"Ikut bersamaku."
Keheningan diantara Fabian dan perempuan di depannya dipecahkan oleh suara dingin dan datar itu. Fabian menoleh dan mendapati kalau Devan sudah berada disampingnya dan memegang tangannya.
Tanpa menunggu jawaban Fabian, Devan menarik tubuh Fabian begitu saja. Selama beberapa saat Fabian linglung. Baru setelah setengah jalan dia menghentakan tangan Devan.
"Hentikan!"
Fabian menatap Devan dengan kesal. Sedangkan Devan menatapnya tanpa ekspresi apapun. Devan kembali menarik tangan Fabian.
"Hei, Devan! Kau dengar apa kataku barusan?"
Teriakan Fabian itu dengan sengaja di abaikan oleh Devan. Dia tetap fokus membawa Fabian bersamanya turun dari tribun.
"Berhenti!"
Sekarang Fabian yang menarik tibuh Devan, walaupun sebenarnya tubuh Devan tidak terguncang sama sekali. Dia hanya diam dan menatap Fabian.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ikut denganku ke lapangan."
"Kenapa aku harus?"
"Ikut saja."
Fabian benar-benar tidak mengerti sikap Devan sekarang. Di kehidupan sebelumnya dialah yang meminta Fabian untuk tidak bertemu lagi dengannya.
"Kau tidak lupa kan? Kau sendiri yang mengatakan untuk tidak mengganggumu?"
"Apakah aku pernah mengatakan itu?"
Devan malah balik bertanya dengan ekspresi pura-pura tidak tahu. Fabian geram kepadanya.
"Iya, kau mengatakannya. Jadi, biarkan aku pergi. Aku tidak akan mengganggumu."
"Kamu tahu, kamu mengganggu atau tidak itu diputuskan olehku. Jadi, berhenti protes dan ikut denganku. Kamu tidak ingin terus menjadi pusat perhatian seluruh mahasiswa baru kan?"
Atas kalimat itu, Fabian menoleh ke bawah lapangan. Dia mendapati kalau ribuan pasang mata menatap kerah mereka berdua. Ini membuat Fabian merasa tidak nyaman di beberapa bagian.
Fabian menghela nafas lalu mengikuti Devan secara sukarela.
Padahal Devan sendirinya yang menyuruhnya untuk tidak ikut dalam kegiatan ospek, tapi dia juga yang membawanya masuk.
"Apa dia punya kepribadian ganda atau semacamnya?"
Gumaman Fabian tidak terdengar siapapun. Itu hanya sekedar kekesalannya saja.
Di lapangan, sekarang setiap mahasiswa dikumpulkan sesuai dengan jurusan mereka masing-masing. Mereka berbaris secara terpisah. Dan disetiap barisan ini dipimpin oleh 3 orang. Karena Fabian ikut bersama Devan, otomatis panitia bertambah satu orang secara tidak tertulis.
Devan tengah memberikan pengarahan kepada seluruh mahasiswa yang tengah duduk. Selanjutnya dia mulai mengeluarkan selebaran kertas. Tampaknya itu adalah daftar nama para mahasiswa. Karena selanjutnya dia mengabsen satu persatu.
"Laura Ayudya."
Seorang perempuan dengan wajah polos dan beranjak dewasa itu bangun. Semua orang yang ada disana terkagum melihatnya. Termasuk Devan yang diam selama beberapa saat. Fabian, di belakangnya hanya menelan pil pahit dengan berat.
Padahal dia tidak mau melihat pertemuan mereka. Tapi, ini kedua kalinya dia menyaksikan Devan pertama kalinya bertemu dengan sosok perempuan yang di masa depan akan menjadi satu-satunya orang yang paling dicintainya.
Fabian akan tersingkir begitu saja. Tidak lagi bisa menjadi, sahabat, teman ataupun kekasih sekalipun. Hanya ada Laura yang akan berada disisinya. Ternyata, ini lebih menyakitkan dibandingkan pertama dia melihatnya, karena dulu dia tidak tahu masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...