Tiga hari setelah dirawat di rumah sakit, Keenan akhirnya diperbolehkan pulang. Hari itu bertepatan dengan hari Selasa, dan Andra memutuskan untuk tidak masuk kerja agar bisa menemani istrinya yang masih membutuhkan perawatan. Sementara itu, Nazwa dengan sigap mengambil alih tugas mengurus dylan karena anak kecil itu tetap harus bersekolah.
Beberapa menit yang lalu, Andra dan Keenan baru saja tiba di rumah. Keduanya merasa lega, terutama Andra, yang akhirnya bisa membawa istrinya kembali ke tempat di mana mereka merasa paling nyaman. Sesampainya di rumah, Andra membantu keenan berbaring di tempat tidur dengan penuh hati-hati, memastikan bahwa istrinya bisa beristirahat dengan baik. Keenan, yang masih merasa lemah, segera memeluk guling dengan erat, mencari kenyamanan di tengah rasa lelah yang masih terasa.
"Sayang, elus perut aku ya. Rasanya enakan kalau kamu yang elus " pintanya dengan suara pelan dan lembut.
Andra, yang sudah berada di sampingnya, tak berkata apa-apa. Ia hanya tersenyum kecil, lalu dengan lembut tangannya mulai mengelus perut Keenan, gerakan yang dilakukan dengan penuh kasih dan perhatian. Keenan memejamkan mata, merasakan ketenangan dari sentuhan suaminya. Sentuhan itu seolah menyalurkan kehangatan dan cinta yang selama ini mereka bagi, membuat perasaan keenan menjadi lebih nyaman.
Di antara keheningan yang hanya diiringi suara napas mereka, Andra terus melanjutkan mengelus perut istrinya dengan lembut "Kamu pasti lelah sayang " bisik Andra. "Istirahat yang cukup ya. Aku akan selalu ada di sini untuk kamu dan anak kita "
Keenan tersenyum samar tanpa membuka mata, hatinya terasa ringan mendengar kata-kata suaminya. Meskipun kondisinya belum sepenuhnya pulih, ia tahu bahwa dengan andra di sisinya, ia tidak perlu khawatir. Ia merasa aman dan tenang, siap menghadapi hari-hari yang akan datang dengan dukungan penuh dari suaminya.
"Terima kasih sayang " bisik keenan pelan, tangannya meraba tangan andra yang masih setia di perutnya. Dalam pelukan guling yang nyaman dan sentuhan lembut dari suaminya, Keenan perlahan-lahan mulai terlelap, membiarkan tubuhnya beristirahat dengan damai.
-
-Andra dengan lembut mencium pipi Keenan sebelum bangkit dari tempat tidur. Ia menatap istrinya yang kini tidur dengan tenang, merasakan ketenangan yang menyelimuti ruangan itu. Sesaat, Andra melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 11 siang. Ia tahu bahwa sebentar lagi dylan pasti akan pulang dari sekolah. Dengan gerakan hati-hati agar tidak membangunkan keenan, Andra keluar dari kamar dan menuju ruang utama untuk menunggu putra mereka.
Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki kecil yang berlarian menuju pintu rumah. Dylan baru saja tiba, diantar oleh satpam rumah yang menjemputnya pulang. Begitu melihat ayahnya berdiri di ruang tamu, Dylan langsung merentangkan tangannya, berlari ke arah Andra dengan senyum lebar. Andra menyambut dylan dalam pelukan hangat, merasa bahagia melihat putranya pulang dengan selamat.
"Papa, di mana Mommy?" tanya Dylan dengan wajah penuh harap, masih berada dalam dekapan ayahnya.
Andra mengusap lembut kepala dylan, menatap wajah kecil yang begitu mirip dengannya "Mommy sedang beristirahat, abang ganti baju dulu ya. Setelah itu kita makan bersama " ujar Andra dengan suara lembut.
Dylan mengangguk patuh, tanpa banyak bertanya lagi. Ia melepaskan pelukan andra dan bergegas menuju kamarnya untuk mengganti seragam sekolahnya. Andra mengawasi putranya hingga pintu kamar dylan tertutup, lalu berbalik menuju dapur.
Di dapur, bibi rumah mereka tengah sibuk menyiapkan makanan. Aroma sedap mulai memenuhi udara, dan Andra merasa perutnya mulai keroncongan setelah pagi yang cukup melelahkan. Ia menghampiri bibi dan bertanya tentang makanan yang disiapkan untuk mereka.
"Bibi, apa sudah siap makan siang?" tanyanya sambil memeriksa meja yang telah ditata rapi.
Bibi mengangguk dengan senyum ramah. "Sudah pak andra. Saya siapkan makanan sehat untuk mam keenan juga, sesuai arahan dokter. Untuk bapak dan Dylan, makanannya sudah siap di meja."
Andra tersenyum. "Terima kasih bi. Saya akan ajak dylan makan dulu, nanti biar saya yang bawakan makanan untuk keenan ke kamar."
Setelah berbincang sejenak, Andra kembali ke ruang utama untuk menunggu dylan, siap menikmati makan siang bersama putra kecilnya sambil memastikan keenan tetap beristirahat dengan tenang di kamar. Hari itu, meski lelah, Andra merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan dan harapan akan keluarga kecilnya yang terus tumbuh dengan cinta.
Andra yang sedang duduk di ruang utama menoleh saat mendengar suara kecil yang memanggil " Papa " Dilihatnya dylan menuruni tangga dengan langkah semangat, mendekatinya. Andra tersenyum melihat putranya yang sudah rapi, lalu segera bangkit dari duduknya.
“Yuk, kita makan siang dulu ” ajak Andra sambil menggandeng tangan kecil dylan menuju ruang makan.
Sesampainya di ruang makan, mereka duduk berhadapan. Dylan melihat meja yang penuh dengan hidangan, tapi kemudian menoleh ke arah Andra, tampak kebingungan. “Mommy tidak makan pa? Kalau mommy kelaparan, nanti dedek juga kelaparan ” kata dylan polos dengan nada khawatir.
Andra tersenyum mendengar kepolosan anaknya. Ia menepuk lembut kepala dylan, lalu menjawab dengan tenang “Mommy lagi tidur sekarang. Tapi setelah papa dan abang makan, kita bawa makanan buat Mommy ke kamar, bagaimana?”
Mendengar itu, mata dylan berbinar dan ia langsung mengangguk dengan semangat. "Iya pa! Nanti kita kasih makanan buat mommy biar dedek gak kelaparan juga," katanya dengan antusias.
Andra tertawa kecil melihat kepedulian dylan terhadap keenan dan calon adiknya. Mereka pun mulai makan siang bersama, dan di dalam hati, Andra bersyukur bisa menikmati momen sederhana namun penuh cinta dengan putra kecilnya, sementara keenan sedang beristirahat untuk memulihkan diri dan menjaga kesehatan calon bayi mereka.
Setelah menyelesaikan makan siang, Andra dan Dylan segera menuju kamar untuk menemui Keenan. Andra membawa nampan berisi makanan dan segelas air putih, sementara Dylan berjalan di samping ayahnya dengan langkah kecil yang penuh antusiasme. Ketika Andra membuka pintu kamar, mereka melihat Keenan yang baru saja membuka matanya, tersenyum lembut begitu melihat dylan mendekat.
“ Abang ” panggil keenan pelan, suaranya lembut namun penuh kasih.
Dylan segera berlari kecil ke arah ibunya, memanjat ke atas tempat tidur, lalu mencium pipi keenan dengan manis “Mommy makan dulu, nanti mommy sama dedek kelaparan ” kata dylan polos, mengulang kalimat yang sebelumnya ia ucapkan pada andra saat makan siang.
Andra meletakkan nampan di atas nakas di samping tempat tidur, kemudian dengan lembut membantu Keenan duduk. Keenan, meskipun masih terlihat lemah, tersenyum penuh kasih pada kedua orang yang paling ia cintai “Kalian sudah makan?” tanyanya lembut, tatapannya bergantian memandang suami dan anaknya.
Andra dan dylan serentak mengangguk, membuat Keenan tertawa kecil melihat kekompakan mereka. Tanpa menunggu lama, Andra mulai menyuapi keenan dengan penuh perhatian, memastikan istrinya makan perlahan. Dylan duduk di samping ibunya, memegang tangannya erat, seakan ingin memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Momen tersebut dipenuhi dengan kehangatan keluarga. Setiap suapan makanan yang diberikan Andra, setiap senyum yang muncul di wajah dylan, dan setiap helaan napas ringan dari keenan seolah menguatkan ikatan cinta di antara mereka. Di kamar itu, kebahagiaan sederhana menyelimuti suasana, kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalam tubuh keenan menjadi pengingat betapa berharga kebersamaan mereka.