Misunderstand (2)

411 67 36
                                    

Di Kediaman Keluarga Jung.

Sesi makan malam telah usai 1 jam yang lalu. 2 hari belakangan ini, Ahyeon tampak rutin menghabiskan sisa waktunya dirumah, sehabis bekerja, dirinya langsung pulang tanpa memiliki niat untuk mampir kemanapun.

Kecuali di 3 hari sebelumnya, ia sempat pulang kemalaman, hari dimana ia menyaksikan potret pahit kedekatan, tidak tidak, kata "dekat" masih terlalu ringan untuk disebut, lebih tepatnya potret kemesraan antara Dain dan Asa yang terjadi didepan gerbang sekolah gadis itu.

Memori menyakitkan tersebut seakan menjadi kaset rusak yang selalu terputar ulang diotaknya, sepanjang waktu, dan hal itu sangat-sangat mengganggu psikis dan juga aktivitas Ahyeon.

Namun sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap kuat, berusaha untuk tidak terpengaruh dengan kejadian menyakitkan tersebut, menurutnya, semakin ia memikirkan rasa sakit hatinya, semakin ia menjadi tidak produktif.

Bagaimana pun ia patah hati terhadap Dain, ia harus tetap profesional, harus tetap melanjutkan hidupnya, masih terlalu banyak hal penting yang bisa ia lakukan untuk melepaskan diri dari siksaan batin yang sedang menderanya.

Namun untuk sementara ini, biarlah ia berkubang bersama lukanya dengan mengendap didalam kamar pribadinya. Melakukan hal-hal yang menjadi kebiasaannya sejak dulu seperti membaca buku klasik, memutar lagu, atau sekedar melukis agar ia bisa tetap konsisten menghindari penggunaan gadget.

Itu benar, sudah 3 hari ini, semenjak ia memergoki Dain dan Asa, ia memutuskan untuk mematikan ponselnya. Menjauhi benda persegi panjang tersebut sampai waktu yang tidak ditentukan.

Ia tau, Dain pasti akan selalu mengabarinya, mengiriminya pesan, karena gadis itu pasti bingung dengan menghilangnya Ahyeon tanpa sebab.

Jika ia bersikeras untuk tetap menggunakan ponselnya, dan membiarkan diri untuk selalu terhubung dengan Dain, hal itu akan semakin membuat Ahyeon menjadi gila, karena hal tersebut semakin menunjukkan, bahwa ia samasekali tak bisa lepas dari bayang-bayang gadis itu.

Walau bisa saja ia mengabaikan pesan atau memblokir nomer Dain, namun Ahyeon lebih memilih untuk mematikan ponselnya saja. Entahlah, meski ia kecewa berat terhadap gadis itu, nyatanya Ahyeon masih seperti menyisakan sedikit kerendahan hati bagi Dain, karena mempertahankan nomernya tetap tersimpan rapi tanpa berniat memblokirnya samasekali.

Disaat Ahyeon masih sibuk berkutat dengan salah satu bukunya, terdengar suara ketukan pintu yang membuat kegiatannya harus terhenti sejenak.

Tok tok tok.....

"Masuk saja, pintunya tidak dikunci" Teriaknya dari dalam.

Mendapat izin si empunya kamar, daun pintu seketika terbuka dan langsung menampilkan sosok Han Hyo Joo, sang eomma.

"Sedang apa sayang?" Wanita paruh baya tersebut berjalan mendekat, dan mengambil duduk di sisi ranjang tepat disamping Ahyeon.

"Seperti yang mommy lihat, membaca buku" Balas sang anak on point. Tak ada minat untuk berbasa-basi.

Hyo Joo tersenyum, dibelainya surai hitam Ahyeon dengan penuh perhatian.
"Kau tampak murung belakangan ini, kau selalu mengurung dirimu dikamar Ahyeon-ie, ada apa sayang? Apa semuanya baik-baik saja?" Pancingnya.

Ia sebenarnya tau jika anak semata wayangnya pasti sedang memiliki masalah. Namun ia menunggu agar Ahyeon menceritakannya sendiri seperti yang biasa keduanya lakukan, tapi setelah dibiarkan, Ahyeon tak kunjung bicara dan hal tersebut mulai membuat Hyo Joo khawatir.

Ditambah lagi Ahyeon tampak tidak semangat setiap kali dirinya berada dirumah, wajahnya muram, jarang tersenyum, ia mendadak jadi pendiam, dan bahkan makan dengan porsi yang jauh lebih sedikit dari biasanya. Padahal, Hyo Joo sudah memasak beragam menu makanan favorit putrinya itu, namun Ahyeon terlihat tidak tertarik untuk makan dengan lahap.

CheeZe CaKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang