𝟕. 𝐌𝐃 𝟐: 𝐒𝐭𝐫𝐚𝐧𝐠𝐞 𝐓𝐨𝐮𝐜𝐡

2.3K 145 20
                                    

I even forgot your touch because it's been so long since we met

Arisa berusaha keras untuk tetap fokus memotong sayuran di atas talenan, menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arisa berusaha keras untuk tetap fokus memotong sayuran di atas talenan, menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri. Setiap potongan sayuran diusahakannya sepresisi mungkin, namun pikirannya terus terganggu. Semakin ia mencoba memusatkan perhatian pada pekerjaannya, semakin terasa sentuhan halus di pahanya. Sentuhan itu begitu lembut, membelai kulitnya yang tertutup rok tipis, seakan-akan ada yang tak terlihat menyentuhnya.

Arisa menelan ludah, jantungnya mulai berdebar tak menentu. Ia menegakkan bahu dan memaksa dirinya untuk tetap fokus, namun belaiannya semakin nyata, merambat pelan namun pasti. Suara pisau yang menghantam talenan semakin berirama cepat, seolah menjadi pelarian dari rasa yang menggelitik dan menuntut perhatian.

"Aku harus tetap fokus," batinnya, berusaha mengalihkan pikirannya ke tugas di depan mata. Namun, godaan yang tak terlihat itu seperti enggan pergi, membuat tubuhnya gemetar halus.

Ia menghentikan pekerjaannya sejenak, menarik napas panjang dan mencoba menenangkan diri, tapi perasaan itu semakin kuat, seakan-akan ada yang mendekat padanya dalam keheningan dapur yang sunyi.

Arisa sesekali mengusap tengkuknya yang tiba-tiba merinding, bulu kuduknya berdiri tanpa sebab yang jelas. Ia menggigit bibirnya, berusaha keras untuk tetap tenang dan fokus pada pekerjaannya. Pisau di tangannya masih bergerak memotong sayuran, namun gerakannya kini lebih hati-hati, seakan-akan rasa tidak nyaman itu mempengaruhi tiap tarikan napasnya.

Arisa melirik ke arah Aveline yang duduk di kursi kayu, tampak asyik memainkan boneka Barbie-nya. Jemari mungil putrinya dengan lincah menggerakkan boneka, seolah-olah menciptakan dunia kecilnya sendiri. Tawa lembut Aveline sesekali terdengar, menciptakan kontras dengan perasaan aneh yang masih menyelimuti Arisa.

Kursi kayu itu berderit pelan saat Aveline bergerak, tapi bocah itu tampak tak peduli, matanya terfokus pada permainan yang sedang ia ciptakan. Arisa merasa sedikit tenang melihat putrinya begitu bahagia dan tak terganggu, namun bayang-bayang kegelisahan tetap melintas di sudut pikirannya.

Seketika, dia mengalihkan pandangannya kembali ke dapur, seolah-olah ada sesuatu yang mengintai dari sudut matanya. Tangannya kembali mengusap tengkuknya, mencoba menyingkirkan rasa merinding yang terus muncul. "Hanya perasaanku," bisiknya dalam hati, walau suara kecil di benaknya masih menyimpan keraguan.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, sambil sekali lagi melirik Aveline yang masih tenggelam dalam dunia kecilnya, tertawa tanpa peduli pada kegelisahan ibunya.

"Fokus, Arisa. Fokus," ia mengingatkan dirinya sendiri, namun rasa merinding itu terus datang, seakan ada sesuatu yang tak kasat mata tengah memperhatikannya.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang