Tiga puluh lima

517 34 1
                                    

Fazia duduk termenung di sofa rumahnya yang sepi, ruangan itu terasa dingin dan membosankan tanpa kehadiran siapa pun selain dirinya. Cahaya lampu yang redup dari meja samping memantulkan bayangannya yang lemah di dinding. Setiap kali ia mencoba mengalihkan pandangannya, wajahnya tetap tertuju pada satu titik kosong, seolah-olah harapan dan rasa damai telah menghilang dari pandangannya.

Airmatanya mengalir deras, membasahi pipi dan meninggalkan jejak lembab di wajahnya. Keheningan di sekelilingnya hanya diperburuk oleh isak tangisnya yang tertahan. Fazia merasa seolah-olah seluruh dunia runtuh di sekelilingnya, dan beban emosional yang dia rasakan tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Setiap tarikan napas terasa berat, seolah-olah setiap helaan udara yang dia ambil adalah pengingat akan kesalahan dan dosa yang telah dia lakukan di masa lalu.

Suaminya, yang telah lama menjadi pendamping hidupnya, baru saja ketahuan berselingkuh. Kecurigaan yang selama ini hanya berupa bayangan samar kini terbukti nyata, menghancurkan segala ilusi kebahagiaan yang ia bangun. Ketika Fazia mendapatkan konfirmasi tentang pengkhianatan suaminya, dunia seolah runtuh di bawah kakinya. Dia merasa seperti boneka yang kehilangan kendali, dibiarkan terombang-ambing oleh arus kehidupan yang tak adil.

Namun, rasa sakit yang paling mendalam bukan hanya berasal dari pengkhianatan suaminya, tetapi juga dari rasa bersalah yang mendalam tentang tindakannya sendiri di masa lalu. Fazia menyadari betapa besar kesalahannya ketika dia meninggalkan Andra dan anak mereka. Saat itu, dia berpikir bahwa meninggalkan mereka adalah jalan terbaik untuk dirinya sendiri, untuk mengejar kehidupan baru yang lebih baik. Namun, kini dia merasakan karma dari keputusan tersebut. Dia merasa bahwa segala penderitaan yang dia alami adalah balasan dari kesalahannya yang lalu, dan dia pantas menerima semua penderitaan ini.

Kehidupan yang dia pilih penuh dengan kesedihan dan penyesalan. Pada akhirnya, Fazia menghadapi kenyataan pahit bahwa tindakannya telah meninggalkan bekas yang mendalam pada hidupnya dan kehidupan orang lain. Dia merasa terjebak dalam siklus karma, di mana setiap kesalahan dan keputusannya telah mengarah pada penderitaan yang dia alami saat ini.

Dia memandang sekeliling rumah yang dulu penuh dengan kenangan bahagia, sekarang tampak kosong dan penuh dengan kenangan pahit. Setiap sudut ruangan mengingatkannya pada saat-saat ketika semuanya masih baik-baik saja, sebelum pengkhianatan dan keputusan-keputusan buruk menghancurkan segalanya.

Fazia meresapi rasa sakitnya dengan penuh penyesalan, berharap dapat menghapus semua kesalahan yang telah dia buat. Namun, dia tahu bahwa waktu tidak bisa diputar kembali, dan tidak ada yang bisa mengembalikan apa yang telah hilang. Dengan airmata yang masih mengalir deras, Fazia merasa terpuruk, berusaha mencari jalan untuk melawan rasa bersalah dan berdoa agar ada sedikit harapan di tengah kegelapan yang melingkupinya.

-

-

Siang hari itu, suasana di halaman rumah terasa cerah dan meriah. Jam menunjukkan pukul dua siang, dan matahari bersinar dengan terang, menerangi sekeliling dengan cahaya yang hangat dan menenangkan. Di bawah pohon rindang yang menaungi halaman rumah, Dylan tampak sangat antusias bermain bola kaki bersama anak-anak lainnya. Keceriaan anak-anak yang berlari-lari sambil mengejar bola mengisi udara dengan tawa dan keriangan.

Keenan duduk di lantai teras, matanya penuh perhatian mengawasi dylan yang tengah asyik bermain. Keenan merasakan kebahagiaan yang mendalam melihat anaknya bermain dengan riang, dikelilingi oleh teman-teman sebaya. Sesekali, Keenan tersenyum saat melihat dylan tertawa lebar, menggenggam bola dengan penuh semangat. Di sampingnya, ibunya dan Ibu desy juga terlibat dalam peran mereka, turut menyemangati dylan dan anak-anak lainnya, memberikan dukungan dan dorongan agar permainan semakin seru.

Sementara itu, di sisi lain halaman rumah, suasana tidak kalah meriah. Nazwa, desy, dan andra ikut terlibat dalam permainan bola kasti yang penuh semangat. Permainan ini melibatkan dua kelompok besar, masing-masing terdiri dari sepuluh orang. Semua peserta tampak bersemangat, mengenakan pakaian yang nyaman dan siap untuk bertanding. Keterlibatan andra dalam permainan ini menarik perhatian banyak warga kampung yang berkumpul untuk menyaksikan acara tersebut.

DYLAN KALERIC PARAMUDYA [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang