Harap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam
Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...
Which is true, love because of affection or rudeness because of love?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dongeng adalah kisah nyata yang sering diabaikan oleh banyak cahya, meskipun setiap perjalanan selalu meninggalkan jejak yang nyata. Ada alasan tertentu yang menjadi pengait bagi semua itu, membuat alur semakin terjerat dalam benang kusut yang sulit diurai. Kini, segalanya tampak lebih rumit dari yang pernah dibayangkan. Kompleksitas yang ada tidak hanya menyulut kebingungan, tetapi juga perlahan-lahan memicu kehancuran yang tak terelakkan.
Dunia dongeng bukanlah sekadar mimpi atau fantasi, melainkan labirin penuh teka-teki, di mana setiap tikungan menyimpan rahasia yang ingin disembunyikan. Di dalamnya, ada kisah cinta yang berujung pilu, pengkhianatan yang meruntuhkan harapan, dan janji-janji yang dibisikkan dalam malam yang dingin. Namun, di balik segala keindahan dan magis yang tampak di permukaan, tersembunyi ancaman yang siap menerkam kapan saja, mengubah mimpi menjadi kengerian yang nyata.
Hanya mereka yang berani melangkah lebih jauh, yang mampu melihat apa yang sebenarnya terjadi di balik bayang-bayang dongeng tersebut. Tapi semakin dalam mereka menyelami, semakin besar pula risiko kehilangan arah, terjebak dalam lingkaran yang seolah tanpa akhir. Dan di saat segalanya mulai hancur berantakan, hanya sedikit yang benar-benar mengerti bahwa semua ini bukan sekadar cerita ... melainkan kenyataan yang terlalu kompleks untuk dipahami oleh pikiran biasa.
Dalam keheningan, Arisa duduk terpaku, matanya menerawang kosong. Tubuhnya masih terbalut selimut tebal, menyelimuti bekas-bekas pertemuan panas dengan Denial yang berlangsung kasar dan tanpa ampun. Udara di sekeliling terasa berat, seolah menekan batinnya yang kini penuh dengan kebingungan dan ketakutan.
Denial berdiri di dekatnya, tatapan matanya tajam namun tetap misterius. Dengan suara yang dingin namun tenang, ia mulai menjelaskan sesuatu yang membuat Arisa terperanjat. Setiap kata yang keluar dari bibirnya membongkar kenyataan pahit—bahwa Izzaz, sosok yang selama ini ia kenal sebagai pria lembut dan penyayang, ternyata hanyalah ilusi. Semua kenangan indah mereka, pertemuan pertama saat hujan deras mengguyur sekolah, perhatian kecilnya yang dulu membuat hati Arisa bergetar, hingga hadiah sepeda yang pernah membuatnya tersenyum bahagia, kini hanya terasa seperti bayangan palsu. Seakan, semuanya sudah diatur dengan begitu rapi untuk menutupi kebenaran yang sebenarnya.
Arisa teringat bagaimana Izzaz tak masalah ketika hubungan mereka dirahasiakan, seolah memang itulah yang diinginkannya. Dan kini, setiap momen yang dulu tampak manis mulai terasa getir, seperti racun yang perlahan-lahan mengalir ke dalam pikirannya. Bagaimana bisa ia tidak melihat semua kepalsuan itu?
Di antara aliran kata-kata Denial, muncul sosok lain yang mengejutkan hati Arisa—Ganresha. Malaikat yang sebelumnya ia pikir tidak lebih dari bayangan samar ternyata selama ini selalu mengawasi, melindunginya dalam diam di masa-masa terberat, ketika Denial memilih untuk meninggalkannya. Pikiran Arisa bercampur aduk, terombang-ambing antara kenyataan yang baru saja ia ketahui dan kebohongan yang selama ini ia percayai.
