Setelah percakapan panjang itu berakhir, Andra dengan cepat mengakhiri panggilan suara. Di dalam pelukan Keenan, tubuhnya terasa begitu lemah, seolah semua energi terkuras setelah mendengar tangisan Fazia. Keenan tidak melepaskan pelukannya, tahu betapa rapuhnya calon suaminya saat ini. Dia membiarkan Andra bersandar dalam dekapan hangatnya, memberikan ketenangan yang Andra butuhkan.
Di ruang TV, Nazwa mengamati Dylan yang mulai gelisah, matanya mencari-cari keberadaan ibunya. "Mommy?" panggilnya, suaranya kecil namun penuh harap. Nazwa tersenyum lembut, lalu bangkit dari sofa, meninggalkan Dylan sejenak untuk mencari Keenan dan Andra.
Saat tiba di teras, Nazwa menemukan keduanya masih duduk berdekatan, Andra tampak menyandarkan kepala di bahu Keenan, sementara Keenan memeluknya dengan penuh kasih. Meski tampak tenang, Nazwa bisa merasakan beban yang sedang ditanggung oleh Andra. Dia tidak mengatakan apapun tentang itu, melainkan langsung bicara tentang Dylan.
"Dylan nyari, dia pengen tidur," ucap Nazwa dengan lembut, memberi tahu mereka sambil menatap penuh pengertian.
Keenan menoleh, melepaskan pelukan dengan hati-hati. Wajahnya menunjukkan kelelahan, tetapi ia tetap tersenyum tipis. "Aku akan ke dalam," ujar Keenan, suara lembutnya menunjukkan keinginan untuk menenangkan Dylan.
Andra mengangguk perlahan, meskipun matanya masih tampak kosong, seolah masih memikirkan percakapan yang baru saja terjadi. Keenan mengusap punggungnya sekali lagi sebelum berdiri, siap untuk kembali ke dalam rumah menemani putranya yang tengah mencari kehangatan pelukannya.
Keenan berjalan masuk ke ruang TV, dan segera melihat dylan yang sedang duduk di pangkuan desy. Matanya yang lelah langsung melunak ketika melihat putranya, dan ia menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam waktunya bagi dylan untuk tidur. Ibunya dan Ibu Desy menoleh ketika Keenan mendekat.
“ Dylan cari kamu dari tadi ” ujar Ibunya lembut, sambil mengelus rambut dylan.
Desy menambahkan “ Dia sudah mengantuk, tapi nggak mau tidur kalau bukan kamu yang ada di sampingnya.”
Keenan tersenyum tipis, hatinya terasa hangat mendengar betapa anaknya begitu membutuhkan kehadirannya. Dia mendekat dan tanpa ragu menggendong dylan dari pangkuan Desy. “ Sini, sayang,” bisiknya lembut sambil mencium pipi dylan dengan penuh kasih. Dylan menguap kecil, tubuhnya bersandar nyaman di pelukan ibunya.
“ Ayo, kita naik ya, sudah waktunya adek tidur ” kata Keenan sambil melangkah menuju tangga. Sebelum menaiki tangga, dia menoleh ke arah Nazwa.
“Naz, bilang ke andra, suruh dia ke kamar ya.”
Nazwa mengangguk dengan sigap, memahami tanpa banyak bicara. Sementara itu, Keenan membawa dylan naik ke atas, tubuh kecil putranya terasa hangat dan berat di pelukannya. Keenan tahu, saat ini dylan membutuhkan ketenangan dan rasa aman, sesuatu yang hanya bisa dia berikan. Dengan penuh kasih, dia membawa putranya ke kamar, bersiap untuk menidurkan dylan dalam pelukan hangat seorang ibu.
Andra mengangguk pelan ketika Nazwa menyampaikan pesan dari Keenan. Tanpa banyak bicara, ia menyusul naik ke lantai atas, langkahnya terasa lebih ringan meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian tadi. Saat sampai di depan pintu kamar, ia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan perlahan memutar gagang pintu.
Begitu pintu terbuka, Andra melihat pemandangan yang menenangkan. Di dalam kamar, Keenan tengah menepuk-nepuk tubuh mungil Dylan yang hampir terlelap. Wajah Dylan tampak tenang, sesekali menggeliat dalam kenyamanan pelukan ibunya. Keenan menoleh saat menyadari kehadiran Andra di ambang pintu, senyum tipis terukir di wajahnya. Dengan lembut, Keenan memberi isyarat agar Andra ikut merebahkan tubuh di samping mereka.
Tanpa berkata apa-apa, Andra berjalan masuk. Sebelum menuju ke tempat tidur, ia memastikan pintu kamar terkunci, menutup mereka dalam kehangatan malam yang tenang. Kemudian, Andra bergabung di sisi lain Dylan, merebahkan tubuhnya dengan hati-hati agar tidak membangunkan putra kecilnya yang sudah hampir tertidur pulas.
Suasana di kamar begitu tenang, hanya terdengar hembusan napas lembut Dylan di antara mereka. Keenan dan Andra saling berpandangan, berbagi momen damai yang tidak membutuhkan kata-kata. Mereka tahu, dalam keheningan ini, mereka saling mendukung menjadi sandaran satu sama lain dan memberikan keamanan bagi keluarga kecil mereka.
Keenan mengulurkan tangannya, jemarinya dengan lembut mengelus pipi Andra. Sentuhan itu membuat Andra memejamkan mata, tubuhnya mulai terasa lelah dan pikirannya perlahan tenggelam dalam rasa nyaman. Elusan lembut dari Keenan seolah menjadi obat penenang, membuat mata Andra semakin berat hingga akhirnya ia menyerah pada kantuk.
Keenan tersenyum, hatinya dipenuhi oleh kehangatan melihat dua laki-laki yang paling dicintainya tertidur pulas di dekatnya. Pandangannya beralih ke Dylan, yang terlelap dengan damai di sampingnya. Napas kecil anaknya terdengar teratur, wajahnya tenang dalam tidur tanpa beban. Dengan penuh kasih, Keenan menunduk dan mengecup lembut kening Dylan, seolah memberikan perlindungan dan cinta dalam ciuman itu.
Setelah itu, Keenan menoleh ke arah Andra, yang juga sudah tertidur. Tanpa ragu, ia menunduk dan mencium pipi calon suaminya dengan lembut. Dalam keheningan malam, Keenan merasa begitu bersyukur, dikelilingi oleh orang-orang yang ia cintai. Ia menarik selimut dengan hati-hati, menutupi tubuh Andra dan Dylan agar mereka tetap hangat.
Setelah memastikan keduanya nyaman, Keenan merebahkan tubuhnya di antara mereka, merasakan damai yang menyelimuti. Dalam keheningan kamar, Keenan menutup matanya, siap menyusul dua orang kesayangannya ke alam mimpi.