Don't ask about my condition after leaving the hospital, it was very bad.
Angin menyapu pelan setiap helai harapan, menggambarkan situasi yang penuh kebingungan, seolah-olah waktu memperburuk segalanya. Keadaan kian menyedihkan, dan pada akhirnya semua tampak seperti kebohongan belaka. Di sudut ruangan perpustakaan yang sunyi, sebuah rak buku kayu berwarna cokelat tua berdiri kokoh, menambah nuansa klasik di sekitarnya. Buku-buku tertata rapi di rak tengah, dipilah oleh seorang gadis berseragam sekolah menengah. Kacamata culun menghiasi mata hazelnya, rambut sebahunya terurai rapi. Dia sendirian di sana, menikmati kesunyian di jam pelajaran.Arisa, itulah namanya. Ada alasan mengapa dia memilih menghindari kelas hari ini. Bukan karena ingin membolos atau menjadi anak nakal, tapi karena ingin menghindari tatapan dan bisikan penuh cemooh dari teman-teman yang membicarakan “kegilaannya”. Dua hari yang lalu, dia baru saja keluar dari rumah sakit, dan dunia di sekelilingnya terasa berubah drastis. Nafasnya terhembus kasar, seakan-akan kemarahan dan kegelisahan mengalir bersama udara yang dia hirup.
Segalanya terjadi terlalu cepat. Perubahan yang datang bertubi-tubi membuatnya sulit memahami semuanya sekaligus. Dan yang paling menyesakkan? Sulit baginya menerima kenyataan bahwa semua yang terjadi selama ini hanyalah mimpi—sekadar bunga tidur. Hubungannya dengan Denial, setiap peristiwa yang ia rasakan seolah nyata, kini harus ia telan sebagai kenyataan yang terburai menjadi serpihan kebohongan.
Oh sebutkan kegilaan paling nyata! Bagaimana mungkin dia masih hamil, jika semua itu hanyalah mimpi? Denial, pria yang selama ini menemaninya, menghilang begitu saja, meninggalkannya dalam keadaan seperti ini. Masih terngiang jelas dalam benaknya, saat Denial menatapnya terakhir kali. Bagaimana mungkin dia pergi begitu saja tanpa penjelasan?
Segala kegilaan itu membuat dadanya terasa sesak. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? Atau apakah ini hanya permulaan dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang belum bisa dia pahami? Arisa memejamkan mata, mencoba meredam emosi yang meluap, namun bayangan Denial terus menghantuinya—membuat hatinya terombang-ambing antara amarah dan ketidakpercayaan.
Dalam keheningan perpustakaan, Arisa bertanya pada dirinya sendiri: Apakah dia bisa bertahan menghadapi semua ini?
Arisa segera membuka matanya, lalu membetulkan posisi kacamatanya yang sedikit miring. Alasan mengapa min-nya bisa kembali belum jelas. Dia tahu ini bukan mimpi. Pasti ada intrik di balik semua ini, dan pria itu—Denial—pasti berperan besar. Namun, jika benar demikian, mengapa dia harus ditinggalkan dalam keadaan hamil? Apakah Denial sebenarnya tidak ingin benar-benar pergi? Pikiran itu berputar-putar di kepalanya, hingga ia akhirnya merasa kesal. Apapun alasannya, Denial tetap seorang KEPARAT!
Tiba-tiba, suara yang familiar membuyarkan lamunannya.
"Melamun saja," ucap seseorang, memecah kesunyian dengan nada lembut. Arisa gelagapan mencari sumber suara itu, dan saat matanya menemukan sosok tersebut, ia terkejut. Lelaki itu sudah berdiri di sampingnya, tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)
FantasyHarap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...