Almost breathed a sigh of relief but it turned out there was stil
Ada celah di antara berbagai permasalahan yang mengguncang jiwa yang sempat merasakan ketenangan. Seperti bendungan yang menahan arus deras, ia menampung tumpukan rasa yang hampir pecah, mencekik, dan mengikat tanpa ampun. Rasa itu berpadu, menciptakan pusaran emosi yang semakin rumit dan kacau, hampir memusnahkan segala bentuk kedamaian yang tersisa. Setiap sisi jiwa berperang melawan badai yang mengamuk, mencoba meredam gelombang yang menyeruak, sementara bayangan keputusasaan mengintai di sela-sela keretakan yang tak lagi mungkin ditambal.
"Arisa, kau seperti telah selesai melakukan sebuah ritual," ujar Denial pelan namun tegas, suaranya penuh kehati-hatian dan pandangannya tajam.
Arisa terdiam, semburat kebingungan terpancar di wajahnya. Kata-kata Denial menggema di pikirannya, namun ia sama sekali tak mengerti maksudnya. Ritual? Hal itu benar-benar asing baginya—sesuatu yang tak pernah ia lakukan sepanjang hidupnya. Ia menatap Denial dengan sorot yang teramat heran, seolah menuntut penjelasan lebih lanjut.
"Denial, apa maksudmu? Aku tak paham," ujar Arisa, menggelengkan kepala. "Aku tak pernah melakukan hal semacam itu. Ritual? Apa maksudmu?"
Denial hanya mengangguk kecil, ekspresinya mengeras. Ia menyelidiki wajah Arisa, mencari kepastian dalam keterkejutannya. Jejak samar, bekas yang tidak biasa, terpancar dari dalam diri Arisa—sesuatu yang hanya bisa dilihat oleh mata yang paham akan hal-hal magis. Itu adalah pertanda bahaya.
"Dengar, Arisa," lanjut Denial dengan nada yang lebih serius. "Seseorang telah dengan sengaja membuatmu terjebak dalam hal ini. Ada kemungkinan kau berada dalam ritual saat tidak sadar, atau terjebak dalam ilusi yang membuatmu kehilangan kesadaran tiba-tiba. Pada saat itu, kekuatanmu direnggut. Ini bukan hal yang sepele."
Denial menarik napas dalam, seolah menimbang setiap kata yang diucapkannya. "Kau adalah keturunan Electra. Jika kekuatanmu lenyap seperti ini, itu benar-benar sangat berbahaya. Tak hanya untukmu, tapi mungkin juga bagi penduduk Skyhaven."
Mendengar peringatan itu, Arisa terdiam. Sebuah rasa dingin menjalari tubuhnya, seperti bayangan bahaya yang disebutkan Denial perlahan mewujud nyata di hadapannya, menggantung di udara dengan keheningan mencekam.
"Aku … aku tak pernah mengingat pernah bertemu dengan orang asing," ujar Arisa dengan nada ragu, pikirannya berusaha meraba kembali setiap pertemuan yang pernah dialaminya. Ia merasa ada sesuatu yang ganjil, namun tak jelas. Kata-katanya membuat Denial mendengus ringan, ekspresinya berubah seketika.
"Kemungkinan ini bukan perbuatan orang asing," ujar Denial, menatap Arisa tajam. "Tapi seseorang yang dekat denganmu."
Arisa mengerutkan kening, merasa tak percaya. “Itu sangat tak mungkin …” gumamnya, berusaha menyangkal. Namun, rasa khawatir terus mengusik pikirannya. Tiba-tiba sebuah ide muncul di benaknya. "Denial," lanjutnya dengan suara pelan, "bagaimana jika kita memberitahu kakek tentang hal ini? Mungkin saja dia tahu sesuatu … sesuatu yang selama ini disembunyikannya dariku sama seperti ia menyembunyikan siapa ibuku sebenarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With The Devil (GHOST CURSED 2)
FantasyHarap Membaca Bagian Pertama Terlebih Dahulu untuk Pemahaman Lebih Mendalam Arisa Vera kembali ke kehidupan lamanya-penuh kehancuran dan kekacauan. Ia sulit menerima kenyataan bahwa ikatannya dengan sang iblis, yang selama ini ia rasakan, ternyata h...