𝟏𝟕. MD 2 :𝐒𝐦𝐚𝐥𝐥 𝐀𝐭𝐭𝐞𝐧𝐭𝐢𝐨𝐧

3.3K 179 1
                                        

There are many things about you that warm me

Bagaikan buaian yang ditelan oleh cahaya bulan, membawa harapan yang tersembunyi dalam gemerlap malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaikan buaian yang ditelan oleh cahaya bulan, membawa harapan yang tersembunyi dalam gemerlap malam. Setiap kilau sinarnya seolah-olah membingungkan dan memusingkan, seakan-akan ada kekuatan tak terlihat yang menarik perhatian, memusatkan semua indra. Dalam setiap gelombang yang beriak, tersembunyi misteri yang tak mudah dipahami begitu saja. Seperti arus yang terus bergerak, ia menawarkan intensitas tersendiri, menghamparkan perasaan seolah berada di tengah-tengah kekacauan yang teratur, namun penuh makna. Setiap desah angin yang lewat, seakan menyampaikan rahasia yang enggan diungkap, menyelimuti segala yang ada dengan selubung ketidakpastian.

Ada rasa aneh yang menggelikan saat Arisa mendengar suara pria di sampingnya. Sorot mata merah elang Denial yang melembut menatapnya, mengutarakan kata maaf yang selama ini tidak pernah ia dengar. Mungkin Denial sudah lupa, tetapi ungkapan itu cukup untuk membuat Arisa terkekeh kecil. Sorot mata hazelnya tetap terfokus pada wajah Denial, mencerminkan kebingungan dan keinginan untuk memahami.

"Aneh mendengar kau meminta maaf," ujar Arisa, suaranya dipenuhi nada keheranan. "Kau tahu, dengan nada hangatmu ini, bukan terdengar kasar atau terpaksa. Itu benar-benar aneh."

Kata-kata tersebut meluncur lembut, seperti embun pagi yang menyejukkan suasana. Dia tak bisa menahan rasa ingin tahunya yang tumbuh, merasakannya berbaur dengan tawa yang tak terduga. Momen ini, yang diwarnai dengan kebisingan di sekitarnya, menjadi seakan-akan hanya milik mereka berdua, terkurung dalam ketegangan yang perlahan mencair.

Denial mengangkat sebelah alisnya, menatap Arisa dengan ekspresi penuh keheranan. "Jadi, kau tidak suka mendengar permintaan maafku untuk Aveline?"

Arisa menggelengkan kepalanya, berusaha menjelaskan. "Tidak, tidak, bukan begitu. Itu hanya sedikit aneh," katanya, suaranya mengalun lembut. Ucapan tersebut membuat Denial terkekeh kecil, terdengar hangat di antara mereka.

Pria itu kemudian membaringkan tubuhnya di atas karpet, membiarkan pandangannya tertuju pada Aveline, yang masih asyik bermain dengan mainan di sekitarnya. Sesekali, jemari kekarnya mengusap lembut kepala gadis kecil itu, menciptakan momen keintiman yang terasa hangat dan menenangkan. Aveline tertawa ceria, tidak menyadari betapa ayahnya memperhatikannya dengan penuh kasih sayang.

"Aku akan kasar kepadamu, tetapi untuk Aveline, aku merasa harus benar-benar menjadi seperti ayah," ujar Denial dengan nada serius, namun ada senyum lembut yang mengembang di wajahnya. Ada ketulusan dalam suara itu, seolah-olah ia mengisyaratkan tanggung jawab yang baru ia sadari. Dalam momen itu, Arisa dapat merasakan perubahan dalam diri Denial, seolah-olah ia tengah berjuang antara sisi keras dan lembut dalam dirinya demi untuk sang anak.

"Tidak masalah, mungkin," ujar Arisa, matanya terus menatap interaksi Denial dan Aveline yang sangat dekat. Pemandangan itu berbanding terbalik dengan kehidupannya saat masih bersuami Izzaz, yang kini telah menjadi mantan suaminya. Izzaz tak pernah memberikan perhatian hangat pada Aveline, seakan terjebak dalam rutinitasnya sendiri. Dia tidak pernah menyempatkan diri untuk bermain atau sekadar memperhatikan putri mereka. Melihat kedekatan Denial dan Aveline, Arisa mendengus kecil, merasakan kekosongan yang mengganggu.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang