dua puluh lima

621 47 2
                                    

Hari selanjutnya di pagi hari, desy datang berkunjung ke rumah keenan sekaligus membantu sahabatnya mengajar. desy membawa makanan, ia ingin menyantapnya bersama-sama dengan keenan.

Pintu rumah terbuka lebar, pemilik rumah sedang menyusun meja meja mini di lantai, pemilik rumah itu menoleh saat ada yang berdiri di ambang pintu rumahnya " selamat pagi sahabatku sayang "

keenan tersenyum lembut " selamat pagi kembali"

kemudian mengadu pada desy " Desy aku merindukan anak tampan ku itu "

" hoi kamu tidak ada rasa rindu sedikit saja padaku ? kemarin kita tidak bertemu loh "

" yaa aku juga rindu padamu tapi aku lebih merindukan anakku itu "

" huhu kemana si adek ? " Tanya desy pura-pura tidak tau

" dia menginap di rumah kakek dan neneknya "

" ooh lalu kenapa kamu bersedih, anakmu kan menginap di rumah kakek dan neneknya "

" aku merindukannya. jika aku tau rumah kakek dan neneknya aku pasti datang kesana melihatnya "

Desy mengangguk ia tersenyum sambil membuka kotak makan " aku bawa makanan, ayo kita makan bersama "

Wanita itu meletak kotak makan di atas meja dan setelah itu mereka menyantapnya lalu beberapa menit kemudian setelah makan mereka pun mulai mengajar .

🦋🦋

Andra duduk di kursi besar di belakang meja kerjanya yang dipenuhi dengan berkas-berkas dan dokumen-dokumen penting. Sinar matahari pagi menembus jendela besar di ruangan itu, memberikan cahaya lembut yang memantulkan kilau pada layar laptopnya. Sekretarisnya, seorang wanita profesional bernama Alana, berdiri di samping meja dengan tablet di tangannya, sibuk mencatat setiap arahan yang diberikan oleh Andra.

Alana selalu terlihat tenang dan efisien dalam pekerjaannya. Dengan rambutnya yang rapi diikat ke belakang dan setelan jas kerja yang elegan, ia merupakan asisten yang andal bagi Andra. "Berkas untuk pertemuan dengan klien sudah siap, Pak. Saya akan mengirimkan email konfirmasi setelah ini," ujar Alana dengan suara tegas namun sopan.

Andra mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptopnya. Jari-jarinya bergerak cepat di atas keyboard, menyusun laporan akhir untuk rapat direksi yang akan diadakan nanti siang. "Pastikan semua materi presentasi sudah dicek ulang. Saya tidak mau ada kesalahan sekecil apa pun," katanya sambil tetap fokus pada pekerjaannya.

Suasana di ruang kerja itu terasa sibuk namun penuh disiplin. Suara ketikan keyboard Andra bercampur dengan nada lembut suara Alana saat memberikan update tentang jadwal hari itu. "Saya sudah menyiapkan materi tambahan mengenai proposal investasi yang Anda minta kemarin, Pak Andra," tambah Alana, kali ini matanya tertuju pada tablet yang dipegangnya.

Andra akhirnya menghentikan pekerjaannya sejenak dan mendongak, menatap Alana. "Bagus, Alana "

" iya pak kalau begitu saya permisi "

Andra mengangguk ia mempersilahkan sekretarisnya keluar lalu meregangkan otot-otot tubuhnya dan bersandar sambil menghela nafas . Andra memandangi layar ponselnya dengan raut wajah yang sedikit lelah. Ia berencana menghubungi Keenan untuk sekadar mendengar suaranya, tapi jemarinya yang sudah bersiap mengetik pesan di aplikasi pesan instan tiba-tiba berhenti. Pikirannya terpecah antara pekerjaan yang terus menumpuk dan perasaannya yang merindukan dirinya. "Nanti saja," gumamnya dalam hati, menunda niat itu. Andra menghela napas panjang, meletakkan ponselnya kembali di atas meja.

Saat ia baru saja mencoba untuk kembali fokus pada layar laptop, pintu ruang kerjanya terbuka perlahan. Alana, sekretarisnya, melangkah masuk dengan tatapan yang agak cemas. "Pak Andra, maaf mengganggu," katanya, suaranya terdengar lebih hati-hati dari biasanya.

DYLAN KALERIC PARAMUDYA [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang