"Apa maksudnya itu?!"
Fabian mendorong tubuh Axel dengan keras sampai membuat Axel terjatuh ke bawah. Dia berteriak keras karena merasa tidak percaya apa yang baru saja didengarnya.
"Bersabarlah, Fabian."
Suara Axel terdengar parau dan lemah, sedangkan Fabian disisi lain hanya termenung. Pikirannya tiba-tiba terasa kosong. Dan seluruh dunia tampak berhenti detik itu juga. Bahkan angin yang berhembus sudah tidak terasa lagi.
"Apa keluargaku benar-benar meninggal?"
Fabian bertanya dengan nada lemah, menatap Axel dengan penuh pengharapan kalau sebenarnya itu tidak benar. Dia masih mempercayai kalau keluarganya baik-baik saja.
"Sebenarnya keadaan keluargamu yang memburuk sudah dari lama. Waktu kamu pergi tanpa kabar apapun, perusahaan keluargamu mulai sedikit goyah. Beberapa masalah menimpa perusahaan keluargamu."
Fabian baru pertama kali mendengar ini. Dia sama sekali tidak tahu keadaan perusahaan keluarganya. Jika saja dia tidak pergi ke luar negeri atau dia bisa saja menjadi lebih peka pada keluarganya, dia tidak akan menjadi orang bodoh dan tidak berguna seperti ini.
"Karena banyak masalah yang menimpa, ayahmu mulai jatuh sakit. Dia sampai harus dirawat di rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri. Tidak hanya itu, ibumu yang stress dengan keadaan ayahmu menjadi lebih tidak berdaya lagi. Karena itu pula, dia mengalami sebuah kecelakaan beruntun. Membuatnya meninggal ditempat."
Kedua matanya sudah panas, Fabian berusaha untuk tetap tegar. Sekalipun kenyataan pahit memukulnya begitu keras.
"Pada akhirnya, Brian, kakakmu harus menggantikan ayahmu di keadaan yang tengah berduka. Aku tidak tahu alasan mengapa dia tidak memberitahu keadaan mendesak seperti ini kepadamu."
Fabian menggeleng pelan. Kakaknya, Brian, menghubungi Fabian kala itu. Menyuruhnya untuk pulang. Itu adalah alasan yang paling kuat kakaknya menyuruhnya pulang.
"Tidak lama ini, keadaan ayahmu memburuk. Sekitar dua minggu yang lalu, dia menyusul ibumu. Sedangkan kakakmu yang semakin depresi memilih untuk mengakhiri hidupnya. Dengan cara terjun dari lantai teratas gedung perusahaan keluargamu."
Detik itu juga, air mata yang telah dibendung, runtuh juga. Fabin terisak dengan kencang. Dia merasa menyesal, sedih dan tidak berguna.
Ini semua tidak akan terjadi kalau Fabian tidak egois. Hanya karena ingin kabur dari Devan, dia sampai harus meninggalkan keluarganya.
Kalau saja dia datang lebih cepat, mungkin saja ini semua tidak akan terjadi. Dia bisa mencegah nasib buruk terulang kembali untuk kedua kalinya. Tapi itu semua hanya sia-sia.
"Itu semua adalah salah... Devan."
Fabian berhenti menangis, menatap Axel dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya semakin sakit ketika mendengar nama itu lagi.
Devan, Devan, Devan.
Dia lagi.
Kenapa semua nasib buruk di kehidupan pertama dan kedua selalu berasal dari Fabian yang berurusan dengan Devan? Mengapa?
"Dia tidak suka kamu pergi darinya. Karena tidak tahu harus kemana menumpahkan kemarahannya itu. Devan dengan sengaja membuat masalah pada perusahaanmu. Dia melaporkan perusahaan atas penggelapan dana. Padahal itu semua hanya rekayasa dirinya.
Selain itu, dia jugalah yang dibalik kecelakaan ibumu. Dia yang dengan sengaja mengotak-atik mobil ibumu. Membuat remnya blong dan saat kecelakaan terjadi, ibumu tidak bisa menghindarinya.
Brian juga sama. Karena kasus penggelapan dana. Dia akan dipenjarakan. Namun, Brian lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya."
Fabian benar-benar marah terhadap Devan. Menusuknya dengan beling saja tidak cukup. Fabian perlu membunuh Devan. Dengan begitu ini semua akan impas. Tapi, bahkan nyawa Devan pun tidak layak atas tiga nyawa keluarganya yang telah dia ambil.
Bagaimana bisa dia secara perlahan membunuh keluarga Fabian? Dia bilang mencintai Fabian? Tapi, kenapa dia tega melakukan ini terhadap Fabin? Apa
Karena obsesi nya itu? Dia tega melakukan hal seperti itu.Apa mengurung Fabian saja tidak cukup baginya? Sampai harus menyingkirkan keluarga tercintanya. Apa mungkin itu yang dia maksud ketika Devan hanyalah satu-satunya dunia untuk Fabian? Lantas apa yang masih tersisa bagi Fabian di dunia ini?
Ketika dia mengulang kehidupan, dia tidak mengira hal yang sama malah kembali terjadi. Hal buruk yang paling dihindarinya, malah datang kembali kepada Fabian.
Bahkan sekarang itu jauh lebih menyakitkan karena semuanya disebabkan oleh Devan.
Fabian sangat frustasi saat ini, rasanya dia ingin segera menyusul keluarganya saja. Dia sudah tidak sanggup di dunia yang kejam ini akibat Devan. Biarkan saja Fabian mati untuk kedua kalinya.
Dia harap Devan mungkin akan menyesal seumur hidupnya.
Ketika Fabian mengambil kayu runcing di bawah tanah, Axel melotot terkejut, dia segera mengambil itu dengan paksa.
"Fabian, sadarlah! Apa yang kamu lakukan!"
"Lepaskan!"
"Sadarlah Fabian! Jangan seperti ini!"
"Tidak. Biarkan aku mati!"
Axel berhasil menariknya, kemudian kayu runcing itu segera dia buang jauh secara sembarangan. Lalu menatap Fabian yang keadaanya semakin kacau daripada sebelumnya. Dia tampak seperti kehilangan harapan di dalam hidupnya.
Tentu saja, kabar yang dibawa Axel sangatlah mempengaruhi itu.
"Aku minta maaf, Fabian."
Axel memeluk Fabian dengan erat. Berusaha menenangkan pikiran Fabian yang kaca. Dan Fabian masih terisak hebat dalam pelukannya.
"Maaf karena tidak bisa berbuat apapun kepada keluargamu."
Fabian yang mendengar itu menggeleng pelan. Axel tidak perlu meminta maaf. Dia tidak bersalah. Justru Fabian lah yang merasa berterima kasih. Jika dia tidak bertemu dengan Axel dia mungkin tidak akan pernah mendengar kabar keluarganya yang disembunyikan oleh Devan.
Devan lah yang salah.
Dia sumber dari segala masalah yang menimpa Fabian.
Sumber nasib buruk yang dialami Fabian.
"Aku menyesal Fabian. Tolong jangan benci aku."
Tidak, Fabian tidak membenci Axel. Sebelum dia pergi dari Indonesia, Axel juga sudah banyak membantu Fabian. Menjadi teman yang menemani Fabian. Selain itu dia tetap sabar bersama Fabian yang masih belum sadar kalau dia mencintainya.
Namun, setelah semua keluarganya tiada di dunia ini. Ketika Fabian tidak memiliki apapun lagi. Alasan untuk membuatnya hidup. Membuatnya masih ingin terus melanjutkan kehidupan kedua ini.
Apakah masih ada?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...