𝟒𝟗. 𝐌𝐃 𝟐 : 𝐃𝐞𝐦𝐚𝐧𝐝

1.8K 102 38
                                        

Nights are always like that, sad but hot at the same time

Arisa merasakan hangatnya napas Denial yang begitu dekat, membelai kulitnya dengan lembut, menciptakan sensasi yang tak terhindarkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arisa merasakan hangatnya napas Denial yang begitu dekat, membelai kulitnya dengan lembut, menciptakan sensasi yang tak terhindarkan. Tangan Denial perlahan menelusuri tubuhnya, menimbulkan kegugupan yang menjalar seperti arus listrik yang halus namun intens.

"Kau terlalu berharga untuk tak disentuh," bisik Denial dengan suara rendah, nyaris seperti desahan. Dalam satu gerakan cepat namun halus, pria itu mencengkeram pinggang Arisa, mengangkat tubuhnya dengan mudah, dan menempatkannya di pangkuannya. Sentuhan tangan Denial terasa kuat namun menenangkan, membuat Arisa merasa seolah-olah waktu berhenti di antara mereka.

Tatapan Denial yang tajam dan intens terpaku pada wajah Arisa, seolah menembus kedalaman pikirannya, membaca setiap ketakutan dan keinginan yang tak terucapkan. Sementara itu, Arisa merasa dadanya berdebar lebih cepat, tenggelam dalam kehadiran Denial yang begitu mendominasi namun menggoda.

“De ... Denial, kita ...” Arisa tergagap, suaranya bergetar di antara kebingungan dan ketakutan. Matanya berpindah-pindah antara Denial dan Aveline yang terlelap di samping mereka, tampak begitu damai dalam tidurnya yang polos.

Arisa menelan ludah, menyadari situasi yang mulai di luar kendali. Napasnya menjadi lebih cepat saat pandangannya bertemu dengan tatapan Denial yang penuh intensitas, seolah tak terganggu oleh keberadaan putri kecil mereka. Hatinya dipenuhi kecemasan, bertanya-tanya tentang apa yang mungkin terjadi selanjutnya, takut akan kemungkinan yang tak dapat ia kendalikan. Namun, di balik kepanikannya, ia bisa merasakan kehadiran Denial yang begitu mendominasi, membingkainya di antara perasaan terancam dan terlindungi.

Denial, dengan tatapan yang begitu tajam, tampak tak goyah sedikit pun. Di matanya, Arisa dapat melihat kobaran perasaan yang sulit ia artikan, sesuatu yang gelap namun memikat, seolah-olah tak ada apa pun di dunia ini yang bisa menghentikannya.

“Kau sangat candu,” bisik Denial, suaranya mengalir lembut namun menggoda saat jemari pria itu menelusuri punggung Arisa dengan sentuhan yang penuh perhatian. Setiap jari yang bergerak menciptakan gelombang sensasi, menggoda kulitnya yang halus. Ia mendekat, mengendus ceruk leher Arisa, menghirup aroma lembutnya yang memabukkan, seolah-olah menciptakan ikatan yang tak terputus di antara mereka.

“Aku ingin kau mengenakan pakaian yang seksi,” lanjutnya, nadanya kini lebih dalam dan penuh hasrat. Ucapan itu menggugah imajinasi Arisa, membuatnya merasakan kombinasi antara rasa malu dan eksitasi. Ia bisa merasakan detak jantungnya berdegup kencang, mengingatkan pada kerinduan yang selama ini terpendam.

Dengan tatapan yang tajam, Denial meneliti setiap lekuk tubuh Arisa, seolah-olah menggambarkan bayangan di benaknya tentang bagaimana dia akan terlihat dalam balutan pakaian yang mempertegas kecantikannya. Keduanya terjebak dalam momen itu, di mana keinginan dan kerentanan saling berpadu, menimbulkan ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang