Kalian bosan gak sih sama ceritanya? cerita ku memang minim konflik kek nya pun gak ada konflik sih, ngalir aja gitu🗿
-
-
-
-
Di tengah malam yang sunyi, saat semua orang tertidur lelap, Dylan tiba-tiba terbangun dengan keringat dingin mengalir di dahinya. Matanya yang besar berkaca-kaca, dan napasnya tersengal-sengal, berusaha menenangkan diri dari mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Tubuhnya gemetar ketakutan, seakan mimpi itu masih menggenggamnya dalam bayangan yang menakutkan. Dalam mimpi itu, Dylan merasa terjebak di tempat gelap dan tidak ada siapa pun di sana untuk menyelamatkannya. Rasa takut itu membesar di dadanya, hingga akhirnya air matanya tumpah, tak bisa menahan isak tangis.
"Mommy..." suara kecilnya gemetar, memanggil ibunya. Tapi ruangan kamarnya sunyi, hanya diisi oleh suara kipas angin yang berputar pelan. Tak kuat menahan ketakutannya sendiri, Dylan turun dari tempat tidur, kakinya melangkah cepat menuju pintu. Dia merasa seluruh dunia menakutkan saat itu, dan satu-satunya tempat aman baginya adalah di samping orang tuanya.
Dylan membuka pintu kamarnya perlahan, takut suaranya akan mengusik kesunyian rumah. Namun, tangisnya makin menjadi-jadi ketika dia berjalan menuju kamar papa dan mommynya. Setiap langkah terasa berat, seolah mimpi buruknya masih mengikutinya. Ketika sampai di depan kamar orang tuanya, Dylan berdiri sebentar, membiarkan isaknya mengisi lorong rumah yang sepi.
“Mommy… Papa…” suaranya semakin serak. Tangannya yang kecil mengetuk pintu dengan lemah. Tanpa menunggu jawaban, Dylan membuka pintu dan melihat kedua orang tuanya yang tertidur pulas di tempat tidur. Tanpa berpikir panjang, Dylan berjalan ke sisi ranjang, langsung menuju ibunya. Keenan adalah sumber rasa aman yang paling dia butuhkan saat itu.
“Mommy... Mommy...” Dylan menarik-narik lengan keenan, suaranya bergetar penuh ketakutan. Keenan yang tadinya tertidur dengan nyaman, terbangun perlahan karena merasakan sentuhan lembut anaknya. Begitu matanya terbuka dan melihat dylan berdiri di sana dengan mata penuh air mata, Keenan segera bangkit dan meraih tubuh kecil dylan ke dalam pelukannya.
"Ada apa sayang? adek kenapa menangis?" tanya keenan lembut, suaranya dipenuhi kekhawatiran. Dia bisa merasakan tubuh dylan yang masih gemetar ketakutan.
“ Mimpi buruk mommy .. adek takut ” ujar dylan di sela-sela tangisnya. Keenan mengusap punggung dylan dengan lembut, berusaha menenangkannya.
“Sudah, sudah, mommy di sini. Tidak ada yang perlu ditakutkan sayang. Itu cuma mimpi buruk ” bisik Keenan lembut sambil mengecup kening dylan. Keenan membelai rambut anaknya dengan penuh kasih, memberikan rasa aman yang dibutuhkan dylan saat itu.
Andra yang juga terbangun karena tangisan dylan, ikut duduk dan merangkul anak mereka “ Papa dan mommy di sini ” tambah Andra dengan senyum menenangkan, meskipun wajahnya masih sedikit mengantuk. Pelukan keduanya membuat Dylan merasa hangat dan terlindungi.
Setelah beberapa saat, tangisan dylan mulai mereda. Dia mulai merasa aman berada di antara kedua orang tuanya. Keenan mengusap wajah dylan yang basah dengan lembut, menghapus sisa air mata " bobok sama disini aja mau ? mommy peluk "
Dylan mengangguk lemah, masih belum mau jauh dari kedua orang tuanya. Keenan mengangkatnya ke tempat tidur, lalu memeluknya erat di sisi tubuhnya. Andra juga menggenggam tangan kecil dylan, memastikan anaknya tahu bahwa dia selalu ada di sana untuk melindunginya.
Dylan akhirnya tertidur kembali di antara mereka, kali ini dengan senyum tipis di wajahnya, merasa aman di pelukan orang-orang yang paling dia cintai. Keenan dan andra saling menatap dan tersenyum, bersyukur bisa memberikan ketenangan bagi anak mereka di saat-saat seperti ini. Malam itu berlanjut dengan damai, ditemani oleh kehangatan keluarga yang saling melindungi.
🦋🦋
Kicauan burung yang lembut mulai terdengar di luar jendela, menandakan pagi telah datang. Keenan terbangun lebih awal, masih dalam memeluk dylan yang tidur pulas sepanjang malam. Senyum tipis terukir di wajahnya saat menatap wajah tenang putra kecilnya. Rambut halus Dylan sedikit acak-acakan, dan napasnya yang teratur membuat hati Keenan merasa damai.
Dengan hati-hati, Keenan mengecup kening Dylan, merasakan kulit lembut anaknya yang mengingatkannya betapa berharganya momen-momen ini. Keenan bergerak pelan, memastikan tidak membangunkan dylan yang masih terlelap. Setelah berhasil melepaskan dirinya tanpa membuat Dylan terbangun, Keenan bangkit dari tempat tidur, berjalan pelan-pelan menuju kamar mandi.
Air dingin mengalir membasahi tubuhnya, menyegarkan pikiran dan tubuh yang sempat terjaga di tengah malam karena mimpi buruk dylan. Keenan menikmati setiap tetes air yang membasuh tubuh, membantunya mempersiapkan diri untuk menjalani hari yang baru. Sesekali pikirannya melayang kembali pada malam sebelumnya, mengingat bagaimana Dylan merasa takut dan akhirnya tertidur dalam dekapan hangatnya. Perasaan tenang itu membuat Keenan merasa bersyukur memiliki keluarga yang selalu bisa saling mengandalkan satu sama lain.
Setelah selesai mandi, Keenan mengenakan pakaian santai, kaus dan celana pendek yang nyaman. Sebelum meninggalkan kamar, dia melirik jam di dinding. Hari ini adalah hari biasa seperti lainnya, di mana Andra harus pergi ke kantor dan dylan ke sekolah. Dengan langkah tenang, Keenan menghampiri tempat tidur kembali, di mana andra dan dylan masih terlelap dalam balutan selimut tebal.
Keenan menunduk, membelai rambut andra dengan lembut sebelum menepuk pelan bahunya " sayang, bangun, sudah pagi " bisiknya lembut. Andra bergumam pelan, matanya mulai terbuka sedikit demi sedikit, masih setengah tertidur. Lalu keenan mendekat dan mengguncang lembut tubuh Dylan.
" Adek, sayang... waktunya bangun. Kita harus bersiap-siap untuk sekolah " bisiknya, suaranya penuh kasih sayang.
Dylan menggeliat pelan, matanya berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya pagi yang masuk ke kamar. "Mommy... masih ngantuk " gumamnya manja, sambil menarik selimut lebih dekat ke tubuhnya. Keenan tertawa kecil, mengenali kebiasaan putranya yang selalu sulit bangun di pagi hari.
" Ayo dek, Mommy sudah bangun duluan. adek harus mandi dan bersiap untuk sekolah ya. Nanti kita sarapan bersama " bujuk keenan dengan lembut, sambil membantu dylan duduk di atas tempat tidur. Dylan akhirnya menyerah, mengusap matanya dengan tangan kecilnya yang masih mengantuk.
"Papa juga sudah bangun, kita sarapan bareng-bareng nanti " kata Andra yang kini sudah duduk di pinggir tempat tidur, mengusap kepala Dylan dengan senyum di wajahnya. Dylan mengangguk, meskipun matanya masih setengah terpejam.
Keenan membantu Dylan bangkit dari tempat tidur dan menggandengnya menuju kamar mandi. Setelah Dylan mulai bersiap-siap, Keenan keluar dari kamar, berjalan menuju dapur untuk mulai menyiapkan sarapan sederhana untuk keluarganya. Di dapur, keenan mengeluarkan beberapa telur, roti, dan beberapa buah untuk di jadikan jus dari kulkas, menyusun bahan-bahan sarapan yang akan disiapkan.
Saat sarapan mulai siap, Andra muncul dari kamar dengan dylan yang sudah segar, mengenakan seragam sekolahnya. Dylan tersenyum ceria, seolah mimpi buruk malam sebelumnya sudah terlupakan sepenuhnya “ Sarapan apa mommy?” tanya Dylan dengan mata berbinar.
Keenan tersenyum melihat putranya yang kembali ceria " Telur dadar favorit adek sama roti terus ada jus juga. Ayo, kita makan bersama sebelum kalian berangkat " jawabnya sambil menghidangkan sarapan di meja.
Mereka bertiga duduk bersama di meja makan, menikmati pagi yang penuh kehangatan dan kebersamaan. Bagi keenan, inilah momen-momen berharga yang selalu ia syukuri setiap harinya. keluarga yang utuh dan penuh cinta.