empat puluh empat

376 33 0
                                    

Hari ini, tepat pukul enam pagi, suasana di dalam rumah Keenan dipenuhi dengan kegiatan yang penuh semangat. Keenan, seorang ibu rumah tangga yang penuh dedikasi, terlihat sangat sibuk di dapur. Dengan langkah yang cepat, dia mondar-mandir, membuka lemari dan kulkas, mengatur bahan-bahan untuk sarapan. Tidak ada yang lebih penting baginya selain memberikan yang terbaik untuk suami dan anaknya, Dylan. Dia tidak ingin mereka pergi dalam keadaan perut kosong, apalagi sampai jatuh sakit karena tidak mendapatkan asupan yang cukup.

Di tengah kesibukannya, Keenan dengan teliti mempersiapkan menu sarapan yang sudah menjadi favorit mereka, nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas susu hangat. Dia berusaha agar semuanya siap tepat waktu, sambil membayangkan senyum ceria Dylan dan Andra saat menikmati sarapan bersama. Namun, fokusnya yang penuh dedikasi tiba-tiba terpecah saat mendengar suara jeritan dari kamar di lantai atas.

“Sayang, kemeja hitam aku di mana?” teriak Andra, suaminya, dari atas. Suara suaminya yang tertekan itu membuat Keenan tersenyum sedikit, meskipun dia tahu betapa pentingnya kemeja itu bagi Andra.

Dylan, yang biasanya tenang, ikut teriak dengan nada cemas “Mommy, buku gambar adek habis!” Keenan menghela nafas, berusaha menahan tawa. Dalam sekejap, dia langsung keluar dari dapur, membawa sendok wajan dan memanggil mereka berdua dari bawah.

“Di lemari putih, loh! Aku sudah buat di situ!” teriak Keenan menjawab pertanyaan mereka. Suaranya penuh semangat, mencerminkan betapa dia ingin membantu suaminya dan anaknya.

“Kenapa nggak bilang dari tadi malam, Dek?” Keenan melanjutkan, suaranya sedikit menggoda, membuat suasana semakin ceria meskipun ada sedikit ketegangan.

Di atas, Andra dan Dylan saling bertukar pandang dengan ekspresi lucu. “Hayoloh, Mommy marah!” Andra menakut-nakuti Dylan dengan gaya yang konyol, berusaha menghilangkan rasa paniknya tentang kemeja yang tidak kunjung ditemukan. Namun, tatapan Dylan tidak menunjukkan ketakutan. “Iya, Mommy marah sama Papa,” jawabnya datar, sebelum berlari keluar dari kamar, membawa tas dan kaos kakinya dengan semangat.

Keenan melihat pemandangan itu dengan senyuman lebar. Betapa manisnya melihat interaksi antara suami dan anaknya. Setiap suara, setiap tawa, dan bahkan setiap jeritan pagi itu mengisi rumah mereka dengan kehangatan dan cinta. Meskipun pagi itu dimulai dengan sedikit kekacauan, Keenan tahu bahwa inilah yang membuat kehidupannya berharga.

Setelah memastikan dylan sudah siap, Keenan kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakan. Dia menyalakan kompor dengan penuh semangat, hati dan pikirannya dipenuhi rasa syukur. Dia tahu, setiap hari adalah kesempatan baru untuk menciptakan momen berharga bersama keluarga tercinta. Momen-momen sederhana seperti ini yang akan dikenang selamanya, membawa kebahagiaan dan kehangatan dalam setiap langkah hidup mereka.

Tak lama kemudian, Andra muncul dari kamar setelah memastikan dirinya rapi berpakaian. Dengan langkah percaya diri, dia menghampiri istri dan anaknya yang sudah menunggunya di ruang makan. Keenan telah menyiapkan sarapan dengan penuh perhatian. setiap hidangan tertata rapi di atas meja, menampilkan warna-warna cerah yang menggugah selera. Aroma nasi goreng yang menggoda menari-nari di udara, menyambut kedatangan Andra.

Begitu Andra duduk, suasana hangat langsung terasa. Dylan, yang sudah tidak sabar, segera menyantap makanannya dengan semangat. Setiap suapan yang dia ambil adalah gambaran dari kebahagiaan dan kepuasan. Keenan bisa melihat betapa Dylan benar-benar menikmati masakan yang disiapkannya. “Ini enak sekali, Mommy!” seru Dylan dengan wajah berbinar. Makanan buatan ibunya memang selalu menjadi yang terbaik di hatinya, penuh rasa cinta yang tak tergantikan.

Sementara itu, Andra juga tidak kalah antusias. Dia mengambil suapan demi suapan, merasakan kelezatan yang ditawarkan Keenan. Tidak ada yang lebih menggembirakan bagi Andra daripada bisa menikmati makanan yang dimasak oleh istrinya “ sayang, kamu luar biasa! ini enak sekali ” ungkap Andra, tersenyum puas. Baginya, masakan Keenan adalah pelipur lara, menghilangkan penat setelah seharian bekerja.

DYLAN KALERIC PARAMUDYA [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang