Wise and Chance

229 46 47
                                    

Setelah Ahyeon pulang ke rumahnya, Dain kembali mengurung dirinya di dalam kamar. Meski jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, nyatanya ia tak bisa tidur alih-alih ingin beristirahat seperti yang Rora mau sebelumnya.

Matanya masih terbuka lebar dengan pikiran yang melayang-layang tanpa arah, kepalanya pun masih sedikit berdenyut, hatinya gelisah, dan kondisi tersebut semakin membuatnya kesulitan untuk menenangkan diri.

Sudah setengah jam lamanya ia bergerak gusar ke kanan dan ke kiri diatas kasurnya, tapi tetap saja, rasa kantuk tak kunjung menghampiri.

Hingga tak lama berselang, Rora mendengar suara ketukan pada daun pintu kamarnya, yang ia yakini jika itu adalah ibunya.

Tanpa pikir panjang Dain buru-buru beranjak dari kasur untuk segera membukakan pintu.

Ceklek..

"Hai sayang.. apa eomma mengganggu?" Kata Young Ae sesaat setelah putrinya menyambut dari balik pintu kamar.

Dain menggeleng sebagai jawaban.

"Mengapa belum tidur hm?"

"Aku sulit tidur eomma" balasnya jujur.

Young Ae tersenyum, ia membelai lembut pipi chubby anaknya lalu merangkul Rora dan mengajak putrinya tersebut untuk kembali ke kasurnya.

"Waeyo? Kau bilang pada eomma kalau kau ingin cepat istirahat, tapi sudah jam segini kau masih belum tidur juga, apa ada sesuatu yang kau pikirkan sayang?" Lanjutnya setelah mereka mengambil duduk di tepi ranjang.

Ditanya demikian, Rora hanya membuang nafas berat.
"Eomma harusnya tau apa yang sedang aku pikirkan.."

"Soal Asa lagi?"

Rora mengangguk "Ne, apa menurut eomma aku keterlaluan bersikap seperti itu ke Asa unnie?"

Mendengar kalimat putrinya, lagi-lagi Young Ae mengulas senyum penuh arti.
Ia mengusap lembut surai panjang Dain, seraya menata kecil poni anak gadisnya dengan gerakan hati-hati.

"Eomma tak bilang bahwa tindakanmu salah sayang. Tapi kau berhak untuk marah. Sebagai manusia biasa, eomma tidak akan menghakimimu atas sikap yang kau berikan pada Asa. Itu wajar, mengingat apa yang sudah dia lakukan terhadapmu bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan apapun alasannya"

"Tapi, apakah sikap yang kau ambil tadi adalah bentuk sanksi yang memang kau inginkan untuk menghukumnya? Atau itu hanya spontanitas saja?" Tanya Young Ae masih betah membelai surai coklat Rora yang kini tengah menatap bingung sang ibu.

"Maksud eomma?"

Wanita paruh baya tersebut diam sejenak, ia mencoba memikirkan dan menata kalimat yang tepat untuk obrolan mereka kali ini.

"Dain-ah, sejujurnya eomma juga sangat marah dan kecewa saat tau ternyata seseorang yang Asa maksud dalam curhatannya adalah putri eomma sendiri. Eomma tau apa yang Asa lakukan adalah kesalahan besar, keputusan yang sangat fatal, tapi disisi lain eomma bisa melihat betapa menyesalnya dia karena telah melakukan hal buruk padamu"

"Kau tau sayang, dia menangis tersedu-sedu sepanjang Asa bercerita dengan eomma di taman pagi tadi, dia juga sempat pesimis dengan bilang bahwa kesalahannya pasti tidak akan mungkin bisa dimaafkan. Tapi eomma terus menerus mendorongnya agar jangan menyerah untuk bisa mendapatkan maaf dari seseorang yang ia sakiti itu..."

"Eomma katakan padanya, jika setiap manusia pasti pernah membuat kesalahan dalam hidupnya, entah yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Eomma akui jika kesalahan yang diperbuat Asa adalah ide yang sangat buruk karena ia berpikir bahwa dengan menjebakmu seperti itu maka segala tujuannya bisa terpenuhi, namun dalam tanda kutip jika rencananya tersebut berhasil.."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CheeZe CaKeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang