Frontal

328 62 44
                                    

Usai mengerjakan tugas kantornya selama kurang lebih 2 jam lamanya, sesuai janji, Ahyeon akan mengajak gadis muda ini jalan-jalan ke taman kota.

Ia sendiri bahkan sudah lupa, kapan terakhir kali menginjakkan kaki disana, bukannya Ahyeon tak suka suasana taman, ia suka, hanya saja ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya setiap kali ada senggang.

Namun patut diingat, case kala itu ketika Ahyeon belum bertemu dengan Dain, kalau untuk case yang sekarang, itu sebuah pengecualian!

Dain adalah satu-satunya orang yang membuat Ahyeon ingin mengajaknya datang ke taman.

Entahlah, mungkin sang direktur merasa kalau taman adalah tempat yang cocok untuk gadis tersebut, mengingat banyak sekali hal menyenangkan yang ada disana, selain melihat banyak spot indah berupa tanaman bunga yang beragam, beberapa permainan untuk anak-anak, taman kota juga menyediakan lapak bagi para pedagang kecil, jadi selain bermain mereka bisa sambil membeli jajan.

Setibanya di taman, Dain langsung berlari menuju spot tanaman bunga. Wajahnya begitu ceria, senyum manis tak lepas dari sudut bibirnya, bahkan saking tak sabarnya, Dain reflek menarik tangan Ahyeon agar bisa menyamai langkahnya.

"Un, lihat... bunganya cantik sekali" mata Dain berbinar-binar, seolah bunga-bunga tersebut merupakan hal langka yang jarang ia lihat.

"Ne... cantik sekali. Kau suka unnie ajak kesini?" Balas Ahyeon, ia berdiri disamping Dain yang masih sibuk menciumi aroma bunga-bunga disana.

"Unnie bercanda? Tentu saja aku suka! Terakhir kali aku kesini saat aku merayakan hari persahabatan bersama Rami dan Chiquita. (Dain berpikir sejenak) kalau tidak salah itu sekitar 3 bulan lalu"

"Jeongmal? Itu sudah cukup lama, lalu mengapa tidak datang kesini lagi kalau kau memang menyukai suasana taman?" Ahyeon menanggapi celotehan gadisnya dengan antusias.

"Aku terlalu sibuk belakangan un, membantu Halmoni di kedai yang semakin hari semakin ramai, belum lagi urusan sekolah, apalagi ini sudah masuk semester akhir, ada beberapa kegiatan tambahan di kelas, jadi waktuku habis disitu" Keduanya beralih ke sebuah bangku dan memilih untuk duduk disana.

"Kau pasti sangat lelah dengan semua aktivitas itu Dain-ah. Tapi kau selalu tampak bersemangat, seakan-akan tidak pernah punya keluhan samasekali"

Bukannya menjawab, Rora malah sibuk membenahi anak rambut Ahyeon yang terkena angin dan menyelipkannya ke belakang telinga.

Sikap lembut gadis tersebut berhasil membuat Ahyeon mematung. Nafasnya terhenti sejenak, menahan gejolak yang membuatnya kewalahan dalam mengatasi detak jantungnya yang mulai tak beraturan.

Perutnya terasa geli, efek Dopamine mulai merayap ke setiap sendi aliran darahnya, menggelitik perasaan Ahyeon dengan sensasi candu, atas perlakuan manis yang baru saja ditunjukkan gadis itu.

Sang direktur kembali termangu, lagi dan lagi, ia selalu merasa lemah setiap kali berhadapan dengan sosok Dain saat gadis tersebut berada dalam mode frontal.

Akal sehat dan logika seolah tak berfungsi, cukup dengan perlakuan sederhana seperti ini saja, sanggup membuat seorang Ahyeon nyaris gila.

"Unnie cantik sekali" ucap si gadis muda usai menyelesaikan aktivitas lancangnya pada rambut sang direktur.

Damn!
Betapa kurang ajarnya mulut Dain.
Ahyeon telah bersusah payah menangani pacu jantungnya yang sejak tadi tak mau diam dan keluar dari batas normal, malah harus ditambah dengan ucapan bernada flirting seperti itu.

Bagaimana Ahyeon bisa menangani ini ya Tuhan? Ingin rasanya ia berteriak kencang untuk meredakan gejolak yang kini sedang berkecamuk hebat dalam dadanya.

CheeZe CaKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang