Something Different

326 65 31
                                    

Sesuai dengan kesepakatan, Ahyeon menelpon Dain di jam setengah 10 malam, saat dirinya sudah bersiap-siap untuk pergi tidur.

Meskipun dipertemuan sebelumnya mereka sudah banyak mengobrol, membahas beberapa hal random, dan bertukar informasi tentang diri masing-masing, namun tetap saja, perasaan deg-degan tak pernah luput dari diri Ahyeon.

Apalagi, ini baru pertama kalinya ia sengaja menyisihkan waktu untuk menelpon seseorang, jelas akan menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah ia lupakan.

Sebelum memencet tombol call, Ahyeon berdiri didepan cermin kamarnya. Memastikan penampilannya, dan mengatur nafas sedemikian rupa agar tidak terdengar berantakan saat akan bicara dengan Dain nantinya.

Aneh, padahal hanya menghubungi via ponsel, hanya bertukar suara, seseorang yang menerima panggilannya pun berada jauh dalam penglihatan, tapi Ahyeon bersikap seolah-olah Dain bisa melihatnya dari sini, ia sengaja mengenakan piyama yang bagus, dan berdandan tipis untuk menyamarkan semu merah pada pipinya.

Tipe-tipe seseorang yang lagi kasmaran akut, maka effort nya pun juga ikutan akut.

"Oke, ayo kita mulai!" Ahyeon membuang nafasnya sekali lagi, dan mengerahkan seluruh keberaniannya untuk menelpon Dain yang kini tengah menunggu panggilannya.

Dengan gerak cepat Ahyeon menekan tombol call yang akan menghubungkan mereka berdua sebentar lagi.

Dan tak lama berselang...

"Hallo Unnie...." Suara manis Rora langsung menyapa lembut sesaat setelah panggilan itu diterima.

"Hallo Dain, lama menunggu?"

"Anniyo... aku baru saja selesai bersih-bersih un. Unnie sudah makan, apa unnie lelah hari ini?" Tanya Dain karena merasa suara Ahyeon agak serak dan berat, seperti orang yang kelelahan.

"Sudah, bagaimana denganmu? Dan kalau ditanya soal lelah atau tidak, yang namanya bekerja pasti ada lelahnya, tapi unnie baik-baik saja. Waeyo? Apa kau sudah mengantuk Dain? Ingin tidur sekarang?"

Dain menguarkan kekehannya "jika aku bilang aku sudah mengantuk, apa unnie ingin menyudahi panggilan telponnya?"

Ahyeon terdiam. Jelas sekali ia menantikan moment ini sejak tadi. Ia sudah susah payah mengumpulkan nyali demi bisa menghubungi Dain, dan harus disudahi kurang dari 2 menit karena alasan mengantuk? Ck, yang benar saja!

Kalaupun matanya sudah terasa sepat, setengah mati akan ia tahan agar tetap bisa mengobrol dengan gadisnya sepanjang yang ia bisa.

"Andwae! Unnie sangat menunggu waktu ini untuk bisa bicara denganmu Dain-ah" protes Ahyeon dengan nada setengah merajuk.

Dain tersenyum lebar diseberang sana. Untungnya Ahyeon tak bisa melihat seperti apa ekspresinya saat ini.

Harus Rora akui bahwa menggoda Ahyeon adalah sebuah kesenangan yang akan menjadi hobi barunya selain Baking.

"Lalu mengapa unnie berbasa-basi, bertanya aku sudah ngantuk atau belum, karena aku sendiri juga sangat menantikan waktu untuk bisa mengobrol dengan unnie malam ini. Bukankah itu rencana kita? Maka tanyalah yang lain selain mengatakan aku sudah mengantuk atau belum un" protes Rora.

Lagi-lagi Ahyeon terdiam. Ia menggigit bibir bawahnya sendiri. rasa gugup bercampur senang seketika menjalar. Ia gugup karena harus menghadapi sikap Rora yang tak pernah bisa ia baca.

Tapi ia juga senang karena selalu mendengar kejujuran dari gadis itu. Cara Rora dalam mengutarakan kemauannya, sudut pandangnya, dan juga apa yang sedang ia rasakan, selalu tertutur tegas dan lugas.

Samasekali tak ada kesan neko-neko seperti remaja kebanyakan. Jika orang tak tau berapa usia Dain, mereka-mereka pasti tidak akan percaya jika gadis tersebut masih berusia 17th. Dain terlampau dewasa secara kepribadian.

CheeZe CaKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang