𝟐𝟕. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐓𝐡𝐚𝐭 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭

1.6K 130 53
                                    

When everything you pour out is for me

Malam itu, langit tampak pekat tanpa bulan, seolah-olah kegelapan ingin menyelimuti segala yang terjadi di bawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, langit tampak pekat tanpa bulan, seolah-olah kegelapan ingin menyelimuti segala yang terjadi di bawahnya. Udara malam yang dingin menusuk tulang, disertai dengan embusan angin yang membawa aroma tanah basah setelah hujan. Di sepanjang jalan raya yang sepi, lampu jalan yang seharusnya menerangi kini hanya memancarkan cahaya redup, membuat bayangan-bayangan di sekitar semakin memanjang dan berputar dengan gerakan cahaya rotator yang berputar tanpa henti. Warna biru dan merah dari lampu rotator mobil polisi memantul di permukaan aspal, memberikan kesan suram dan mengerikan.

Di tengah kehampaan jalan itu, Arisa berdiri mematung, tangannya memeluk erat tubuh mungil Aveline yang terlelap di dadanya. Jantungnya berdebar keras, seakan ingin melompat keluar, mencoba menahan ketakutan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Setiap kali ia mendengar suara pekikan kesakitan, tubuhnya mengejang, dan tangan kecil Aveline yang hangat di pelukannya adalah satu-satunya penghibur yang membuatnya tetap kuat berdiri.

Denial berdiri tak jauh dari sana, wajahnya setenang batu, tetapi matanya memancarkan kebencian yang mencekam. Suara keras dari tubuh petugas yang terempas ke tanah, suara seretan sepatu mereka, dan geraman pelan Denial yang nyaris terdengar seperti bisikan kematian, semuanya bercampur menjadi satu dalam harmoni kekejaman yang membuat malam itu terasa lebih panjang. Pria itu tidak bergegas; setiap gerakannya terukur, seolah menikmati setiap detik yang berlalu. Ia menghampiri petugas yang berani melecehkan Arisa sebelumnya, menatapnya dengan mata tajam yang membuat siapa pun yang menatapnya merasa tercekik oleh rasa takut.

Cahaya rotator menyinari wajah-wajah pucat para petugas yang meringkuk di tanah, tangan mereka terangkat, gemetar, mencoba melindungi diri dari serangan yang tidak kunjung berhenti. Denial menghampiri mereka satu per satu, memaksa mereka merasakan setiap pukulan, tendangan, dan tekanan dingin yang berasal dari kekuatan yang tak bisa mereka lawan. Terlepas dari amarah yang meledak-ledak di dalam dirinya, Denial tidak sampai menghabisi nyawa mereka. Setiap jeritan yang terputus dan suara kesakitan yang tertahan menjadi saksi kejam atas kemarahan pria itu, namun ia tetap tidak melangkah melewati batas, seolah menyimpan rasa puas tersendiri dalam melihat mereka menderita tanpa benar-benar membiarkan mereka mati.

Arisa mengalihkan pandangannya, berusaha menutup telinga dari suara-suara menyayat yang memenuhi malam. Namun, suara itu tetap terdengar, seperti bayangan yang terus mengikutinya, tidak membiarkannya lari dari kenyataan mengerikan yang terjadi di hadapannya. Hatinya diliputi ketakutan dan kekalutan, bergelut antara rasa takut yang begitu besar kepada Denial, dan rasa syukur karena pria itu, bagaimanapun caranya, melindunginya dari mereka yang telah menyakitinya. Aveline yang berada di pelukannya bergerak sedikit, seakan merasakan kegelisahan ibunya, namun tetap terlelap dalam kehangatan yang menenangkan, tak menyadari kekacauan yang terjadi di sekitarnya.

Jalanan yang hening menjadi saksi bisu, hanya terdengar gemerisik halus angin yang berbisik di antara dedaunan, dan sesekali, raungan kesakitan yang tak tertahankan. Cahaya lampu rotator terus berputar, menambah kesan suram dan dingin pada malam yang seolah tak berujung, menyembunyikan setiap kejahatan dalam bayang-bayang gelap yang melintasi jalan itu.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang