Selamat datang di Second Time : Season 2
Terima kasih untuk semuanya yang dengan setia menunggu cerita ini. Aku senang kalian sangat tidak sabar dengan kelanjutan cerita ini.
Aku baru bisa update sekarang karena 2 hari sebelumnya berfokus untuk istirahat.
Tidak perlu membuang waktu lagi.
Happy reading🌷
_________________________________4 tahun kemudian.
Di sebuah apartemen kecil pinggiran kota, sorot matahari pagi masuk melalui celah jendela kecil di bagian kamar tidur. Melewati ruangan yang cukup berantakan lalu mengarah kepada seorang pria manis yang tertidur pulas.
Walaupun sinar matahari sedikit menyengat, tapi udara di luar begitu dingin. Salju sudah turun sejak semalam, membuat apartemen 5 lantai itu dipenuhi oleh salju. Jalanan di depan pun tidak luput dari salju.
Beberapa sudah ada yang bangun dan mulai membersihkan jalanan agar mereka bisa melewatinya. Namun, pria yang masih tidur itu tidak menghiraukan orang-orang yang bekerja.
Ring~~~
Alarm ponsel berbunyi keras dan memenuhi ruangan kecil itu, pria pemilik ponsel itu terlalu malas untuk menghentikan alarm. Dia lebih memilih untuk menutup kupingnya dengan bantal.
Ring~~~
Namun swmakin dia membiarkan ponselnya, suara tersebut malah semakin mengeras. Alhasil dia terpaksa untuk bangun walaupun kantuk masih menyerangnya.
"Ah, mengganggu!"
Fabian berseru kesal. Saat alarm mati, dia melempar itu ke sembarang tempat. Menjatuhkan dirinya ke atas ranjang dan mulai menyelimuti dirinya dwngan selimut putih yang tebal.
Ding dong
"Astaga!"
Fabian langsung bangun saat mendengar bel rumahnya yang ditekan. Dia sebenarnya malas untuk bangun, tapi dia memaksakan dirinya untuk melihat siapa yang ada di depan pintu apartemennya.
Lewat lubang kecil di bagian tengah pintu, dia bisa menemukan kalau itu seorang pria. Pria tinggi dengan pakaian tebal berwarna hitam, lalu ada sekop besar di tangan kirinya.
"Ada apa Philip?"
Fabian bertanya setelah membuka pintu, Philip, pria itu tersenyum cerah saat Fabian membuka pintunya.
"Pagi, Fabian."
"Ya, pagi."
"Kamu baru saja bangun?"
"Kau baru saja membangunkanku!"
Philip terkekeh pelan merasa bersalah karena membangunkan Fabian, "Maaf. Karena kamu sudah bangun, bisakah kita pergi keluar. Salju sudah menumpuk hampir setinggi pinggang orang dewasa. Sulit untuk keluar. Maukah kamu membantu kami?"
"Baiklah. Aku akan segera menyusul ke bawah."
Tanpa menunggu jawaban Philip, Fabian segera menutup pintunya, dia beranjak menuju jendela terdekat dan mengintip ke bawah. Ternyata seluruh penghuni apartemen kecil ini tengah berkumpul di bawah. Mereka saling bahu membahu membersihkan salju yang cantik.
Tidak mau membuat mereka menunggu lebih lama, Fabian segera pergi ke kamar mandi. Dia menatap dirinya di depan wastafel, wajahnya semakin dewasa. Tapi, masih ada jejak manis dan lembut disana. Setelah mencuci wajahnya, Fabian mengganti pakaiannya dan mulai memakai mantel tebal dan penutup telinga.
Setelahnya dia mengambil sekop dari tempat penyimpanan lalu turun ke bawah.
"Hi!"
"Fabian!"
Para tetangganya yang melihat Fabian turun mulai menyapa satu persatu, Fabian tersenyum lebar sambil menggoyangkan tangannya. Membalas sapaan mereka.
Menemukan Philip di salah satu titik, Fabian segera menghampirinya.
"Hei!"
"Astaga!"
Philip berseru kaget karena Fabian mengagetkannya dan membuatnya terjatuh diantara salju. Saat dia bangun, ada cekungan hasil dia jatuh barusan.
"Kamu selalu saja!"
"Hehe, maafkan aku."
Fabian kemudian mulai menyodok salju dengan sekop miliknya, Philip di sampingnya juga melakukan hal yang sama. Selama beberapa waktu, mereka berdua dan yang lainnya sibuk dengan tugas masing-masing.
Berusaha untuk menyelesaikan semuanya dengan sekejap karena udara di luar sangatlah dingin. Tidak hanya salju yang masih turun, namun angin yang berhembus pun membawa rasa dingin. Membuat mereka semua menggigil walaupun memakai mantel tebal.
Baru, ketika semuanya telah selesai, mereka kembali menuju apartemen mereka masing-masing. Begitu pula Fabian dan Philip. Mereka berjalan melewati tangga untuk naik menuju lantai 5, tempat mereka tinggal.
"Bisakah aku makan di tempatmu?"
Fabian di sampingnya mengerutkan keningnya, dia berhenti menaiki tangga dan menatap Philip.
"Kamu punya tempat tinggalmu sendiri!"
"Oh, ayolah. Aku tidak punya makanan apapun di rumah."
"Cari makan sendiri!"
Fabian berseru dengan ketus, tapi, walaupun mendapatkan penolakan secara terang-terangan, Philip terlihat tidak marah. Namun, dia malah mulai bertingkah seperti anak kecil, bergelantungan di tangan Fabian.
"Fabian yang manis dan lucu. Beri aku makanan."
"Aku pria dewasa! Kata manis dan lucu tidak cocok disematkan kepadaku!"
Di saat Fabian berusha melepaskan jeratan Philip, pria itu malah semakin mengeratkan pelukan ke tangannya Fabian.
"Ayolah, kamu punya banyak makanan enak di rumahmu. Kamu juga pintar memasak. Biarkan aku makan dan sebagai balasannya aku akan melakukan apapun untukmu!"
"Aku bukan tuanmu!"
"Kenapa tidak? Aku bisa menggonggong untukmu! Guk, guk!"
Begitu saja dan mereka bertemu seseorang di depan, seorang ibu dan anaknya turun dari atas, membeku di tempat. Fabian saat ini begitu malu. Ingin mengubur tubuhnya di dalam salju dingin.
Sedangkan Philip di sampingnya hanya tersenyum lebar.
Dasar tidak tahu malu!
"Jangan dekat-dekat!"
Kemudian Fabian segera menaiki tangga dengan cepat, namun dari belakangnya Fabian bisa tahu kalau Philip mengikutinya.
"Aku akan menggigitmu, tuanku! Guk, guk!"
"Berhentilah menggonggong! Kau pria bodoh!"
"Beri aku makan tuanku, guk, guk!"
Begitu lagi, dia bertemu seorang pria tua turun bersama cucunya, Fabian menyembunyikan matanya karena malu untuk kedua kalinya.
"Guk—"
"Berhenti melakukan itu!"
Philip menyeringai penuh kemenangan, lalu mendekati Fabian dan menatapnya dengan tatapan melasnya. Berusaha agar mendapatkan simpatik dari Fabian.
"Jadi, aku bisa makan di tempatmu?"
"Terserah."
"Yes!!"
Mereka berdua akhirnya masuk ke dalam apartemen Fabian yang sedikit berantakan itu. Fabian terlalu lelah untuk membereskannya. Dia selalu merasa nyaman karena ini adalah tempat miliknya, jadi dia akan melakukan apapun yang diinginkannya.
"Kamu!"
"Ya?"
"Bersihkan rumahku ketika aku memasak."
"Siap tuan! Guk, guk!"
"Berhenti melakukan itu!"
Fabian melotot marah karena Philip dengan sengaja menggodanya. Sedangkan Philip, pria itu hanya tersenyum puas karena bisa membuat Fabian marah.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Second Time |Fabian&Devan|
FantasyFabian sangat terobsesi dengan sehabatnya, Devan. Tapi, karena hal itu, hidupnya pun menjadi hancur. Itulah yang terjadi di kehidupan pertama Fabian, saat dia diberi kehidupan kedua. Dia bertekad untuk tidak terobsesi lagi dengan Devan. Namun yang m...