𝟔𝟎. 𝐄𝐏𝐈𝐋𝐎𝐆𝐔𝐄

1.3K 108 6
                                    

Udara bergerak memenuhi cakrawala, membawa pesan kepada lautan bahwa sang iblis, yang dahulu menjadi momok bagi makhluk-makhluk yang ketakutan, kini telah menemukan secercah kasih di dalam gelapnya kehidupan. Di bawah naungan kebengisan yang pernah menghiasi sejarahnya, sepasang cinta yang melingkupi iblis itu kini memancarkan kehangatan.

Iblis tak lagi bengis; jati dirinya telah berubah di tengah kebersamaan dengan keluarga kecilnya. Dalam dekapan kehangatan itu, ia menemukan cinta-bukan lagi amarah atau dendam. Langit yang menaungi Skyhaven turut merayakan perubahan ini, menghadirkan haru sekaligus kebahagiaan atas kenyataan yang dahulu hanya sebuah harapan.

Aroma dedaunan yang berserakan, bercampur dengan tanah basah, mengalir dalam udara yang menyelimuti Skyhaven. Kini, di bawah kepemimpinan Denial Villen, sang iblis, dunia itu bersinar lebih terang, menyingkap selubung misteri yang perlahan memudar.

Sepasang kaki melangkah cepat, berpijak dengan tergesa-gesa di setiap langkah larinya, sementara hembusan angin menerpa surai rambut hitam pendeknya.

"Noah, berhenti!" teriaknya-suara itu milik seorang gadis dengan kecantikan yang memikat, menyebarkan pesona yang membuat setiap makhluk penasaran. Aroma mawar yang menguar darinya menambah aura yang membuatnya dipuja. Dress putih selutut tanpa lengan yang dikenakannya memancarkan keanggunan, meskipun raut wajahnya memperlihatkan kekesalan bercampur kepanikan yang mendalam.

Dalam pelariannya, ia berusaha mengejar dan menangkap bocah laki-laki berusia dua belas tahun yang kini menjadi adiknya-Noah Atticus.

"Kau tidak akan bisa menangkapku, Kak!" ejek Noah dengan sorot mata hazelnya yang bersinar penuh semangat, menoleh ke belakang untuk melihat sang kakak-Aveline-yang mengejarnya dengan kilatan kekesalan di mata merahnya. Keduanya terus berlari, menembus hutan yang dipenuhi atmosfer magis nan misterius.

"Sialan kau, Noah!" umpat Aveline lantang. Kegiatan adik dan kakak ini selalu memenuhi hutan Skyhaven dengan keributan, menjadi sumber kekhawatiran bagi makhluk-makhluk yang mengintai mereka, terutama para peri penjaga yang merasa kewalahan oleh kegaduhan yang kerap mereka sebabkan.

Dalam gelayutan frustrasi bercampur kekesalan, Aveline tiba-tiba menggunakan sihirnya untuk berpindah tempat, menghadang jalan Noah. Bocah lelaki itu terpaksa menghentikan langkahnya mendadak, hampir terjatuh ke tanah. Saat Noah mencoba melompat dan terbang, Aveline dengan sigap menjerat lehernya, mencekiknya sambil membenturkan tubuhnya ke salah satu pohon, membuat napas Noah tersengal.

"Kena kau," geram Aveline, sorot mata merahnya berkilat puas sementara Noah merintih, berusaha melepaskan diri.

"Ampun ... ampun, Kak."

"Aveline!" Sebuah bentakan membuat cekikan di leher Noah terlepas. Aveline, yang tadinya dilingkupi kekesalan, seketika terkejut dan menoleh. Sang ibu, Arisa, berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kau melakukannya lagi?!" bentak Arisa, membuat Aveline menundukkan kepala, merasa takut. Sementara itu, Noah berusaha mengatur napasnya sambil terbatuk-batuk, ada kilatan kepuasan di matanya karena melihat kakaknya dimarahi lagi.

"Kakak selalu begitu, cekikan adalah andalannya," ujar Noah dengan nada sedikit dramatis di tengah batuk-batuknya, membuat Aveline meliriknya tajam.

Arisa yang mendengar itu segera menatap Aveline dengan lebih garang.
"Aveline ..."

"Adik yang memulai, Mom! Oh, ayolah, kenapa aku yang selalu dimarahi?!" sahut Aveline, mendongakkan kepalanya untuk menatap Arisa dengan frustrasi sekaligus memelas, membuat sang ibu terdiam sejenak.

"Cekikan bukan solusi, Aveline. Bagaimana jika kukumu melukainya?" ujar Arisa dengan nada tegas.

"Lalu, bagaimana aku harus menyerangnya? Aku tidak punya sayap seperti Noah atau Ayah. Hanya tangan dan cakarku yang bisa kugunakan," bantah Aveline membela diri, membuat Arisa menyipitkan matanya.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang