𝟏𝟏. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐒𝐥𝐨𝐰 (𝟐𝟏+)

4.1K 149 30
                                    

Your desire to move slowly, is surprising

"Apa kau datang hanya untuk meminta ini?" Arisa menatap tajam ke arah Denial, yang berdiri di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa kau datang hanya untuk meminta ini?" Arisa menatap tajam ke arah Denial, yang berdiri di hadapannya. Wajahnya tegas, namun sorot matanya penuh rasa penasaran.

Denial hanya tersenyum sinis, menyisir rambut hitamnya ke belakang dengan satu tangan yang kokoh. Gerakannya pelan, namun penuh kepercayaan diri. Satu per satu, kancing bajunya terlepas, memperlihatkan tubuhnya yang kini jauh lebih kekar dan berotot dari empat tahun yang lalu. Kulitnya bersinar di bawah cahaya lampu yang redup, memperlihatkan setiap lekuk ototnya yang sempurna, seolah tubuhnya telah ditempa oleh waktu dan latihan tanpa henti. Wajahnya, meski tampan, kini lebih keras, seperti pahatan batu yang tak bisa dihancurkan.

"Kau bisa menebaknya sendiri, Arisa," ujar Denial dengan nada serak dan penuh kesombongan, matanya menyipit seolah menikmati situasi. "Lagipula, kau tak marah, kan?" Tambahan sinisme dalam suaranya membuat kata-kata itu terdengar lebih dingin, hampir seperti tantangan.

Arisa menghela napas dalam-dalam, berusaha keras menahan gejolak emosi yang semakin menguasai dadanya. Tubuhnya terasa tegang, namun wajahnya tetap datar, meski pikirannya sedang berputar liar. Mata hazelnya menatap tajam ke arah Denial, mencoba menemukan jawaban atas apa yang sebenarnya dia inginkan.

"Bagaimana jika Aveline terbangun?" tanyanya dengan nada yang sedikit bergetar, namun tetap tegas. Pikiran tentang putrinya mengambang di kepalanya, membuatnya ragu akan konsekuensi dari tindakan yang mungkin terjadi.

Denial hanya terkekeh, tawa kecilnya terdengar dingin namun menggoda, seolah-olah dia sama sekali tak terpengaruh oleh kekhawatiran Arisa. "Aku akan pelan," jawabnya dengan nada yang begitu santai, seolah ucapan itu tak berarti apa-apa.

Arisa mendengus, menatapnya dengan mata tajam yang penuh peringatan. "Bohong, kau tak pernah pelan," balasnya, suaranya sedikit berbisik, seperti mencoba menyembunyikan rasa gugup yang mulai merayapi dirinya.

Denial mengangkat sebelah alisnya, menatapnya dengan penuh perhatian, bibirnya melengkung dalam senyuman yang licik. "Oh ya? Jadi kau ingin kasar," godanya, suaranya terdengar serak, dengan kesan menantang yang jelas di dalamnya.

Arisa langsung tersentak, wajahnya memerah sedikit, dan dia buru-buru merespons, "Tidak, bukan begitu ..." Namun suaranya memudar, kehilangan ketegasan. Kata-katanya terbata, tak mampu menyembunyikan kekacauan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Denial selalu tahu bagaimana membuatnya terpojok, selalu tahu di mana letak kelemahannya.

"Percayalah padaku, kali ini aku akan pelan," ujar Denial dengan nada rendah dan meyakinkan. Sorot matanya tak lepas dari wajah Arisa, memancarkan keyakinan yang sulit diabaikan.

Dengan gerakan yang halus namun penuh kekuatan, Denial menyelipkan lengannya di bawah tubuh Arisa, mengangkatnya dengan mudah dari tempat duduknya di meja. Tubuhnya terasa ringan di tangan Denial, namun sentuhan itu penuh kuasa, membuat Arisa tanpa sadar melingkarkan kakinya di sekitar pinggang pria itu, mencari keseimbangan. Kulitnya terasa hangat di bawah jemarinya yang kasar, dan napasnya memburu.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang