Lima puluh empat

234 24 2
                                    

Di ruang tunggu rumah sakit, suasana dipenuhi kecemasan. Andra duduk gelisah, terus-menerus melirik ke arah ruangan di mana keenan sedang diperiksa. Matanya tak pernah lepas dari pintu yang tertutup rapat. Di sampingnya, Dylan menangis pelan, sesekali mengusap air matanya dengan tangan kecilnya “Mommy kenapa papa? Adek takut...” bisiknya, dan andra hanya bisa menenangkan dengan suara lembut, meskipun dalam hatinya sendiri ia penuh kekhawatiran.

Nazwa, yang duduk di dekat mereka, sedang berbicara di telepon dengan desy. Sebelumnya, Nazwa mengabari desy tentang kondisi keenan, membuat desy langsung menelepon untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Di sebelah Nazwa, ibu Desy duduk diam, menatap penuh pengertian, memahami kecemasan yang sedang melanda keluarga kecil itu.

Andra, yang tidak bisa tenang, menggenggam kedua tangannya erat-erat, mencoba menahan perasaan yang campur aduk di dadanya. Ia terus berdoa dalam hati, memohon agar keenan baik-baik saja. Setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat, seolah-olah waktu berhenti.

Akhirnya, pintu ruang periksa terbuka. Seorang dokter keluar, dan seketika itu juga andra berdiri dengan cepat, hampir tergesa-gesa mendekati sang dokter. "Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanyanya, suaranya dipenuhi ketegangan.

Dokter tersebut menatap andra dengan senyum lembut, lalu menepuk bahu andra dengan penuh arti “Selamat ya pak. Istri Anda dinyatakan hamil. Usianya baru satu minggu, masih sangat muda. Untuk sekarang, beliau harus banyak istirahat, jangan diizinkan melakukan pekerjaan berat, dan hindari stres atau memikirkan hal-hal yang berlebihan.”

Mendengar kabar itu, Andra tertegun, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya langsung berkaca-kaca. Perlahan, ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, berusaha menyembunyikan kebahagiaan yang begitu meluap di dadanya. Tangis kebahagiaan tak bisa ditahan lagi.

Setelah beberapa saat, Andra langsung masuk ke dalam ruangan di mana keenan berbaring lemah di atas brankar. Wajah keenan masih pucat, tetapi ketika melihat andra, ia tersenyum lemah. Andra menghampirinya, langsung menggenggam tangan keenan dengan lembut.

“Kamu hamil sayang... Kita akan punya anak lagi ” bisik andra penuh haru. Keenan tersenyum meski air matanya mulai mengalir.

"Terima kasih sayang..." ucapnya dengan suara pelan namun penuh kebahagiaan. Andra menunduk, mencium dahi keenan dengan penuh kasih, merasa begitu beruntung dan bahagia atas keajaiban kecil yang kini mereka miliki.

Sementara di luar ruangan, suasana penuh dengan kebahagiaan yang menular. Nazwa dan ibu desy menutup mulut masing-masing, tak menyangka mendapat kabar seindah itu. Mereka bertukar pandang, senyum lebar menghiasi wajah keduanya, namun di sisi lain, Dylan yang masih kecil justru tampak kebingungan. Ia menatap nazwa dengan mata polos, seolah meminta penjelasan.

Nazwa berjongkok di hadapan dylan, memegang kedua bahunya dengan lembut. "Adek akan punya dedek bayi, di perut mommy ada dedek " kata Nazwa penuh haru, matanya berkilau dengan kebahagiaan.

Mendengar hal itu, Dylan melebarkan matanya, seolah tidak percaya dengan kabar yang baru didengarnya. Wajahnya berbinar-binar, senyumnya tumbuh dengan cepat "Adek punya dedek?" tanyanya dengan nada penasaran yang penuh kegembiraan.

Nazwa mengangguk dengan penuh keyakinan, dan tanpa menunggu lebih lama, Dylan langsung berlari menuju ruangan tempat orang tuanya berada. Langkah-langkah kecilnya penuh semangat, sementara Nazwa dan ibu Desy mengikuti dari belakang dengan senyum bangga. Mereka masih sempat berbincang sebentar dengan dokter yang memeriksa Keenan, memastikan segalanya baik-baik saja sebelum akhirnya menyusul dylan masuk.

Di dalam, Andra dan keenan sedang larut dalam kebahagiaan mereka, namun begitu dylan masuk dengan antusias, kebahagiaan itu semakin terasa lengkap. Dylan mendekati keenan yang masih berbaring, dan dengan suara ceria ia berseru "Mommy, adek punya dedek bayi!"

Keenan tersenyum lembut, menatap dylan dengan penuh kasih "Iya sayang. Adek akan jadi abang " jawabnya lembut, sementara andra membelai rambut dylan dengan penuh cinta. Momen itu dipenuhi kebahagiaan, mengikat keluarga kecil mereka dalam haru dan syukur yang mendalam.

Desy yang berada di layar handphone tidak bisa menahan rasa gembiranya ketika mendengar kabar bahwa sahabatnya, Keenan, sedang mengandung. Dari layar, terlihat Desy melompat kecil sambil berseru bahagia. "Ya ampun, Keenan! Selamat ya, aku bahagia banget buat kamu!" teriaknya penuh suka cita. Andi, yang berada di samping desy, langsung memeluk istrinya dengan penuh semangat, ikut merayakan kebahagiaan mereka. Mereka tampak sangat antusias, karena sebentar lagi akan memiliki keponakan baru dalam keluarga.

Nazwa yang menyaksikan reaksi desy dan andi dari ruangan rumah sakit, ikut tersenyum lebar. Rasa bahagia yang dirasakannya begitu tulus, terpancar dari cara dia memandang keenan yang sedang berbaring lemah di ranjang rumah sakit. Keenan, yang juga mendengar suara kegembiraan sahabatnya dari layar handphone, tidak bisa menahan senyum manisnya meskipun tubuhnya masih terasa lelah. Momen itu dipenuhi dengan cinta dan dukungan dari semua orang di sekelilingnya.

Di ruangan yang sama, Andra sibuk dengan telepon lain. Ia menghubungi orangtua keenan yang berada di kampung halaman untuk memberi tahu kabar bahagia tersebut. Suaranya terdengar penuh haru dan kebahagiaan ketika ia berkata "Ibu, ayah... Keenan hamil. Kalian akan segera punya cucu lagi." Di seberang telepon, terdengar suara terisak bahagia, tanda bahwa keluarga keenan di kampung juga menyambut kabar itu dengan sukacita.

Sementara itu, ibu desy yang duduk di dekat andra menyarankan agar keenan belum diizinkan pulang dulu karena kondisinya yang masih lemah. "Biar keenan istirahat di sini dulu beberapa hari, jangan buru-buru pulang. Kondisinya masih butuh perhatian dokter," katanya penuh perhatian.

Andra segera mengangguk setuju. Baginya, kesehatan istri dan calon anak mereka adalah yang terpenting. "Tidak masalah tante. Asal keenan dan calon bayi kami baik-baik saja, saya akan lakukan apa pun " katanya sambil menggenggam tangan keenan dengan penuh kasih.

Suasana di ruangan itu dipenuhi dengan rasa syukur, kebahagiaan, dan harapan. Meskipun keenan harus menjalani beberapa hari di bawah pengawasan dokter, kehadiran orang-orang terdekatnya membuat segalanya terasa lebih ringan dan penuh dengan cinta.

-
-

Nazwa tiba-tiba tersenyum jahil dan menggoda dylan yang masih terlihat berbinar-binar menatap ibunya dengan penuh rasa sayang. " Ciee abang dylan " seru nazwa sambil tertawa kecil. Dylan menoleh cepat ke arah Nazwa, kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Aaa Oti!" serunya malu-malu, membuat semua orang di ruangan tertawa melihat tingkah lucu bocah itu. Gelak tawa mereka memenuhi ruangan, sejenak melunturkan ketegangan yang sebelumnya sempat menyelimuti.

Melihat kehangatan di sekitar mereka, Keenan tersenyum tipis dan berkata pada Andra, "Sayang, angkat dylan ke sini, biar dia baring di sebelahku. Mommy mau peluk abang." Andra, dengan senyum lembut di wajahnya, segera mengangkat dylan yang masih tampak malu-malu dari godaan nazwa, lalu membaringkannya dengan hati-hati di sebelah keenan.

Sesaat setelah dylan berbaring di sampingnya, Keenan merentangkan tangannya, memeluk putra kecilnya dengan penuh cinta "Peluk Mommy dulu ya" katanya dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca penuh rasa haru. Dylan, dengan tangannya yang kecil, mengelus pipi ibunya dengan sayang. Ia kemudian mendekatkan wajahnya dan mencium pipi keenan dengan lembut. "Mommy cepat sembuh ya. Nanti abang ajak dedek bicara biar mommy gak sakit lagi " ucap dylan dengan tulus.

Mendengar kata-kata polos dari anaknya, Keenan tidak bisa menahan air matanya yang perlahan jatuh. Ia terharu, memeluk dylan semakin erat, merasakan kehangatan dan ketulusan yang mengalir dari pelukan kecil putranya. Semua yang menyaksikan momen tersebut nazwa, ibu desy, dan bahkan andra ikut merasakan keharuan yang mendalam. Mereka saling menatap dengan mata yang mulai berkaca-kaca, tersenyum menyaksikan betapa kuatnya ikatan cinta antara ibu dan anak di hadapan mereka.

Andra, yang sedari tadi diam memperhatikan, hanya bisa tersenyum sambil menatap keenan dan dylan dengan bangga dan penuh kasih. Keenan menyadari betapa beruntungnya ia memiliki keluarga kecil yang begitu penuh cinta, dan di saat-saat seperti ini, ia merasa segala kekhawatiran sirna seketika. Hatinya penuh dengan harapan dan kebahagiaan untuk masa depan mereka.

DYLAN KALERIC PARAMUDYA [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang