Usai berbelanja di pasar, Keenan kembali ke rumah dengan banyak belanjaan di tangannya. Kantong-kantong besar berisi bahan makanan menggantung di kedua lengannya. di dalamnya ada sayuran segar, rempah-rempah, daging pilihan, dan buah-buahan yang tampak menggiurkan. Keenan memang selalu cermat dalam memilih bahan masakan, memastikan keluarganya mendapat yang terbaik dari yang bisa ia temukan di pasar. Aroma segar buah-buahan bercampur dengan wangi sayuran yang masih basah oleh embun pagi tercium begitu dia memasuki dapur.
Keenan meletakkan belanjaan di atas meja dapur dengan lega, pundaknya terasa sedikit pegal setelah membawa banyak barang, namun ada kepuasan tersendiri dalam hatinya. Dia duduk sebentar di kursi, menghela napas panjang, memberi waktu bagi tubuhnya untuk sedikit beristirahat. Matanya menatap ke luar jendela dapur, sinar matahari yang hangat tampak menerobos masuk melalui celah-celah tirai, menyebarkan cahaya lembut di seluruh ruang dapur.
Setelah beberapa menit, Keenan bangkit dari kursinya. Dia membuka pintu belakang yang mengarah ke taman kecil di halaman belakang rumahnya, membiarkan angin segar masuk, menyebar ke seluruh sudut dapur. Udara pagi yang sejuk menyapu wajahnya, memberikan semangat baru. Keenan menyukai perasaan ini kesederhanaan dalam menjalani aktivitas harian, di mana setiap rutinitas terasa bermakna. Meskipun ada beberapa pekerja rumah yang siap membantunya, Keenan tetap memilih untuk menangani beberapa pekerjaan sendiri. Terutama untuk urusan memasak, mencuci, dan menyiapkan makanan bagi keluarganya, dia merasa ada sesuatu yang istimewa ketika tangannya sendiri yang melakukannya. Itu seperti caranya menunjukkan cinta kepada andra dan dylan.
“Biar bagaimanapun, memasak adalah bentuk cinta ” pikirnya sambil tersenyum, mengingat bagaimana dylan selalu menghabiskan makanannya dengan bahagia, dan andra yang lebih suka membawa bekal dari rumah ketimbang membeli makanan di kantor.
Setelah pintu belakang terbuka lebar, dia beranjak mengambil cucian yang sudah menunggu di keranjang. Meski para pekerja rumah tangga bisa saja mengerjakan tugas ini, Keenan merasa senang melakukannya sendiri. Ia berjalan ke halaman belakang dengan langkah ringan, menikmati hembusan angin yang menyapa kulitnya. Jemuran di sudut taman sudah menunggunya, dan satu per satu, ia menggantung pakaian-pakaian yang baru saja dicucinya. Tangannya bekerja cekatan, dengan gerakan teratur, seolah setiap helai pakaian yang dijemur nya membawa kenangan dan kehangatan dari rumah tangganya.
Setelah selesai menjemur pakaian, Keenan kembali ke dapur untuk memulai tugas utamanya, memasak. Dia menyingsingkan lengan bajunya, bersiap mengolah bahan-bahan yang sudah dibelinya. Sebuah ritme nyaman tercipta saat ia memotong sayuran, menyiapkan bumbu, dan menyalakan kompor. Bagi Keenan, setiap bunyi potongan pisau di atas talenan dan suara desisan minyak di wajan adalah harmoni yang menenangkan. Dapur adalah tempat di mana ia merasa paling hidup, tempat di mana ia bisa mencurahkan perasaannya melalui masakan yang akan disantap oleh keluarganya nanti.
Suara alam dari luar, dicampur dengan kesibukan dapur, menjadi latar belakang yang menenangkan. Tidak ada tekanan, tidak ada kebisingan yang mengganggu hanya keenan dan tugas-tugas rumah yang ia nikmati dengan sepenuh hati. Setiap momen kecil ini adalah caranya menjaga kehangatan rumahnya, menciptakan lingkungan di mana suami dan anaknya selalu merasa dicintai dan diperhatikan.
Dalam pikiran keenan, kebahagiaan keluarganya adalah segalanya. Dan melalui kesibukan sehari-hari ini, ia berharap bisa terus menjaga harmoni dalam rumah tangga mereka, memberi perhatian tanpa syarat, serta mencurahkan kasih sayang dalam setiap hal kecil yang ia kerjakan untuk andra dan dylan.
Beberapa menit berlalu, dan aroma sedap dari masakan yang baru saja selesai memenuhi setiap sudut rumah. Wangi tumisan bawang putih, rempah-rempah, dan daging yang berbaur di udara membuat dapur terasa lebih hangat dan mengundang. Keenan tersenyum puas saat menatap wajan yang terisi penuh dengan masakannya. Meski makanan telah matang, dia memutuskan untuk membiarkannya di atas kompor sejenak, masih terbungkus panas dari wajan, menunggu saat yang tepat untuk disajikan. Rencananya, setelah Dylan dan Andra pulang, dia akan memindahkan semuanya ke piring saji yang indah dan menyajikannya dengan penuh cinta di meja makan.