𝟐𝟐. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐂𝐨𝐧𝐝𝐢𝐭𝐢𝐨𝐧

1.1K 83 37
                                    

When circumstances play tricks on you

Akankah pada akhirnya segala kerumitan ini terselesaikan hanya dengan memberi pengabdian, seperti dahan-dahan rapuh yang berusaha menahan terjangan angin di tengah badai? Dalam kesunyian pualam yang menyedihkan, semuanya terasa seolah-olah kepakan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akankah pada akhirnya segala kerumitan ini terselesaikan hanya dengan memberi pengabdian, seperti dahan-dahan rapuh yang berusaha menahan terjangan angin di tengah badai? Dalam kesunyian pualam yang menyedihkan, semuanya terasa seolah-olah kepakan sayap lemah sedang berusaha menerbangkan harapan, namun yang tercipta hanyalah bayang-bayang keraguan yang membengiskan kepercayaan. Setiap sejarah yang terukir di sana seakan membuai dalam ketajaman yang membingungkan, seperti bilah pedang yang berkilat di tengah kegelapan, membuat hati gelisah dan tak pasti.

Ini semua bagaikan permainan tanpa ujung, sebuah labirin perasaan yang terus-menerus menggulung, tanpa jalan keluar yang jelas. Sang asa, harapan yang sempat melambung tinggi, kini melambai-lambai dalam setiap kalimat yang tak tersampaikan, terombang-ambing di antara keraguan dan kesedihan yang tak kunjung reda.

Di dalam ruangan yang terasa hening namun penuh dengan perubahan tak terduga, Arisa berbaring, memandang dalam pada sosok kecil yang berada di pelukannya. Aveline tertidur dengan damai, hembusan napasnya teratur dan lembut, wajah mungilnya tampak tenang, seolah tak terpengaruh oleh kekacauan dunia di sekitarnya. Jemari Arisa dengan lembut mengusap rambut putrinya, mengikuti irama napasnya, seakan berharap bisa memberikan ketenangan yang sama pada dirinya sendiri.

Namun, di dalam hatinya, Arisa merasa terjerat dalam simpul perasaan yang membingungkan. Segala hal kini terasa lebih rumit daripada sebelumnya, seolah masalah-masalah yang selama ini mengintai di balik bayangan akhirnya menyeruak ke permukaan, mendesak dan memusingkan. Ketika tadi berhadapan dengan Denial, ia merasa begitu rapuh, seperti mangsa yang patuh menunggu tindakan pemangsanya. Pria itu memiliki kekuatan yang tak terlihat, yang bisa membuatnya merasa kecil dan tak berdaya.

Namun, entah mengapa, setelah mendengar penjelasan singkat dari Denial tentang alasan ia tiba-tiba terbangun di rumah sakit dan semua yang berubah setelahnya, ada sesuatu yang bergolak dalam diri Arisa. Perasaan takut yang selama ini menguasainya perlahan-lahan tergantikan oleh keberanian yang tak pernah ia sadari ada. Ia mulai merasa bahwa selama ini ia telah terjebak dalam ketidakpastian, namun kini, ada tekad baru yang tumbuh, mendorongnya untuk berani menghadapi Denial. Bukan lagi sebagai seseorang yang lemah, tetapi sebagai seseorang yang siap menantang apa pun yang datang, demi Aveline yang kini tertidur dalam pelukannya.

Waktu perlahan beralih, menyerahkan tempatnya kepada malam yang mulai menyelimuti dunia, setelah senja perlahan menghilang di ufuk barat. Sore telah berlalu, meninggalkan jejak lembayung yang membentang di langit, seakan melukis warna-warna hangat di kanvas bentala yang megah. Langit berpendar dalam nuansa jingga dan ungu, menciptakan panorama yang indah namun penuh dengan kesan kerumitan yang tersembunyi.

Di bawah langit yang mulai gelap itu, suasana terasa melankolis, seolah setiap hembusan angin sore mengayunkan perasaan yang semakin kusut. Semua hal tampak lebih membingungkan, lebih sulit dipahami, seperti beban tak kasatmata yang menekan dan menghimpit. Sementara malam perlahan mengambil alih, suasana menjadi semakin kelam, membawa serta misteri yang menyelip di antara cahaya terakhir yang perlahan menghilang di cakrawala.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang