinya. Toh, dia sudah mendapatkan materinya dari Meli.

Tapi, saat ini tidak ada waktu untuk menyesal!

"Halo, selamat pagi semuanya!"

Axel datang ke dalam kelas. Fabian tidak menyapa, dia sudah sibuk membuka laptopnya dan mulai mengerjakan file presentasi. Di waktu yang mepet ini, membuat presentasi dengan terburu-buru malah semakin membuat Fabian gugup. Sampai Fabian tidak sadar kalau Axel sudah mengabsen seluruh mahasiswa.

"Baiklah. Sesuai dengan tugas minggu lalu yang saya berikan. Kali ini kalian akan menjelaskan hasil dari penelitian kalian didepan. Apa kalian sudah mengerjakannya?"

"Sudah, Pak Axel!"

"Sudah!"

"Belum." Jawab Fabian pelan

Fabian menggigit bibirnya, dia butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan ini. Tapi, waktu di depannya semakin menipis.

"Baiklah, regu pertama. Silahkan ke depan dan mulai presentasi kalian. Sekalian mengumpulkan filenya."

Fabian menghela nafas pelan, dia menatap Axel yang wajahnya terlihat tegas itu tengah menunggu kelompok Fabian untuk datang. Tidak punya pilihan lain selain berkata jujur, Fabian berdiri dari kursinya dan menatap Axel.

"Pak Axel. Saya minta maaf. Karena file presentasi yang harus dikumpulkan belum selesai. Saya hanya bisa melakukan presentasi tanpa filenya, apa itu diperbolehkan?"

Wajahnya Axel terlihat tidak suka, dia berjalan ke depan dan berkata, "Ini mengecewakan. Padahal saya sudah menantikan kerja keras kelompok kalian."

"Kamu tahu sendiri aku tidak suka keterlambatan dan keteledoran. Aku anggap ketepatan waktu adalah salah satu bentuk tanggung jawab. Jika kamu tidak bisa melakukannya, berarti kamu tidak bisa dia andalkan."

Fabian menunduk pelan, "Maaf."

"Regu dua. Sekarang giliran kalian."

Setelahnya, sepanjang kelas berlangsung Fabian tidak terlalu mendengar suara dari depan maupun belakang. Fabian merasa marah terhadap dirinya sendiri karena mengecewakan Axel.

Dan, Laura, anak itu masih belum datang juga! Fabin tidak tahu apakah dia sengaja bolos, tengah sakit atau kenapa? Dia tidak memberi kabar apapun!

Fabian rasanya ingin marah kepada Luara.

Saat jam istirahat Fabian berusaha mencari Laura di kantin. Namun dia tidak menemukan keberadaan perempuan itu. Saat pergi ke teman satu angkatannya pun. Dia tidak bersama mereka.

Dia akhirnya menyerah tidak lagi mencari Laura.

Akibat hal itu, Fabian akhirnya dalam suasana hati yang buruk. Sore harinya, setelah semua kelas Fabian selesai, dia mulai berjalan di area kampus sembari membuat otaknya lebih segar.

Saat dirinya melewati jalan setapak, di bawah sana ada danau. Dan dia melihat Laura, anak yang menghilang itu tengah berduaan dengan Devan. Mereka berdua begitu asyik pacaran sampai lupa sekitaran mereka!

Bukan, Fabian tidak cemburu!

Tapi, dia begitu marah kepada Laura yang mengabaikan tanggung jawabnya sendiri!

Di sana, Devan berdiri dan berjalan ke arah lain meninggalkan Laura yang duduk sendirian. Fabian pun segera turun dan mendekati Laura.

"Hei! Kau disana!"

Seru Fabian dengan nada keras dan ketus, Laura yang semula duduk menghadap danau sekarang berbalik arah dan menatap Fabian. Seolah Fabian adalah hantu, Laura dengan sengaja mengabaikannya.

"Kau!"

Fabian yang semakin tersulut amarahnya berdiri di samping Laura. Laura malah asyik makan cemilan di pangkuannya. Menikmati air danau yang tenang.

"Kau mahasiswa tidak bertanggung jawab!"

Baru, saat itulah Laura bangun dan berhadapan dengan Fabian.

"Apa yang kau katakan?"

"Kau itu sebenarnya serius tidak sih dengan kuliahmu? Kalau kau tidak memang tidak serius. Maka, katakan itu sejak awal! Setiap kali kita berdiskusi kau selalu saja bermain-main. Membolos kelas tanpa mengatakan penjelasan apapun. Jika tidak mau melakukannya, katakan! Karena orang lain menanggung akibatnya!"

Fabian benar-benar meluapkan semua kekesalannya kepada Laura atas semua pertemuan mereka untuk diskusi kelompok. Itu juga bagian dari luapan kekecewaan kepada Axel dan dirinya yang dipastikan akan mendapatkan nilai nol di mata kuliah ini.

Padahal Fabian ingin memberi kesan terbaik untuk Axel.

Tapi, itu sudah sirna begitu saja.

"Suka-suka aku. Kenapa pula kau marah kepadaku."

Laura menjawab dengan begitu entengnya, seolah tidak merasa bersalah atas semua yang telah diperbuatnya.

"Aku benar-benar muak terhadapmu. Entah di masa lalu maupun sekarang ini!"

Setelah itu, tiba-tiba tubuh Fabian tertarik ke depan. Tidak menyadari kalau tubuhnya sudah oleng dan dia tidak bisa mempertahankan keseimbangannya. Alhasil dia jatuh ke dalam danau bersama Laura.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

[BL] Second Time |Fabian&Devan|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang