𝟗. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐠𝐞

2.4K 152 10
                                    

Your rudeness is a form of your game, too bad I don't understand.

Sepasang mata merah menyala milik Denial tak berkedip, menatap tajam tanpa ekspresi pada sosok Arisa yang tergeletak di bawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang mata merah menyala milik Denial tak berkedip, menatap tajam tanpa ekspresi pada sosok Arisa yang tergeletak di bawahnya. Tubuhnya ambruk, terkulai lemas, kedua tangan bergetar memegangi lehernya yang terasa nyeri seiring dengan isak tangis memilukannya. Setiap hembusan napasnya penuh penderitaan, namun Denial hanya menatapnya dengan dingin, seolah menikmati pemandangan itu. Seutas senyum miring terlukis di wajahnya, menambah kesan menakutkan yang terpancar dari pria itu.

Dengan gerakan lambat namun penuh keyakinan, Denial mengangkat pedangnya, ujung logamnya berkilauan di bawah cahaya yang redup. Lalu, dengan satu hentakan tajam, ia menancapkan pedang itu ke tanah, tepat di hadapan Arisa—hanya berjarak satu inci dari wajah pucatnya. Arisa tersentak, terkejut tak berdaya. Matanya membesar, ketakutan menjalari setiap sudut tubuhnya.

Perlahan, dengan air mata yang terus bercucuran, ia mengangkat kepalanya. Tubuhnya gemetar, napasnya sesak, dan hatinya dipenuhi kecemasan. Yang dilihatnya bukanlah Denial yang ia kenal empat tahun lalu—bukan pria yang ia kenal. Sosok di hadapannya kini begitu dingin, jauh lebih kelam, lebih mengerikan dari yang pernah ia bayangkan. Hatinya semakin tenggelam dalam ketakutan yang mendalam, seperti ditelan kegelapan yang membungkus pria itu.

“Denial …” lirih Arisa, suaranya nyaris tak terdengar, penuh dengan ketakutan dan keraguan. Sorot matanya bergetar, dipenuhi kebingungan dan rasa sakit, sementara dadanya terasa begitu sesak.

Namun Denial tak memberikan jawaban. Diam membisu, ia hanya menatap tajam ke arah Arisa, tanpa belas kasihan, tanpa emosi. Matanya menjelajahi setiap sudut wajah wanita itu, mengamati detail-detail halus. Kini, di balik rasa dingin itu, ia mulai melihat sesuatu yang berbeda—wajah Arisa tampak lebih cantik dari yang ia temui terakhir kali, lekuk tubuhnya lebih menggoda. Senyum sinisnya perlahan menghilang, digantikan oleh tatapan penuh hasrat yang mulai muncul dari benak gelapnya. Denial menghisap bibirnya perlahan, seolah membiarkan pikiran-pikiran liar menjelajah, meresap ke dalam imajinasinya yang kelam.

Di hadapannya, Arisa hanya bisa terdiam, terperangkap dalam rasa takut yang kian mencengkeram jiwanya.

Tanpa sepatah apapun jemari kekar Denial kemudian terulur mengkode sebuah bantuan untuk pegangannya berdiri, Arisa menatap tangan yang terulur itu dengan air matanya yang masih mengalir. Dengan ragu, ia meraih uluran tangan Denial dan mulai berdiri. Saat ia berdiri gua di sekitarnya berubah, menjadi kamar tidurnya.

Tangis Aveline kemudian segera terdengar sontak menyadarkan Arisa, wanita itu dengan cepat memutar tubuhnya menatap Aveline yang duduk sendirian di kursi kayu, di dapur dengan menangis. Hatinya tersayat dan qsontak berlari menuju Aveline, menggendong putri kecilnya tersebut dan menenangkannya.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang