Baik kehidupan pertama atau kedua, dia muak dengan semuanya.
"Kenapa tidak mengambil nyawaku saja?"
"Aku pikir itu lebih baik."
"Dari pada harus menjalani kehidupan ini sekali lagi."
Fabian duduk di kursi mobilnya. Hari ini berbagai kejadian menguras tenaga dan semangatnya. Dan pada akhirnya Fabian bisa dengan percaya diri mengatakan kepada Devan kalau dia tidak lagi menyukainya. Melainkan berubah menjadi membencinya.
Belum memiliki tenaga untuk pergi, Fabian diam di mobil selama beberapa saat. Memejamkan matanya dan berusaha melepaskan semua penat yang menumpuk di bahunya. Walaupun tubuh banyak masih menyelimutinya, setidaknya, di dalam mobilnya sendiri Fabian bisa bernafas dengan lega.
Namun, tiba-tiba terdengar pintu samping yang dibuka. Fabian terkejut dan bangun dari tidurnya, tapi sayangnya, Devan sudah lebih dahulu menahan tubuh Fabian di bawahnya. Dengan lihai dia mengunci mobil Fabian dari dalam.
"Kenapa kau kesini!"
"Sudah aku bilang aku tidak pernah mau bertemu denganmu!"
"Kau bodoh!"
Devan menyeringai senang di atas Fabian. Tubuhnya yang dingin saling menempel dengan tubuh Fabian. Entah kenapa ketika dingin bertemu dingin, ada perasaan hangat disana.
Pukulan keras langsung mendarat di pelipis Devan. Devan mundur dan pindah ke sisi penumpang, saat Fabian hendak membuka kunci, Devan menarik kedua tangannya lalu mengikat tangan Fabian dengan ikat pinggang miliknya.
"Devan! Kau gila! Lepaskan tanganku!"
"Kau coba sendiri."
Devan malah terkekeh seperti orang gila, senyumannya itu tidak cocok dengan kegilaan yang dilakukannya. Fabian tidak mau tinggal diam, dengan kakinya, Fabian segera menendang alat kelamin Devan. Namun, Devan berhasil lolos, dan kedua kaki Fabian segera dia pegang dengan kedua tangannya.
"HEI BRENGSEK!"
"LEPASKAN AKU!"
"Coba saja kalau kamu bisa."
Fabian menggigit bibirnya, dia terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkannya. Pilihan terakhir yang Fabian punya adalah berhenti melawan, dia akan pura-pura menyerah, ketika Devan lengah, dia akan segera mencari celah.
"Apa yang kamu mau dariku kali ini."
"Ciuman."
"Tunggu—APA?!"
Devan terlihat sangat santai dengan apa yang baru saja dia katakan. Seolah tidak ada yang salah dengan itu. Seperti seorang kekasih yang menggoda pasangannya.
"Kau sudah punya pacar! Lakukan itu dengannya! Memangnya aku mau melakukan ciuman dengan orang yang aku benci?"
"Oh,"
Jawabannya sangatlah singkat, seperti dia tidak terganggu dengan kalimat Fabian. Tapi, ternyata itu salah. Devan langsung datang ke atas tubuh Fabian dan menyerbu mulutnya.
Fabian terkesiap saat lidah Devan menggoda bibirnya, menjilatnya dengan sensual dari bagian atas dan bawah. Fabian menahan pukulannya, dia memilih untuk tetap diam.
Yang dilakukannya hanya memalingkan wajahnya, berusaha menghindari Devan. Tapi Devan tidak tinggal diam begitu saja, dia memegang rahang Fabian dengan erat dan mendorong wajah Fabian agar bertemu dengannya.
Saat tatapan mereka terkunci, Fabian memilih untuk menutup mata.
"Agh."
Lenguhan keluar saat Devan dengan sengaja menggigit bibirnya. Dengan terburu-buru, lidah Devan masuk ke dalam mulut yang gelap itu. Dia beberapa kali menghisap lidah Fabian agar bergerak, namuan Fabian menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...