dua puluh tujuh

594 44 0
                                    

Saat mendengar Andra berbicara, Keenan tak bisa menahan perasaan yang tiba-tiba menyeruak dari dalam hatinya. Kata-kata Andra membawa Keenan kembali pada peristiwa yang terjadi kemarin, ketika secara tak sengaja ia bertemu dengan mantan istri Andra, di depan rumahnya. Pertemuan yang tak terduga itu meninggalkan luka tersendiri bagi keenan, meskipun ia berusaha untuk tidak memikirkannya terlalu dalam. Namun kini, mendengar andra yang terluka karena wanita yang sama, Keenan merasakan sakit yang seolah-olah mengiris dua kali lebih dalam. Keenan menatap andra yang duduk di hadapannya. Melihat andra yang terluka, Keenan merasakan sakit yang sama. Wanita itu telah melukai andra dengan sangat dalam, dan sekarang ia pun merasakan dampaknya. Keenan tahu bahwa andra berusaha keras untuk sembuh dari luka-luka itu, tetapi kehadiran wanita itu, bahkan hanya dalam percakapan singkat di kantor andra, seolah-olah membangkitkan semua rasa sakit yang selama ini andra coba lupakan.

Keenan menatap Andra dengan penuh kasih sayang, perasaan cinta yang tak tergoyahkan memenuhi hatinya. Ia tahu bahwa masalalu andra mungkin tidak bermaksud melukai mereka lagi, tetapi kenyataannya, kehadirannya telah meninggalkan jejak yang sulit dihapus.

Dengan suara yang lembut namun tegas, Keenan berkata, "Andra, aku tahu ini tidak mudah bagimu. dia mungkin telah meminta maaf, mungkin dia menyesal, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia telah melukai kita semua. Aku merasakan sakit mu, sama seperti aku merasakan sakit ku sendiri. Dan meskipun sulit, aku ingin kita bisa melewati ini bersama."

Andra menatap keenan dengan mata yang masih penuh dengan emosi " Aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi ini, Keenan. Setiap kali aku berpikir aku sudah selesai dengan masa lalu, sesuatu selalu datang kembali untuk menghantui aku."

Keenan mengangguk, memahami apa yang andra rasakan "Aku di sini, Andra. Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian. Kita akan melalui ini bersama-sama, apa pun yang terjadi."

Mereka berdua duduk dalam keheningan sejenak, merasakan beban yang sama, tetapi juga menemukan kekuatan dalam kehadiran satu sama lain. Keenan tahu bahwa cintanya jauh lebih kuat daripada bayang-bayang masa lalu, dan bersama-sama, mereka akan menemukan jalan untuk menyembuhkan luka-luka yang masih ada.

🦋🦋

Dylan merasa sangat senang ketika berada di kampung halaman mommynya, tempat di mana kakek dan neneknya tinggal. Suasana di sana begitu hangat dan penuh keakraban, berbeda dari lingkungan sehari-harinya di kota. Rumah kakek dan neneknya berdiri megah di atas tanah yang luas, dikelilingi pepohonan rindang dan hamparan rumput hijau yang tampak menyegarkan. Halaman rumah itu seperti taman bermain alami bagi dylan dan anak-anak lainnya yang tinggal di sekitar.

Sore itu, Dylan bermain dengan gembira di halaman luas tersebut. Beberapa anak tetangga yang seusianya datang menghampiri dengan ramah. Mereka tersenyum dan mulai memperkenalkan diri satu per satu, menyapa dylan dengan penuh semangat. Dylan, yang semula merasa canggung perlahan mulai membuka diri. Senyuman lebar terukir di wajahnya ketika salah satu anak laki-laki mengajaknya bermain petak umpet. Dylan dengan cepat setuju, merasa antusias untuk bergabung.

Mereka bermain dengan riang, berlari ke sana kemari di sekitar halaman yang tampak begitu luas di mata anak-anak itu. Sesekali terdengar tawa ceria mereka yang menggema di udara, menciptakan suasana penuh keceriaan. Dylan berlari dengan lincah, bersembunyi di balik pohon besar atau di balik pagar kayu tua yang mengelilingi halaman. Wajahnya memerah karena kegembiraan dan kelelahan, tetapi semangatnya tak surut sedikit pun.

Di kejauhan, kakeknya memperhatikan dengan penuh kasih sayang. Meskipun sibuk dengan pekerjaannya di teras, dia tetap mengawasi dylan dari waktu ke waktu. Ada rasa bangga di hatinya melihat cucunya bisa berbaur dan bermain dengan anak-anak lainnya. Sesekali, kakeknya tersenyum kecil ketika mendengar suara dylan memanggil teman-temannya, menandakan bahwa dylan sudah mulai merasa nyaman di lingkungan barunya.

