64.❤️

100 40 18
                                    

Pemerkosaan tidak hanya terjadi di luar pernikahan, melainkan bisa juga dialami pasangan menikah.
Di bab sebelumnya ada part dimana Sandi telah melakukan hubungan badan dengan Anita tanpa persetujuan dan tanpa kesadaran Anita. Ini merupakan Marital rape, atau pemaksaan dan manipulasi pada pasangan agar dapat melakukan hubungan seksual.
Marital rape masih terbilang tabu, sangat tidak lazim di sebagian banyak masyarakat.

Tindakan ini telah diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga mengenai kekerasan seksual, namun demikian rumusan pasal tersebut terlalu luas, disebabkan korban dalam kekerasan seksual tersebut semua orang yang tinggal menetap dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan seksual yang dimaksud tersebut, sebagai berikut18 : 1) Pengasingan istri dari kebutuhan batin; 2) Melakukan hubungan suami istri yang tidak diinginkan oleh istri; 3) Menindas istri melakukan pekerjaan pelacur dan sebagainya. 
Tindakan pemaksaan seksual oleh suami terhadap istrinya merupakan bagian dari kekerasan seksual sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004. Pemaksaan seksual merupakan suatu tindakan penyimpangan dimana dilakukan dengan cara yang tidak wajar. Bentuk kekerasan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 membaginya dalam 4 (empat) macam, yaitu : kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi.)

Guys.. Setiap individu memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri, yang tidak bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu tanpa persetujuan dirinya sendiri.

❤️

Osaka. Jepang.

Seorang pelayan laki-laki sibuk melayani para pelanggan, rekan kerja perempuan nya juga sibuk menyiapkan pesanan di balik storage kaca yang menampilkan banyak roti dan makanan ala kafe yang lumayan luas ini.
Lengkap menggunakan kostum ala seorang pembuat roti, Marie begitu telaten menyusun roti terakhir yang dia buat hari ini di rak khusus. Ruang dapur cukup menghangatkan badannya di musim dingin. Tapi setelah ini, dia akan kedinginan lagi.

Seorang pemuda bermata sipit yang merupakan rekan kerja nya bertanya, "Marie, anata wa mō ie ni kaerimasu?"
(Kamu akan pulang sekarang?)

"Hai. Genkidesu ka?"
(Iya. Kalau kamu?)

"Ato sū-bu inai ni wa mada koko ni tsuku hazudesu,"
(Aku harus masih disini beberapa menit lagi)

Selesai kembali berpakaian biasa, Marie ke ruang utama kafe. Menyapa bos perempuan nya yang tengah berada di tempat kasir. Selalu Marie melakukan itu setiap datang dan hendak pulang kerja.
Sore ini kafe nampak sedang santai. Pintu telah kembali ditutup, kini dia telah berada di luar. Memandang sekitar yang telah dipenuhi salju. Dia eratkan syal coklat nya. Hawa dingin masih tetap terasa menusuk walau dia telah memakai tiga lapis pakaian beserta jaket musim dingin.
Papan reklame berukuran 2x1,6 meter di seberang kafe menyala meriah dengan lampu hias mengelilingi. Tulisannya pun turut terbaca oleh Marie. 'Happy New Year! Welcome 2006'. Kedua sudut bibirnya menarik senyum kecil.

"2006.." lirihnya. Masih merasa tidak menyangka dia sudah lima tahun lebih mengadu nasib di negara orang, melalui banyak hal dengan segala berbagai perbedaan dan kenangan. Dia bangga sekali akan diri sendiri yang sekarang masih tetap dapat hidup baik-baik saja.

Beberapa tahun yang lalu, dia bekerja di kafe ini sebagai crew pelayanan. Marie amat bersyukur mendapat lingkungan tempat kerja yang baik. Bahkan sang bos mendukung nya yang belajar membuat roti, hingga dia sekarang dipercaya menjadi salahsatu crew dapur.
Berbeda bidang, sepupunya, Marcel, berhasil bekerja dengan baik di industri pengolahan pangan pertanian.
Dalam hati, Marie berdoa, semoga tahun ini dirinya dan Marcel diberkati segala kebaikan, dan dapat berusaha lebih baik menjadi manusia yang lebih baik.

Kakinya melangkah cepat, menerjang angin super dingin. Dia harus segera sampai di halte bus.

Beruntung sore ini bus tidak telat datang, maka Marie dapat cepat pulang ke rumah.

Atap gedung apartemen berlantai 15 itu nampak putih akibat dipenuhi gundukan salju yang sudah turun lebat sejak tiga hari lalu. Keluar dari lift, Marie buru-buru segera membuka kunci pintu apartemen nya. Sudah tak sabar ingin segera minum oleh rasa haus. Masuklah dia di apartemen kecil berukuran 20x35 meter yang dihuni sendiri. Setelah menyimpan tas, diteguknya air dari botol minum yang tersedia di meja.
Sejenak pandangannya menyisir ruangan. Sunyi, sepi. Selalu.
Dimana pekerja diaspora lain memerlukan partner tempat tinggal untuk dapat menghemat biaya sewa, Marie memilih sendirian. Tepatnya dia melakukan itu setelah satu tahun pertama di Jepang. Bukan tanpa tujuan, bukan ingin menutup diri dari orang lain. Namun, inilah yang ingin dia lakukan dalam masa proses memulihkan diri. Semasa di Indonesia dia belum dapat melakukannya. Mencari ketenangan dalam kesendirian, dan berusaha kembali lebih dekat dengan diri sendiri. Maka disini, sekarang dia melakukannya. Setelah seharian harus terus bersinggungan dengan banyak orang di tempat kerja, dia perlu suasana yang sangat tenang, sepi. Dapat membantunya dalam berproses, dirinya pun menjadi lebih mandiri.

Tak terasa hari telah beranjak malam, Marie keluar dari kamar. Badannya sudah terasa segar lagi seusai mandi air hangat. Sekarang di dapur dia sibuk menyiapkan makan malam.

Teet.....
Bunyi bel apartemen membuat wajahnya menengok ke ruangan depan. Dan bibirnya tersenyum tenang.

Pintu terbuka, menampilkan seseorang dengan satu kotak pizza ke hadapannya.

"Kon'nichiwa! Piza ga tōchaku shimashita,"
( Selamat sore! Pizza anda telah datang,)

Kepala Marie geleng-geleng memandang sang sepupu yang bermain peran tukang antar pizza.

"Ayo, masuk!" Seru nya.

Marcel tertawa kecil.
"Aku sudah lapar, Marie,"

"Kenapa tidak makan pizza saja dulu?"

"Gak enak atuh makan malam nya kalo pizza duluan mah.."

"Iya.. Sebentar lagi sup nya siap. Sini! Bantu aku membawa nya ke meja!"

Dengan semangat Marcel menurut. "Siap!"

Setiap satu pekan sekali, Marcel akan berkunjung dan menikmati makan malam bersama.
Selalu menghangat hati Marie ketika bersama sepupu yang sudah seperti adik sendiri itu. Dia pun senang hati selalu memasak untuknya. Dengan siapa lagi disini yang selalu dapat menjadi bagian tempat nya berkeluh kesah dan teman berbagi selain Marcel. Marie tidak menafikan kebaikan dari orang Indonesia lain yang dia temui disini. Hanya, memang masih Marcel saja yang dapat dia benar-benar percaya.
Tiga tahun yang lalu, salahsatu rekan kerja  perempuan dari Indonesia semasa berada di restoran yang sama, dia pernah menjadi korban fitnah oleh perempuan itu secara diam-diam dalam sekian lama, demi mendapat perhatian lebih dari atasan kerja, dan dapat menyaingi Marie. Setelah semua diketahui, satu tahun kemudian Marie memilih pindah ke kafe tempat bekerja nya sekarang.

"Ada rencana mau lihat festival musim dingin?" tanya Marie di tengah makan.

Marcel berhenti mengunyah tofu.
"Tentu. Jangan melewatkannya. Tapi aku belum tau kapan bisa pergi."

"Ini masih baru awal Januari. Tenang saja!"

"Kamu mau ke festival yang mana?"

Marie bersidekap. Ekspresinya jelas sedang berpikir.

Malam itu sembari menghabiskan menu makan malam dan pizza, mereka berdua berdiskusi rencana mengunjungi festival musim dingin.



Pagi hari di dalam bus menuju pabrik, Marcel menutup mulutnya yang menguap begitu betah. Terkadang hawa dingin selalu menggodanya untuk mengantuk. Apalagi selama musim ini bus tidak dapat melaju kencang seperti musim lain oleh kewaspadaan akan licinnya jalan. Bus berhenti di halte tujuan, Marcel pun turun. Melihat minimarket didekatnya, dia berinisiatif membeli kopi.

Sekarang Marcel telah berada di depan berbagai merek dan jenis kopi.

"Nah! Americano!"
Dia ambil satu kaleng kopi. Dan ketika berbalik, pandangannya menemukan sesuatu yang membuat keningnya mengerut. Lalu seketika matanya membelalak.

Ada seseorang berjaket coklat muda, bertopi hitam, baru saja pergi dari hadapan kasir minimarket ini. Seseorang yang seperti tak asing wajahnya.
Kaki Marcel melangkah cepat, membayar kopi nya. Dia keluar, namun orang itu baru saja telah pergi menaiki mobil sedan putih. Dia pun termangu disana.
"Apa aku tidak salah lihat?
Dia mirip..

Anita,"



Next.. 💜

[NEW] Rahasia MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang