Say it all simply, he the angel is back
Segala hal seakan-akan mencapai purna dalam keterkaitan yang tak pernah menjamin, menyebarkan aroma kesedihan yang seringkali menghampiri, seolah terukir di setiap sudut kehidupan. Ufuk di kejauhan tampak memudar, mengiringi setiap detak waktu yang merayap perlahan, seakan-akan menuntun ke dalam pusaran takdir yang tak pasti. Dalam destinasinya yang kabur, perasaan jiwa yang terbelit dalam kalut itu berdesir, menunggu saatnya tiba. Keheningan menjadi saksi atas jiwa-jiwa yang terombang-ambing di antara harapan dan keputusasaan, seperti kapal yang terdampar di lautan gelap tanpa arah.
Di tengah ketenangan yang menyelimuti, Aella, peri cantik berambut berkilau, mengalir seperti emas cair, tampak sibuk dengan rutinitasnya. Ia merawat bunga-bunga indah di ladang rumput hijau yang luas, ditemani oleh beberapa peri lain yang juga asyik dalam tugas mereka. Tangan-tangan kecil Aella dengan lembut menyentuh kelopak bunga, seakan membisikkan keajaiban melalui sentuhan halusnya. Setiap gerakan disertai oleh kilauan cahaya lembut, sihir yang memancarkan kehangatan dan kehidupan di sekelilingnya.
Hari itu adalah hari yang cerah di Skyhaven, dunia di mana langit biru bercampur dengan awan-awan putih yang melayang tenang. Sinar matahari menyapa lembut, membuat sayap transparan Aella berkilau seperti kristal. Para peri menikmati kebersamaan ini, saling tersenyum dalam keheningan yang menenangkan. Bagi mereka, merawat bunga bukan sekadar tugas, melainkan sebuah cara untuk menyalurkan cinta dan keajaiban, sesuatu yang tak pernah bisa ditemukan di dunia manusia yang serba terburu-buru. Di Skyhaven, setiap hari adalah perayaan dari harmoni, dan keindahan yang abadi.
Aella tahu bahwa Denial akhirnya memutuskan untuk kembali kepada Arisa, sebuah keputusan yang juga merupakan saran terlamanya yang akhirnya dipenuhi. Selama ini, ia bosan melihat rutinitas Denial yang hanya diam mengawasi dari kejauhan, berbaring malas di bebatuan, atau berlatih pedang di dalam gua yang dingin dan sunyi.
Langit Skyhaven, yang biasanya cerah, sering kali terlihat mengeluarkan sulur-sulur merah membentang di langit, seperti pembuluh darah yang berdenyut dengan darah kehidupan yang mengerikan. Diselingi oleh kilatan biru elektrik yang tidak menentu, mencerminkan ketidaksabaran Denial yang jelas terbaca dalam setiap tindakannya. Seperti yang sudah diduga oleh Aella, Denial memang tidak pernah sabar dalam hal apapun—terutama soal hasratnya untuk membuat anak. Astaga, Aella hanya bisa menggelengkan kepala, tak habis pikir melihat Denial yang selalu terburu-buru dalam hal itu, seolah-olah waktu bukan lagi sesuatu yang berarti baginya.
Namun, di balik semua itu, pagi itu tetap menjadi momen menyenangkan bagi Aella. Melihat Denial, sang iblis, kembali pada tugasnya untuk bersama Arisa membawa secercah kelegaan yang sudah lama ia nanti. Saat kesibukan pagi hari itu, Aella sibuk merawat bunga-bunga di ladang, tangannya lembut menyentuh kelopak yang basah oleh embun. Namun, suasana damai itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba, beberapa peri lain yang sedang terbang di sekitarnya seolah-olah tersentak ketakutan, dengan cepat menjauh dan terbang ke arah hutan. Aella mengerutkan kening, matanya mengikuti arah terbang mereka, merasakan kehadiran sesuatu yang tak biasa—sesuatu yang mengusik dan menebarkan rasa takut di udara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)
FantasyHarap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...