"Aku memang terobsesi denganmu. Tapi, aku tidak sampai tega membunuh keluargamu, Fabian."
"Memangnya aku percaya itu?"
Fabian mendengus pelan. Dia bahkan sudah menyembunyikan kabar keluarganya sejak awal. Karena dia tahu, kalau Fabian tahu keluarganya mati. Fabian akan semakin membencinya, dan tidak mau menerima cinta dan obsesinya itu.
Suasana di sekitar mereka semakin berat. Apalagi hanya ada mereka berdua. Tidak ada orang lain bahkan hewan sekalipun. Seolah-olah dunia di sekitar mereka senyap.
"Aku sungguh tidak akan pernah melakukan hal sekejam itu, Fabian."
Devan meringis, suaranya parau dan sedih. Dia tampak tersakiti akibat pernyataan Fabian. Dia pun berusaha mendekati Fabian dengan melangkah, namun Fabian otomatis bergerak mundur. Tidak mau berdekatan dengan seorang pembunuh.
Walaupun dia tidak mau takut di hadapan Devan, Fabian tidak bisa menampik itu. Nyalinya terlalu lemah. Dia tidak berdaya.
"Siapa yang bilang itu?"
"Tidak penting siapa yang mengatakannya! Fakta kalau kau telah membunuh keluargaku itu saja sudah cukup, Devan!"
"Ah, sepertinya itu adalah Axel."
Devan mendengus pelan, setelah itu dia menatap Fabian dengan lekat. Berusaha untuk memegang tangan Fabian, tapi segera ditepis oleh Fabian.
"Jangan percaya omong kosongnya. Dia mengatakan itu karena dia memiliki dendam terhadap diriku. Dia tidak suka fakta kalau aku mencintaimu Fabian. Dia merasa tersaingi."
"Aku malah tidak percaya pembelaanmu."
"Aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh."
"Lantas kenapa kau tidak pernah memberitahuku, Devan! Kenapa?! Aku pulang ke Indonesia hanya untuk melihat keadaan mereka semua! Tapi, kau dengan egoisnya malah mengurungku di tempat terpencil seperti ini!"
Devan terdiam selama beberapa saat, dan Fabian merasa semakin marah karena itu. Dia tidak menyangka kalau Devan akan melakukannya sampai sejauh ini.
"Tidak cukup bagimu membuatku terkurung, kau juga membunuh keluargaku!"
"Aku, tidak!"
"Berhenti menyangkalnya, bajingan gila!"
Devan menghela nafas pelan, "Aku tidak akan pernah melakukan itu, Fabian. Benar, aku memang mencintaimu dan terobsesi denganmu. Namun, membunuh keluargamu, bukankah itu terdengar berlebihan?"
Fabian tertawa getir mendengar itu, "Jika kau bisa menyakiti dan membunuh Heri dan Philip, kenapa tidak dengan keluargaku?"
Cahaya putih melintas dengan cepat, lalu disusul suara gemuruh. Perlahan hujan turun dari atas langit malam. Mulai mengenai keduanya yang masih berdiri penuh emosi.
Hujan turun semakin deras, angin yang berhembus pun semakin kuat. Dingin dari air hujan dan angin sekarang bercampur menjadi satu. Pandangan diantara keduanya pun semakin kabur.
"Sebenarnya apa salahku, Devan? Kenapa kau tega melakukan ini padaku?"
"Aku..."
"Jangan bilang kau mencintaiku?"
"..."
"Tidak bisakah dirimu untuk berhenti mencintai dan terobsesi denganku, Devan?! Karena dirimu benar-benar terlambat, Devan?!"
"Maaf..."
"Bahkan permintaan maafmu tidak akan mengubah semua hal buruk yang telah terjadi padaku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...