Harap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam
Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepasang mata hazel Arisa terus menatap langit Skyhaven, yang memutar dengan perlahan, memancarkan kemagisan yang tak terbantahkan. Bintang-bintang berkelap-kelip di langit yang luas, membentuk sulur-sulur cahaya yang berputar dan mengagumkan, seolah menyanyikan sebuah lagu rahasia hanya untuk mereka yang menyadari keindahannya.
Salah satu jemari Arisa terangkat, bergerak perlahan mengikuti tarian langit, jemarinya menari-nari di udara malam yang sejuk, seiring dengan arus ombak yang sesekali menggelitik kakinya, memberikan sensasi dingin yang menyegarkan. Senyuman kecil pun tercurah pada bibirnya, sebuah ekspresi ketenangan yang langka di tengah kegelisahan yang selalu ada dalam dirinya.
Keheningan melingkupi mereka dalam kesunyian yang menyentuh. Arisa terbuai dalam momen itu, menikmati kedamaian yang datang bersama deburan ombak dan keindahan alam yang menenangkan. Namun, akhirnya, pandangannya beralih. Ia menoleh ke samping, melihat Denial yang duduk di dekatnya. Aveline tertidur nyenyak di pelukan pria itu, wajah kecilnya terlihat damai.
Denial, dengan tubuh tegapnya, mendongak sedikit untuk menikmati deburan angin malam yang berhembus lembut. Rahang tegasnya, yang tampak semakin tajam dalam cahaya bulan yang redup, serta wajah tampannya yang tampak lebih tenang daripada biasanya, memancarkan keteguhan yang sulit dipahami.
Matanya terpejam rapat, menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya, sementara Arisa memperhatikannya dalam diam. Ada sesuatu dalam dirinya yang merasa terikat dengan pria itu, meski tidak ada kata-kata yang keluar dari bibirnya. Denial tampak begitu larut dalam momen itu, seperti sejenak melupakan segala beban yang biasanya membebani dirinya.
Di bawah langit Skyhaven yang penuh misteri, mereka berdua, terhubung dalam keheningan yang mendalam, masing-masing tenggelam dalam dunia yang hanya mereka berdua yang bisa memahaminya.
"Jika aku terlahir kembali, Denial ... Apakah seluruh ingatanku tentangmu akan memudar?" tanya Arisa, suaranya lembut namun penuh beban, memecah keheningan yang telah lama melingkupi mereka. Pertanyaan itu menggantung di udara, menunggu jawaban yang mungkin sulit untuk diterima. Denial yang semula terpejam, membuka matanya perlahan. Ia menurunkan wajahnya segera menatap Arisa dengan pancaran tajamnya yang menyoroti, sejenak keheningan segera melingkupi.
Denial menatap Arisa dengan tatapan yang sulit dibaca, seolah mencari jawaban dalam dirinya sendiri sebelum akhirnya ia menjawab dengan suara yang rendah dan dalam, "Ya ... Jika kau terlahir kembali, kau tidak akan memiliki ingatan apapun tentangku. Hanya ... ikatan kita masih akan bersatu, dan semuanya harus dimulai dari awal. Hubungan kita, kedekatan kita ... Semua akan terulang lagi."
Arisa terdiam, perasaan yang bercampur aduk mengalir di dalam dirinya. Kata-kata Denial seakan menyentuh bagian dalam hatinya yang tersembunyi, yang tak pernah ia ungkapkan. Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang terasa begitu berat, seolah-olah Arisa sedang mempertimbangkan setiap kata yang baru saja diucapkan.