Sementara itu, nenek dylan sedang sibuk di dapur, menyiapkan camilan untuk mereka semua. Setelah beberapa lama bermain, dylan dan anak-anak lainnya diajak masuk ke dalam rumah untuk menikmati minuman segar dan kue buatan nenek. Dylan dan teman-temannya berlarian masuk ke dalam rumah. Mereka tertawa lepas, masih dipenuhi semangat dari permainan seru yang baru saja mereka nikmati. Di ruang tamu yang hangat, nenek dylan telah menyiapkan cemilan untuk mereka . piring-piring berisi kue-kue kecil, keripik, dan segelas susu dingin yang tampak begitu menggugah selera. Dylan dan teman-temannya segera duduk di lantai, melingkar di sekitar meja rendah, menikmati setiap gigitan dengan riang sambil saling bercerita tentang permainan mereka.

Dylan menyuapkan kue coklat ke mulutnya, merasakan rasa manis yang langsung meleleh di lidahnya. Matanya berkilau penuh kegembiraan, dan sesekali ia tertawa mendengar lelucon dari salah satu temannya. Suasana sore itu terasa begitu hangat dan penuh keceriaan, ditambah dengan tawa yang memenuhi ruangan. Nenek Dylan duduk di sofa, tersenyum lembut, menikmati pemandangan cucunya yang begitu bahagia bersama teman-temannya.

Namun, waktu tak terasa begitu cepat berlalu. Satu per satu, teman-teman dylan mulai berpamitan untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. “Terima kasih untuk cemilannya, Nek,” ujar salah satu temannya sambil tersenyum malu-malu, diikuti dengan yang lainnya yang mengucapkan salam perpisahan. Dylan melambai ke arah mereka, masih dengan senyum lebar di wajahnya, meskipun di dalam hatinya ia sedikit sedih karena waktu bermain sudah berakhir.

Setelah teman-temannya pergi, ruangan itu kembali sunyi. Dylan mengusap perutnya yang kenyang dan menatap neneknya dengan mata yang sudah mulai terlihat lelah. Menyadari bahwa cucunya sudah waktunya untuk beristirahat, nenek dylan berdiri dari sofa dan menghampirinya. “Ayo, dek, sekarang saatnya mandi dan bersih-bersih,” ujar neneknya sambil membelai rambut dylan dengan penuh kasih sayang.

Dylan mengangguk pelan, lalu menggandeng tangan neneknya yang menuntunnya ke kamar mandi. Setelah bermain di luar, tubuhnya dipenuhi keringat dan sedikit kotoran dari tanah yang mereka injak. Neneknya dengan sabar membantunya melepas baju, lalu mempersiapkan air hangat di bak mandi kecil yang sudah diletakkan di kamar mandi. Uap lembut dari air hangat mulai mengisi ruangan, memberikan perasaan nyaman pada tubuh dylan yang lelah.

Nenek dylan, dengan telaten, mulai membersihkan tubuh cucunya, menyabuni punggung dan tangannya dengan sabun wangi. Setiap gerakan tangan nenek terasa lembut, seperti sentuhan penuh cinta yang membuat dylan merasa aman dan tenang. Sambil membersihkan tubuhnya, nenek dylan juga bercerita tentang masa kecil keenan yaitu mommy kesayangan dylan, yang sering kali bermain dengan cara yang sama di halaman rumah ini. Dylan mendengarkan cerita itu dengan penuh perhatian, meskipun matanya perlahan mulai menutup, dilanda rasa kantuk.

Setelah membersihkan seluruh tubuh dylan, neneknya mengeringkan tubuh kecilnya dengan handuk lembut. Kemudian, ia mengeluarkan piyama biru muda bergambar domba kecil. Piyama itu terasa begitu nyaman di kulitnya, membuatnya merasa siap untuk terlelap. Nenek dylan tersenyum puas melihat cucunya bersih dan segar.

Lalu di malam harinya setelah beberapa menit selesai makan malam, Dylan merebahkan tubuhnya di atas kasur, merasa nyaman dan tenang. Neneknya menarik selimut hingga menutupi bahu kecil dylan, lalu mengecup keningnya dengan lembut “ Selamat tidur dek selamat mimpi indah cucu kesayangan nenek dan kakek dan cintanya papa dan mommy ” bisik neneknya dengan penuh cinta, membuat hati dylan merasa hangat mendengarnya .

DYLAN KALERIC PARAMUDYA [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang