𝟒𝟖. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐀 𝐒𝐨𝐫𝐫𝐨𝐰

1.6K 109 7
                                        

A deep sadness that struck within the devil

Sinar rembulan tampak menyongsongkan kehadirannya, menyinari kelamnya malam yang dingin dan sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar rembulan tampak menyongsongkan kehadirannya, menyinari kelamnya malam yang dingin dan sunyi. Cahaya keperakan itu seolah merayap perlahan, menguak setiap sudut gelap yang tertutup rapat, sementara bayang-bayang yang tercipta dari sinarnya tampak bergetar lembut. Dalam kebisuannya, ia seakan membawa kisah tak terucap yang tersimpan di balik langit, memantul samar di permukaan dedaunan yang terdiam kaku.

Setiap sinar yang turun dari angkasa bagaikan membisikkan makna-makna rahasia pada bumi yang terhampar, menyentuh dengan hati-hati, seakan takut membangunkan hening yang terjaga. Bayang-bayang itu membaur dengan kehampaan yang abadi, menyelubungi malam dalam keheningan yang mendalam, hingga hanya suara angin lirih yang menjadi saksi bisu.

Dalam setiap kilau rembulan yang jatuh pada tanah, terkandung pesan-pesan pilu yang enggan terungkapkan. Cahaya itu menyentuh tanah dengan sentuhan sejuk, membawa gelombang kesedihan yang samar namun terasa, mengalir dari langit hingga ke kedalaman hati. Setiap gerak cahaya membentuk ukiran makna yang dalam; dalam keteduhan sinarnya, seolah seluruh luka dan kepedihan dihidupkan kembali, mengisi setiap sudut malam dengan kekosongan yang menyesakkan, namun indah dalam kesendiriannya.

"Pada saat itu, ketika aku terbangun, pandanganku tertuju pada Aella yang menatapku dengan kesedihan mendalam. Di sampingnya, Aleta terisak dalam diam, memeluk tubuh Ganresha yang terbaring kaku dalam sinar gua yang redup," ucap Denial dengan suara yang rendah dan penuh rasa kehilangan. Tangannya perlahan mengusap lembut surai rambut Aveline, yang tampak nyaman bersandar di dadanya, seolah tak terganggu oleh kisah pilu yang diungkapkan ayahnya.

Dalam keheningan malam yang seakan ikut berduka, Denial menatap kosong ke arah putrinya, menyelam dalam kenangan yang menyakitkan. Sorot matanya seolah tertahan di tempat lain—di sebuah masa yang menyisakan kepedihan, dan meski Aveline kecil terlelap tenang di pelukannya, ia seolah merasakan beban berat yang mengintai di balik setiap kata ayahnya.

Arisa terus menatap Denial, mendengarkan setiap kata yang mengalir dari bibirnya dengan seksama, menyimak penjelasan penuh kepedihan tentang apa yang terjadi di Skyhaven. Sorot matanya menyiratkan kekhawatiran dan kesedihan yang terpendam, sementara jari-jarinya tanpa sadar menggenggam kuat tepi bajunya. Ia menggigit bibir bawahnya, merasakan sesak yang menghimpit dadanya, namun juga ada rasa syukur yang perlahan tumbuh, meski tertahan di hatinya.

"Aku hanya ... tidak bisa membayangkan," ucapnya dengan suara lirih yang nyaris bergetar. "Bagaimana jika kau tak kembali ... jika Ganresha membiarkanmu mati di sana …" Suaranya melemah, hampir tenggelam dalam emosi yang bergejolak, sementara tatapannya tetap tertuju pada Denial. Ia membayangkan betapa rapuhnya dirinya tanpa kehadiran pria itu di sisinya.

Denial sontak menatap Arisa, sorot matanya yang merah menyala biasanya penuh ketajaman dan ketegasan, namun kali ini hanya menyiratkan kelemahan, sisi yang tak pernah dilihat Arisa sebelumnya. Sisi rapuh itu membuat pria yang biasanya tak tergoyahkan tampak berbeda, seakan beban yang tersembunyi selama ini akhirnya muncul di permukaan.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang