One time doing is not your specialty
Arisa tak mampu menyembunyikan kebingungannya atas apa yang baru saja diucapkan pria di hadapannya. Sosok itu, tubuhnya masih berkilau basah oleh air yang membawa aroma sabun segar, menatapnya dengan sorot mata merah menyala. Tidak ada empati dalam tatapannya, hanya kehampaan yang membuat Arisa merasa semakin terasing. Apa yang pria itu katakan tentang Ganresha—bahwa dia adalah Izzaz yang dikenalnya—benar-benar di luar nalar. Bagaimana mungkin dua sosok itu adalah satu dan sama?"Apa kau masih tak mengerti?" Pria itu mengulangi pertanyaannya dengan suara yang datar, hampir penuh ejekan.
Arisa hanya bisa menggeleng, kaku dan tak berdaya. Kepalanya penuh oleh pikiran yang berlarian tanpa arah.
"Jadi, Ganresha tak memberitahumu ya, sebelum dia pergi?" Pria itu menghela napas panjang, disusul dengan tawa sinis yang menghancurkan kesunyian kamar mandi. "Astaga, sungguh bejatnya."
Dengan gerakan santai, dia mematikan shower, membiarkan air yang tersisa mengalir perlahan ke lubang drainase. Rambutnya kini bersih dari busa shampo. Namun, yang paling mengusik Arisa bukanlah tindakan sederhana itu—melainkan kenyataan bahwa pria ini tampak menikmati kekacauan yang tengah ia alami.
Langkahnya perlahan menuju Arisa, tetapi setiap gerakannya terasa mengintimidasi saat ia mendekat ke arah Arisa, yang masih terduduk di bathtub. Mata mereka bertemu, dan Arisa, yang semula berharap jawaban, kini merasa seperti seekor rusa yang terperangkap di hadapan pemburu. Sesuatu dalam dirinya meronta, meminta untuk menjauh, tapi tubuhnya tak sanggup bergerak.
Denial berdiri di hadapannya, masih menyeringai. Wajahnya dingin, tapi matanya penuh dengan kepuasan sadis.
"Kau pasti ingin tahu lebih banyak, bukan?" tanyanya, suaranya rendah dan menggetarkan. Tapi Arisa hanya diam, terlalu terguncang untuk berbicara.
"Tentu saja!" seru Arisa, suaranya terdengar mendesak. Bagaimana mungkin ia tidak ingin tahu lebih banyak? Terlalu banyak hal yang terjadi dalam hidupnya tanpa penjelasan. Setiap kali ia mencoba merangkai kepingan-kepingan peristiwa, semuanya malah semakin tak masuk akal.
Denial hanya terkekeh pelan, tapi tawa itu terdengar muram dan dingin. Seolah dia menikmati kebingungan dan keputusasaan Arisa.
"Kau selalu begitu lucu saat kebingungan," gumamnya, nyaris seperti berbicara pada diri sendiri. Matanya yang tajam menatap Arisa dengan cara yang membuat jantungnya berdebar tak nyaman.
"Tapi sebelum kita masuk ke penjelasan panjang itu," lanjutnya, suaranya berubah menjadi lebih dalam dan berbahaya, "mari kita selesaikan dulu apa yang belum selesai."
Arisa menegang, nalurinya langsung merasa terancam. Ya ampun dia lupa satu hal, bahwa pria itu tidak cukup untuk satu kali saja dan dia benar-benar tahu apa maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)
FantasyHarap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...