Setelah Fazia melangkah keluar dari ruangannya, Andra tetap berdiri di sana, seolah seluruh ruangan itu telah kehilangan nyawanya. Ia mendengarkan suara langkah kaki Fazia yang semakin menjauh, dan hatinya terasa berat, penuh oleh berbagai emosi yang bercampur aduk. Udara di ruangan itu tiba-tiba terasa begitu dingin, meskipun hari masih siang. Seolah waktu berhenti, Andra hanya bisa berdiri kaku, pandangannya terpaku ke arah pintu yang baru saja tertutup di belakang Fazia.
Airmatanya, yang sebelumnya ia tahan dengan sekuat tenaga selama percakapan dengan Fazia, akhirnya tak terbendung lagi. Setetes demi setetes jatuh dari sudut matanya, membasahi pipinya yang pucat. Tubuhnya bergetar pelan, dan ia perlahan-lahan merasakan kehancuran itu menyusup ke dalam jiwanya. Rasa kesepian yang tiba-tiba datang begitu menyesakkan, seakan-akan seluruh dunia telah menjauh darinya.
Dengan langkah yang lemah, Andra duduk di tepi meja kerjanya, tangan gemetar meraih bingkai foto kecil yang tersandar di sudut meja. Di dalam foto itu ada Keenan, tersenyum hangat dengan mata yang selalu penuh cinta. Pandangan Andra tertuju pada senyum itu, dan hatinya terasa mencelos. Ia merindukan Keenan, lebih dari apa pun saat ini.
Keenan adalah satu-satunya tempat di mana andra merasa benar-benar dimengerti, di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus menyembunyikan luka atau kerentanannya. Bersama Keenan, Andra selalu merasa aman, merasa dicintai dengan cara yang tak pernah bisa Fazia atau siapa pun berikan. Saat ini, Andra hanya ingin berada dalam dekapan Keenan, menangis di dadanya, menceritakan segala sakit yang ia rasakan tanpa harus berpura-pura kuat.
Tangannya menggenggam erat foto itu, seolah-olah jika ia memegangnya lebih erat, ia bisa memanggil Keenan untuk datang. Ia ingin sekali menghubungi Keenan sekarang juga, mendengar suaranya yang lembut menenangkannya, mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, ada sesuatu yang menahan Andra. Mungkin itu rasa malu, mungkin itu rasa takut untuk terlihat lemah di hadapan Keenan. Namun, di balik semua itu, ada kerinduan yang begitu besar.
Andra menundukkan kepalanya, air mata terus mengalir deras, membasahi kemejanya. Sakit di hatinya begitu nyata, seakan-akan ada lubang besar yang tak bisa tertutup, dan satu-satunya yang bisa menyembuhkan luka itu adalah Keenan. Andra menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, tapi yang terjadi justru sebaliknya. Semakin ia mencoba menahan tangis, semakin keras tangis itu pecah. Ruangan itu terasa begitu hening, hanya ditemani suara isakan Andra yang perlahan-lahan semakin terdengar menyayat hati.
Ia harus menemui Keenan. Itu adalah satu-satunya pemikiran yang kini memenuhi benaknya. Andra ingin berlari ke tempat Keenan, memeluknya, dan menangis sepuasnya. Hanya di sana, di pelukan Keenan, Andra merasa semua beban ini bisa ia lepaskan, bahwa semua rasa sakit ini bisa sedikit berkurang. Andra menarik napas panjang sekali lagi, berusaha mengumpulkan kekuatannya. Di tengah kepedihan yang ia rasakan, hanya Keenan yang bisa menjadi pelabuhannya.
Keenan sedang sibuk mengajar ditemani oleh desy yang juga membantu mengarahkan beberapa anak murid yang sedang fokus pada pelajaran mereka. Ruangan itu penuh dengan suara ramai, suara anak-anak yang bertanya, bercanda, dan sesekali tertawa lepas ketika suasana menjadi sedikit santai. Keenan, dengan sabar dan senyum lembut yang tak pernah hilang dari wajahnya, terus menjelaskan materi yang ada di papan tulis. Setiap kali ada pertanyaan, ia menjawab dengan penuh perhatian, memastikan semua anak paham dengan jelas.
Di sisi lain ruangan, Desy tengah memandu kelompok lain yang tengah mengerjakan tugas mereka. Suasana hari itu begitu hidup, penuh keceriaan dan semangat belajar. Keenan sesekali melirik desy dan tersenyum tipis, bersyukur memiliki teman seperti desy yang selalu bisa diandalkan.
Namun, di tengah suasana yang ramai dan ceria itu, sebuah ketukan pelan di pintu depan menarik perhatian keenan. Ia menoleh sejenak, tak terlalu memperhatikannya. Namun, ketika sosok andra muncul dari balik pintu, seluruh ruangan mendadak hening.
![DYLAN KALERIC PARAMUDYA [ BL ]](https://img.wattpad.com/cover/375386436-64-k224392.jpg)