When a union forces you to part again, will you for a moment?
Sebuah angan mencipta ruang dalam kekosongan yang ada, menjelma menjadi abdi dalam segala curahan yang tampak tak terjangkau oleh pemahaman. Angan tersebut berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara realitas dan imajinasi, memberikan segenap misteri bagi beberapa jiwa yang berani menyalang.
Di tengah kesunyian yang melingkupi, ruang tersebut memancarkan aura magis yang menantang setiap individu untuk menjelajahi kedalaman pikirannya. Dalam kelamnya, bayangan-bayangan tak berbentuk menari-nari, menggoda dengan janji penemuan yang tak terduga. Setiap napas yang diambil terasa seperti serangkaian petualangan baru, penuh harapan dan keraguan, seolah setiap sudut menyimpan kisah yang menunggu untuk diungkapkan.
Di balik misteri yang menyelubungi, terdapat keindahan tersembunyi. Seolah-olah setiap pemikiran yang lahir dari angan tersebut memiliki warna dan bentuknya sendiri, melukiskan panorama yang kaya akan makna. Dalam perjalanan menelusuri ruang angan, mereka yang menyalang dihadapkan pada pilihan: untuk tetap terjebak dalam kenyataan atau berani melangkah menuju yang tak terduga, menemukan diri mereka dalam kelimpahan imajinasi yang tanpa batas.
Arisa dapat merasakan degupan jantungnya yang sangat kencang, seakan bergetar tak karuan di dalam dada. Di hadapannya berdiri pria yang pernah menghilang dari hidupnya tanpa memberi penjelasan selama empat tahun lamanya. Dalam momen yang dipenuhi ketegangan itu, pria tersebut mengucapkan kalimat yang membuat Arisa merasa teramat tidak nyaman: "Aku harus pergi ke Skyhaven."
Kata-katanya menghantam hatinya seperti petir di siang bolong, memicu serangkaian emosi yang campur aduk. Pandangannya tertuju pada pria itu, meresapi setiap detail dari sosoknya. Matanya yang dalam, kini tampak seolah menyimpan rahasia yang tak ingin ia ungkapkan. Arisa merasakan getaran nostalgia dan rasa sakit yang menyelubungi momen itu, seolah semua kenangan indah dan pahit bersatu dalam satu titik waktu.
"Apakah harus? Maksudku, apakah kau benar-benar harus pergi ke Skyhaven?" Arisa mengajukan pertanyaan dengan nada mendesak, mencoba menahan rasa sakit yang menggelora dalam hatinya.
"Tentu saja, Arisa. Halfdard pasti sudah ada di sana dan akan memulai pertarungan dengan Ganresha. Terlebih lagi, Aella pasti sangat panik sekarang," jawabnya, suaranya tegas namun tak mampu menyembunyikan kegelisahan yang membara di dalam.
"Dan kau meninggalkanku sendirian dengan jasad nenek di sini begitu?" Arisa menatapnya, matanya berkaca-kaca. Dalam pandangannya, terpantul rasa sakit dan pengkhianatan, seolah setiap kata yang terucap mengiris luka yang dalam.
"Aku tak bermaksud seperti ini, meskipun aku harus mengatakan iya. Tapi Arisa, kau bisa ikut denganku jika kau mau," ujarnya, mencoba menawarkan jalan keluar, meskipun jiwanya terasa berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)
FantasyHarap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...