Bagian#27

23.3K 2.2K 95
                                    

Terima kasih semuanya untuk dukungan yang kalian berikan. Itu sangatlah berarti bagiku dan membuat suasana hatiku jauh lebih membaik.

Maaf karena tidak bisa membalas kalian satu persatu. Tapi, pokoknya aku sangat berterima kasih.

Love yall❤️

Bonus double update untuk kalian.
Happy reading🌷

Oh iya, satu hal lagi. Mungkin beberapa chapter ke depan belum ada kemajuan berarti, karena aku butuh ada sedikit proses dalam tahapan alur cerita menuju puncak. Aku pasti akan buat kemajuan antara Fabian-Devan.

Jadi, bersabarlah sedikit lagi, oke?

Thanks🌷
___________________________________ 

"Pada tugas yang diberikan oleh Pak Axel, kira-kira siapa yang mau menjadi ketua tim?"

Fabian bertanya kepada semua orang di satu meja yang sama, dia menatap perempuan dengan rambut panjang bergelombang yang duduk di sampingnya. Dia terlihat menatap Fabian dengan tatapan mengejeknya.

Beralih ke depan, dia menatap Laura yang sibuk dengan Devan. Dia mengabaikan Fabian secara terang-terangsan dan tetap menyuapi Devan dengan tangannya langsung.

"Baiklah, karena kalian tidak mau jadi ketua regu. Biarkan aku saja yang melakukannya. Lagipula aku satu-satunya pria disini."

Berkata seperti itu, Fabian merasa diskusi kali ini lebih terlihat seperti kumpulan orang yang memperjuangkan Devan dibandingkan sebuah kelompok tugas. Walaupun begitu, Fabian tidak ingin gagal atau mendapat nilai jelek di mata kuliah Axel.

Mereka semua tidak banyak menanggapi, itu terlihat seperti hanya Fabian lah yang memiliki mulut. Sedangkan yang lainnya tidak.

Ding

Terdengar suara notifikasi masuk ke dalam ponselnya. Fabian kemudian membuka ponselnya dan mendapati pesan dari Axel.

Kak Axel [Apa kamu sudah pulang?]

Fabian [Belum Kak Axel. Memangnya kenapa?]

Kak Axel [Beritahu aku kamu tengah berada di mana, nanti aku akan datang kesana untuk menjemput setelah urusan selesai.]

Fabian [Oke.]

Fabian [Lokasi.]

"Apa yang membuatmu tersenyum selebar itu?"

Mendengar suara malas dari sampingnya, Fabian menyimpan kembali ponselnya dan mengangkat wajahnya untuk melihat Meli. Perempuan yang jelas-jelas menunjukan ketidaksukaannya kepadanya.

"Memangnya aku tersenyum?"

Tanya Fabian sungguh-sungguh, karena dia tidak melihat ekspresinya sendiri.

"Ya, kamu melakukannya."

Fabian tidak terlalu mengerti maksud dari Meli, tapi dia mengangguk setuju, "Ya. Aku."

"Jangan katakan rumor itu benar, kamu dan Pak Axel tengah pacaran."

Fabian tiba-tiba melotot terkejut, dia melongo selama beberapa saat. Baru kali ini dia mendengar ada rumor seperti itu. Sebelumnya yang dia tahu kalau rumor yang beredar adalah dia menggoda Axel. Bukan menjadi pacarnya Axel.

"Tapi, apa itu ada hubungannya denganmu?"

Suara Fabian terdengar ketus dan dingin. Kalaupun itu benar atau tidak, kenapa pula Meli harus repot-repot bertanya kepadanya. 

"Ini adalah diskusi kelompok, bukan diskusi masalah pribadi. Jadi, berhentilah mengurusi hal pribadiku. Dan fokuslah pada tugas kita."

Setelah mengatakan itu secara dingin, Fabian menatap ke depan. Di seberang sana, dua insan yang saling mencintai satu sama lain menatapnya dengan lekat. Laura, menatapnya sambil dengan wajah tanpa ekspresi. Sedangkan Devan mulai menatapnya dengan tatapan dingin dan tajamnya itu.

[BL] Second Time |Fabian&Devan|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang